BAB 11 - Tamparan

59 1 0
                                    

Helen merasakan sakit dikepalanya, bayangan kecil muncul dalam pikirannya, itu adalah.. Helen kecil.

Helen menatap anak kecil dengan mata kosong tersebut, sesaat sebelum ia mengingat ingat kembali pikirannya.

***

"Bagaimana bisa kau merusak bukuku!" Helen kecil berteriak dengan kasar, kepada siapa ia berteriak? Tentu saja adiknya Yelen.

"Maafkan aku kak, aku bersumpah aku tak bermaksud merusak buku itu." Yelen menangis, air mata mengalir dipipinya yang tebal. Tapi itu tak mempengaruhi Helen sama sekali, ia lanjut memarahi adiknya itu sampai ia puas.

Tiba tiba, kaisar dan juga saudara laki lakinya masuk, kaisar menatap anaknya yang paling muda menangis sehingga ia memusatkan matanya kearah Helen.

Felix menghampiri Yelen, ia memeluk dan mengelus kepala Yelen, mencoba menenangkan Yelen yang menangis tersedu sedu.

Helen yang menyaksikan pemandangan itu merasa kesal dan sedih, bagaimana bisa mereka tetap memihak Yelen, sementara ia diabaikan, apakah itu adil?

"Apa kau membentak Yelen"

"..iya, dia merusak buku dongeng ku."

"Lihatlah, adikmu menangis, minta maaf lah padanya."

Helen mengernyit kan keningnya, dia mungkin bersikap kasar pada adiknya, tapi bukankah yang seharusnya meminta maaf adalah Yelen. Helen mengepalkan tangannya.

"Tidak mau, dan tidak akan" Helen memelototi mereka bertiga, dengan cara bicara yang tak sopan.

Plak. Kaisar menampar pipi Helen.

Mata helen terbelalak kaget, ia memegangi pipinya yang memerah, ia tidak akan menyangka bahwa ayahnya akan menamparnya.

"Aku sudah cukup memanjakanmu, bisakah kau bertidak sebagai kakak yang baik? aku tak mengajarimu cara bicara yang tidak sopan seperti itu."

Helen terdiam, wajahnya menggelap, ia mencengkram ujung roknya dengan keras, air mata jatuh dipipinya.

"Ayah jahat, kalian semua jahat, aku benci.. aku benci kalian, Helen benci kalian."

Helen berlari keluar dari ruangan tersebut, mendorong pintu besar dan mengusap matanya yang penuh dengan air mata, para pelayan melihat putri kaisar menangis dan menatapnya dengan tatapan kasihan.

Helen membuka pintu kamarnya, disanalah ia melihat pengasuhnya sedang membersihkan tempat tidurnya, pengasuhnya kaget saat melihat bekas tamparan kecil di pipinya yang tembem.

Pengasuh nya tidak mengerti apa lagi yang dia lakukan, tetapi dengan cepat ia membuka lengannya. Helen yang melihat pengasuhnya membuka lengannya berlari kearahnya, memeluk pengasuh Helen dengan erat, Helen menangis tersedu sedu dibahu sang pengasuh.

Disaat semua orang memberi perhatian dan juga kasih sayang pada Yelen, hanya pengasuhnya seorang yang memberinya perhatian penuh pada Helen. Mata Helen memerah, pengasuh mengelus pipinya yang memiliki bekas tamparan, anak yang lucu dan polos kini memiliki trauma pertamanya.

***
Berita tentang sikap tidak sopannya Helen menyebar keseluruh kekaisaran, orang orang melihat Helen seperti anak yang tidak sopan dan tak memiliki akhlak.

Helen setiap hari melihat tatapan kebencian dan jijik dari orang orang, ia tidak pernah tidak merasa mual saat orang orang terus membicarakannya, semenjak kejadian itu, Helen tak pernah keluar kamar, bahkan ia melewatkan makan malam bersama dengan keluarganya.

Ditemani oleh pengasuhnya alias bibinya, bibi Evellyn.

Evellyn adalah sepupu jauh ibu Helen yang sudah tiada, walau hubungan mereka tak dekat, tetapi Evellyn dengan senang hati merawat Helen layaknya anaknya sendiri, dia akan menepati janji ibu Helen untuk menjaga Helen.

Helen terus menerus mendapat tatapan dingin dari orang orang, dari kecil sampai ia remaja, membuatnya terbiasa dan kebal terhadap tatapan membenci itu. Diumurnya yang ke 16 tahun, tak seorang pun merayakannya, walau dia sudah menduduki usia remaja, satu satunya yang mengucapkan selamat ulang tahun pada Helen hanyalah saudarinya, Yelen.

Dan Helen adalah satu satunya orang yang tidak mengucapkan selamat ulang tahun pada Yelen.

Hingga saat Helen berusia dua puluh satu tahun, setelah sekian lama ia akhirnya memutuskan untuk ikut makan malam bersama keluarganya, walau terpaksa ia tidak boleh melupakan wajah keluarganya yang penuh kenangan itu.

Helen berjalan pelan menuju tempat makan, ia melihat ayah, kakak, dan saudarinya tertawa dan tersenyum pada sesama. Ia tak bisa memendam perasaan iri pada dirinya, tetapi ia menahan perasaan itu dan duduk ditempat yang disediakan.

Yelen beberapa kali mengajaknya berbicara, tetapi Helen tetap diam, menfokuskan dirinya pada potongan kue vanilla didepannya. Ia tau itu tak sopan dan ayahnya akan memarahinya lagi tapi siapa yang peduli, aku akan menghiraukan mereka selagi mereka tak risih.

Makan malam berlalu dengan Helen yang terus diam, dari banyaknya perbincangan yang ada, Helen tetap diam hingga akhirnya makan malam telah selesai. Helen berdiri dari tempat duduknya memutuskan untuk langsung pergi.

"Kau akan langsung pergi bahkan tanpa mengucapkan salam?" Kata felix acuh tak acuh.

Helen menoleh kearah kakak laki lakinya, memantulkan tatapan yang diberikan kakaknya. "Untuk apa?"

Felix mengerutkan keningnya mendengar perkataan Helen.

"Bersikaplah yang sopan pada keluargamu, kau benar benar berubah menjadi anak bedebah setelah keluar dari kamar itu" Ayahnya meminum sebuah gelas anggur.

"..keluarga? kalian keluargaku?" Helen tertawa kecil.

Mendengar perkataan Helen yang semakin menjadi jadi membuat Kaisar mengencangkan pengangannya pada gelas tersebut.

"Apa maksudmu?"

Helen membalikkan badannya, rambutnya yang terurai bertebaran di sekitar tubuhnya.

"Setelah apa yang kalian lakukan, setelah tatapan tajam itu yang membuatku ingin muntah, setelah tindakan pilih kasih kalian. Kalian masih berpikir aku menganggap kalian keluarga? lucu sekali."

Felix mengantupkan giginya dan meyeringai, ia berdiri dan berbicara pada Helen.

"Yah siapa yang menganggapmu keluarga juga?"

Helen menggenggam ujung roknya, menatap ketiga orang itu, kata katanya tersangkut ditenggorokannya, rasanya seperti seseorang telah mencekiknya.

Sebelum ia sempat berbicara, Helen terhuyung huyung sebelum ia terjatuh ditanah, Kaisar dan Felix hanya menyaksikan pemandangan itu dengan bingung. Tetapi Yelena segera berdiri menghampiri kakaknya yang terjatuh itu.

Helen menyandarkan tubuhnya pada tubuh Yelen, Yelen mengoyang goyangkan bahu Helen pelan, ekspreksi nya panik dan matanya berlebar memohon.

"Kak, apa yang terjadi, apa kau baik baik saja?"

Kaisar dan Felix hanya duduk ditempatnya, perasaan gelisah tumbuh kedalam pikiran mereka masing masing, mereka ingin memeriksa Helen tetapi sayangnya mereka tidak  (gengsi)

Yelen memeriksa detak jantung dan nafas Helen, nafasnya tercekat ketika ia mengetahui jantungnya berhenti berdetak..

"Ayah, kakak, jantung kak Helen.. behenti berdetak.."

🌊🌊🌊

ini backstory yaa, jadi Helen lagi nginget nginget kenapa dia bisa pingsan atau apalah

ini backstory yaa, jadi Helen lagi nginget nginget kenapa dia bisa pingsan atau apalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tragic FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang