Sepanjang perjalanan menuju apartemen yang akan aku tinggali bersama Jake dan Jay Park, aku gunakan kesempatan itu untuk menghubungi Sunghoon karena aku merasa begitu khawatir atas keadaan rekan kerjaku tersebut. Aku hampir melupakan kewajibanku yang harus membawa Sunghoon ke kastil terbengkalai untuk menjalankan ritual penyembahan pada Lucifer.
Jika tidak, iblis sialan itu akan mengambil nyawa Sunghoon sebagai pengikutnya dan aku tak ingin itu terjadi. Sehingga berusaha aku putar otak agar bisa lepas dari pengawasan Jake dan Jay Park sementara waktu. Walau aku tahu, bisa saja Jungwon kembali mengikatku setelah membawa Sunghoon ke kastil yang aku sendiri tak mengetahui pasti lokasinya.
Aku harus bagaimana? Aku tak ingin Iblis Lucifer mengambil rekan kerja laki-laki yang paling dekat denganku tersebut. Aku sangat takut kehilangan Sunghoon, tapi aku sadar benar tak bisa melakukan apapun untuk saat ini. Ditambah lagi, waktu telah menunjukkan pukul lima sore yang berarti sisa beberapa jam lagi menuju tengah malam.
Aku harus bagaimana, tuhan?
Oh, ya!
Tuhan!
Biar bagaimana pun, derajat sang pencipta lebih tinggi dari iblis Lucifer sang penguasa lapisan neraka paling terdalam! Tiba-tiba, aku terpikirkan suatu ide yang aku yakin dapat melindungi Sunghoon dari pengaruh iblis Lucifer selama aku tak berada di dekatnya. Ya, setidaknya aku harus memberitahukan hal tersebut pada Sunghoon terlebih dahulu.
Sunghoon Aku baik-baik saja, cantik❤ Ini baru selesai mendata.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu dimana? Aku ingin menjengukmu sekalian memastikan keadaanmu baik-baik saja. Aku khawatir sekali saat mendengar mu tak masuk kerja karena sakit. Bagaimana keadaanmu? Please, balas pesanku.
Langsung aku ketik balasan untuk rekan kerjaku tersebut, "Aku baik-baik saja. Aku malah mengkhawatirkan keadaanmu, Sunghoon. Please, jaga dirimu. Aku tak ingin kehilanganmu!" setelah mengirim balasan itu, tiba-tiba Niki yang duduk tepat di sampingku mengambil secara paksa handphone milikku sambil memberikan tatapan tajam untukku.
"Sayang, motormu itu sudah tua sekali ya? Bensinnya bocor dan tarikan gasnya sangat berat!" ucap Jake tiba-tiba menoleh ke arah belakang tepat ke arahku yang duduk di bangku tengah mobil bersama Niki, sementara Jake sedang membuka laptop miliknya di bangku samping supir. Ia sengaja tak duduk di sebelahku karena ia harus menyelesaikan beberapa pekerjaan yang berkasnya ia simpan pada dashbord mobil pribadi miliknya.
"Iya daddy, motor itu dulu dipakai oleh bapak kandungku selama di Gwangju. Aku bawa ke kota ini karena aku harus memiliki kendaraan pribadi untuk pekerjaanku." jawab ku berusaha melupakan handphone milikku yang baru saja Niki rampas untuk menjawab pertanyaan Jake tersebut. Aku tak boleh membuat Jake curiga sebelum seluruh komunikasi ku dengan dunia luar, mereka rampas begitu saja.