"Aku emang ditakdirkan untuk gak pernah ngerasain bahagia di dunia. Mungkin kebahagian aku gak di dunia, aku percaya akan tiba saatnya aku bahagia diatas sana"-Alea•Happy reading•
Waktu terus berjalan, sampai akhirnya selesai pemberian obat terakhir pada Alea. Perempuan cantik itu kini sudah pasrah dengan keadaan, ia tau kalau kemoterapi yang ia jalani tidak akan berpengaruh pada umurnya.
Singkatnya, dipikiran Alea kemoterapi hanya akan mengulur waktu saja sampai ajal menjemputnya. Alea tidak terlalu berharap Tuhan akan memberikan dirinya kesembuhan, toh dia juga mengiginkan kematian karna sudah lelah dengan semuanya.
"Selesai kemo kamu harus istirahat total ya, jangan ngelakuin aktifitas yang berat-berat" ujar Dokkter Arash.
"Dok, kalau saya ke taman bentar, gapapa kan?" tanya Alea.
"Justru bagus untuk menenangkan pikiran kamu agar gak terlalu suntuk di dalam kamar aja. Yang penting kamu harus istirahat" ujar Dokter Arash.
"Boleh saya tanya sesuatu?"
"Mau nanya apa, Dok?" Tanya Alea bingung.
"Makanan kesukaan kamu apa? Kamu suka gak sama coklat, atau ada alergi coklat?" Tanya Arash hati-hati.
"Ini dokter atau wartawan sih, ngapain coba nanya-nanya gak jelas" Alea menggerutu dalam hati, pasalnya ia sangat kesal pada Dokter Arash yang terlalu mengurusi kehidupannya.
"Biar saya yang jawab, makanan kesukaan istri saya adalah ayam rica-rica. Alea gak ada alergi sama coklat, tapi gak terlalu suka coklat. Istri saya lebih suka ice cream stroberi sama matcha latte" jawab Prince yang entah sejak kapan ia kembali masuk ke ruangan itu.
Alea tidak menyadari keberadaan Prince karna fikirannya tertuju pada rasa sakit saat kemoterapi berlangsung.
"Terimakasih atas informasinya" balas Dokter Arash seraya tersenyum.
Prince langsung menggendong Alea ke kursi rodanya kemudian meletakkan selimut diatas paha Alea dan memberikan boneka teddy bear berwarna putih milik istrinya itu.
"Kami permisi, Dok. Terimakasih" pamit Nivya pada Dokter Arash.
"Kalau ada apa-apa, langsung beritahu saya ya Buk" jawab Arash dan diangguki Nivya.
Sampai ketika keluar dari ruang kemoterapi, mereka mendapati Reviano yang terduduk dengan tatapan kosongnya.
Sejak dulu, Reviano tidak pernah merasa khawatir pada anak perempuannya, walau Alea sedang sakit sekalipun ia tidak akan khawatir. Dia tak pernah berpikir jika dia bisa saja kehilangan putrinya kapan pun.
Leaki itu beranjak dari posisi duduknya dan berjalan menghampiri Alea yang duduk di kursi roda. Tangan gemetarnya terulur meraih wajah putrinya yang selama ini tidak pernah ia sentuh.
Saat melihat Alea yang duduk lemas diatas kursi roda, pertahanan Reviano runtuh saat itu juga. Suara tangisan pecah begitu saja. Reviano mencengkram bagian dadanya yang terasa sesak.
"Pasti sangat sakit ya, nak?" Tanya Reviano dengan isak tangisnya.
Alea meraih tangan sang Papa yang berada dipipinya, kemudian menggenggam tangan yang bahkan belum pernah ia sentuh.
"Sakitnya cuma dikit kok, Pah. Papa gak usah khawatir, Alea udah biasa dengan semua rasa sakit. Bahkan sejak kecil Alea udah ditemani oleh rasa sakit" jawab Alea dengan senyum lemahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Untuk Alea
Teen FictionBagaimana jadinya ketika kamu harus menikah dengan laki-laki yang belum selesai dengan masa lalunya dan harus hidup menjadi bayang-bayang orang lain? Begitulah yang dihadapi ALEA ELFASYA. Seorang gadis yang selalu mendapatkan perlakuan tak menyenang...