35. I Believe

234 32 3
                                    

Di sana, pria yang kemarin ia lihat bersama Karine muncul. Tinggi, tampan, dan berpenampilan rapi, pria itu membawa aura percaya diri yang luar biasa. Dengan senyum lebar, pria itu berjalan mendekat ke arah Jean.

"Kamu tampan sekali saat dilihat langsung, aku Max, kamu tidak mau menjabat tanganku?" sapanya dengan nada ceria, sambil menjulurkan tangan untuk berjabat.

Jean membeku sejenak, mencoba memproses kejadian yang tiba-tiba ini. Jantungnya berdetak lebih cepat, sebagian karena kaget, sebagian lagi karena tak tahu harus berkata apa. Dengan sedikit ragu, Jean menerima uluran tangan itu, merasakan genggaman yang kuat namun bersahabat.

"Ah... ya, aku Jean," jawabnya singkat.

Pria itu tertawa kecil, santai seperti sudah mengenal Jean sejak lama. "Seharusnya aku menghampiri kamu saat pemotretan hari itu, kenapa kamu melihat ku seperti setan?"

Ia mengerutkan kening, mencoba memastikan bahwa ia mendengar dengan benar. "Kamu manajernya Karine?" ulangnya, sedikit ragu.

"Kita bertemu kemarin di mall, kenapa kamu kabur huh? aku tersinggung," jawab Max sambil merapikan jasnya dan melipat tangan di dada.

"Karine banyak bercerita tentang kamu, kamu suka sama dia ya?" Max tertawa ringan sambil mengedipkan mata, ekspresinya penuh gaya. "Jangan khawatir, aku ini lebih suka pria tampan daripada wanita cantik."

Jean terdiam. Seketika, semua asumsi dan kecemasan yang menumpuk sejak pertemuan di mall runtuh seperti dinding rapuh. Wajahnya memerah, antara malu dan lega. Ia mulai tertawa kecil, lalu tertawa lebih keras, hingga Gwen ikut memandang dengan bingung.

"Damn Hahaha," Jean berkata di sela tawanya, wajahnya masih merah. "I really-I think you are-"

"her boyfriend?" Max menyelesaikan kalimat itu dengan senyuman lebar, lalu menepuk pundak Jean dengan ramah. "Sayangku, aku sangat tersanjung, tapi tidak, bukan itu. Kau bisa tenang sekarang."

Jean menggelengkan kepala sambil terus tertawa. "HAHAHAHAHA."

Gwen, yang baru mengerti korelasi percakapan itu, ikut tertawa sambil melipat tangan di dada. "Pfffffttt-AHAHAHAHA."

Saat percakapan itu berlangsung penuh tawa, pintu kaca kantor terbuka, dan Karine muncul di ambang pintu. Mengenakan blazer hitam yang elegan, ia melangkah masuk dengan anggun, membawa energi yang langsung memenuhi ruangan. Mata cokelatnya yang tajam menyapu sekeliling, dan tanpa disangka, ia berhenti tepat di hadapan Jean, Max, dan Gwen.

 Mata cokelatnya yang tajam menyapu sekeliling, dan tanpa disangka, ia berhenti tepat di hadapan Jean, Max, dan Gwen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jean yang tadinya tertawa lepas bersama Max langsung membeku. Tawanya terhenti seperti mesin yang dimatikan secara mendadak, sementara Max, dengan sikap flamboyannya, menutup mulutnya dengan tangan seolah ingin menyembunyikan sisa tawanya. Gwen, yang berdiri di sisi mereka, hanya mengangkat alis, berusaha menahan senyum karena menyadari betapa canggungnya situasi ini.

Past Love | bluesyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang