29: Pantang Menyerah

391 49 25
                                    

YOU POV

Tak banyak kata yang Jake ucapkan saat menggandeng tanganku memasuki sebuah restoran mewah yang berada di pusat kota Seoul, Korea Selatan. Aku juga tak berani mengajaknya berbicara banyak hal, takut melukai perasaan Jake yang masih belum stabil pasca bertengkar dengan Jay Park demi mempertahankanku.

Aku sadar benar, lelaki ini mulai menaruh obsesi yang besar padaku, itulah sebabnya ia tak mengizinkan aku menjadi bintang situs dewasa buatan mereka lagi. Padahal berkat situs itulah aku terjebak dalam pusaran masalah ini. Seolah tak ada ujungnya, kehadiran iblis lucifer yang semula Jungwon gunakan untuk menyelamatkan aku, malah menjebakku ke dalam pusaran yang lebih dalam lagi.

Aku yakin, pertengkaran antara Jay Park dan Jake Sim tadi merupakan awal dari keretakan hubungan keduanya. Jake Sim sangat ingin menguasaiku sepenuhnya dan Jay Park juga tak ingin mengalah atas keinginan sahabatnya itu. Aku harus menyiapkan diri untuk pertengkaran-pertengkaran lain yang lebih mengerikan dari pertengkaran tadi.

Benar yang iblis itu katakan, sifat alami manusia memang sangat mengerikan.

"Pesan semua makanan yang kamu mau ya, sayang." ucap Jake Sim setelah kami tiba di meja yang telah Jake reservasi atas namaku. Letak meja tersebut sangat strategis karena menghadap langsung pemandangan gemerlapnya kota Seoul dari ketinggian.

Membuatku tak bisa lagi menutupi ekspresi kagum di wajahku, sungguh aku senang sekali melihat pemandangan dari ketinggian seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Membuatku tak bisa lagi menutupi ekspresi kagum di wajahku, sungguh aku senang sekali melihat pemandangan dari ketinggian seperti ini. Terlihat sangat indah dan menantang, euforia itulah yang mengukir senyum lebar terukir di wajahku. "Woah!" kagum ku masih betah memperhatikan pemandangan tersebut sementara Jake mengambil buku menu yang pelayan berikan.

Dengan sabarnya Jake berikan waktu untukku menikmati pemandangan tersebut hingga aku yang cukup puas pun menoleh ke arah Jake yang terus memperhatikanku dengan senyuman manis di wajahnya.

"Indah sekali daddy!" ucapku, menuntun Jake berjalan mendekat ke arahku untuk memeluk tubuhku dari belakang. "Beruntungnya kamu tak takut ketinggian ya, sayang. Daddy khawatir, kamu tak suka dengan pemandangan ini." jujur Jake yang langsung aku jawan dengan gelengan kepala.

Aku elus punggung tangan Jake yang melingkar di perutku, "Aku malah menyukai pemandangan seperti ini dad, seolah melayang di angkasa persis seperti sensasi yang Jake daddy berikan padaku, semalam." gombalan ku tersebut sukses membuat Jake tertawa pelan lalu mengeratkan pelukannya di tubuhku. Aku pun ikut tertawa saat Jake cium perpotongan leherku hingga naik menuju telingaku.

"Ayok duduk dan pesan makanan yang kamu inginkan." bisik Jake begitu lembut di telingaku. Aku pun menuruti pintanya untuk duduk di kursi yang tersedia sambil tak henti memandang kagum pada pemandangan di depanku.

"Ini buku menunya sayang." ucap lelaki itu sambil memberikan buku menu tanpa gambar yang aku yakini adalah menu khas westren food. Aku yang bingung pun sempat membuka sampai belakang lembaran buku menunya sebelum aku menoleh ke arah Jake dengan senyuman penuh arti di wajahku.

Aku pelankan suaraku saat mengatakan, "Daddy, aku tak tahu harus pesan apa. Ini kali pertama ku makan di restoran mewah seperti ini." dengan suara yang pelan agar tak didengar pelayang yang bersiap menyatat menu pesanan kami. Tentu saja, aku malu dengan kenyataan tersebut dan memberikan kesempatan untuk Jake yang memesankan makanan rekomendasi tempat ini untuk aku cicipi.

Melihat ekspresiku yang lucu, membuat Jake tertawa pelan sebelum melayangkan cubitan gemas di pipi kananku, "Gemes banget!" aku pikir, ia ingin mengolok sikap kampunganku ini.

Setelah melihat berbagai menu yang ditawarkan, akhirnya Jake memutuskan untuk memesan banyak sekali makanan untuk kami berdua. Aku tak memiliki bayangan atas menu-menu western yang Jake pesan, namun bukan berarti aku takut mencoba berbagai jenis masakan baru yang belum pernah aku coba. Siapa wanita di dunia ini yang tak suka dengan makanan? Aku yakin hampir semua wanita menaruh sebagian kebahagiaannya pada makanan yang enak, begitu pula diriku.

Disaat aku sedang berbincang hangat dengan Jake seputaran kehidupan pribadi dan urusan pekerjaanku. Tiba-tiba, aku merasa seperti ingin buang air kecil. Aku pun meminta izin pada pemilikku tersebut untuk pergi ke toilet sebentar, namun Jake yang khawatir tak biarkan aku pergi ke toilet itu sendirian. Mungkin, ia takut aku menggunaka kesempatan ini untuk kabur atau berpapasan dengan penonton situs dewasa miliknya.

Aku yang merasa Jake mulai kelewat batas pun berusaha memberikan pengertian pada lelaki itu. Tak peduli walau kami harus menjadi pusat perhatian di restoran ini karena berdebat dalam posisi berdiri dan diakhiri ciuman mesra. Yang penting, lelaki ini mau menaruh kepercayaannya padaku untuk membiarkan aku ke toilet seorang diri.

Aku pun melangkah menyusuri lorong menuju toilet yang berhadapan langsung dengan sebuah lift khusus karyawan. Kehadiranku saat ini, sangat bertepatan dengan terbukanya lift tersebut. Awalnya aku tentu berusaha tak memperdulikan keadaan di sekitaran ku, hingga sebuah panggilan menghentikan langkahku yang ingin masuk ke dalam toilet perempuan. Aku sangat mengenal suaranya, itulah sebabnya aku menoleh ke arah belakang tepat ke dalam lift karyawan tersebut.

Terlihat Jungwon yang tersenyum tipis ke arahku dengan wajah yang penuh luka babak belur. Sukses membuatku terdiam sesaat sebelum lelaki itu tergerak menahan pintu lift agar tidak tertutup dan kembali memanggilku, "Y/n nuna, kemarilah!" oh tuhan, Jungwonku.

Tanpa sadar, kakiku melangkah memasuki lift tersebut yang langsung tertutup setelah diriku masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanpa sadar, kakiku melangkah memasuki lift tersebut yang langsung tertutup setelah diriku masuk. Jungwon yang berhasil memanggil diriku pun langsung menekan lantai G dan memeluk tubuhku begitu erat. Sungguh, Jungwon yang memelukku ini benarlah nyata tapi kenapa dia bisa berada di restoran ini. Dalam keadaan wajah yang babak belur pula.

Aku pun menyentuh wajah Jungwon sebelum bertanya, "Ada apa denganmu, Jungwon? Lalu bagaimana bisa kau mengetahui keberadaan nuna di restoran ini?" tanyaku begitu bingung. Namun, bukannya menjawab pertanyaanku, lelaki itu malah menumpahkan seluruh kesedihannya padaku.

"Lucifer yang menuntun pertemuan ini. Namun, ada satu yang harus aku tanyakan pada nuna. Kenapa nuna memutuskan ikatan kita? Nuna tak bisa mencintaiku seperti yang aku rasakan pada nuna? Aku melakukan semua ini demi menyelamatkanmu nuna tapi kenapa nuna bersikap seolah pasrah oleh keadaan!!" emosi marah dan sedih yang Jungwon rasakan benar-benar mengambil alih kontrol dirinya yang mencengkram lenganku erat.

TBC

KOMEN YANG BANYAK GUYS YA

HUG ME TIGHTER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang