Memaafkan dan Menerima

656 292 62
                                    

Romy merasa mendapat serangan anak panah kala mendengar semua ucapan Salsa. Kembali mengutuk diri sendiri sebab memberikan Salsa kesakitan yang luar biasa akibat ulahnya.

Rasanya sangat sulit untuk Romy bisa mengeluarkan suaranya setelah apa yang telah diucapkan istrinya itu.

Pengecut? Romy merasa kata itu pantas untuknya. Setelah tak cukup berani mengungkapkan perasaannya di empat tahun yang lalu, hari inipun dia kalah dengan Salsa dalam hal mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu.

Bukankah wanita makhluk yang kadang tidak peka dengan tindakan? Harusnya Romy sadar bahwa mungkin saja Salsa masih meragukan perasaannya walau bagaimana keras dia berusaha.

Alasannya Cuma satu

Romy tak pernah mengucapkan rasa cinta pada istrinya itu.

Diantara kesedihan juga penyesalannya, Romy juga merasa senang mendapati sebuah ungkapan dari Salsa yang selama ini dia nantikan, bahkan sempat dia ragukan dan berakhir tidak percaya diri untuk mengusahakan Salsa kembali.

Banyaknya kata yang tak bisa Romy susun menjadi ucapan, tangannya bahkan menjadi kaku untuk sekedar merengkuh tubuh Salsa kedalam dekapannya, Romy hanya mematung menyaksikan Salsa menangis di hadapannya.

Hanya saja, diamnya Romy diartikan lain oleh Salsa, Salsa tak bisa menunggu Romy mengumpulkan kesadaran dan keberaniannya, wanita itu merasa bahwa Romy memang tak lagi menginginkannya, baik sebagai istri maupun ibu dari anaknya.

Dengan kaki yang masih lemas, Salsa mencoba kuatkan untuk melangkah menuju pintu kamar Romy, kali ini dia akan paksakan mengikhlaskan Romy kembali.

Semoga tidak sulit, mengingat bagaimana susahpayahnya Salsa selama empat tahun ini menghapus Romy dalam hatinya. Walaupun tak berhasil, tapi dia sudah cukup terbiasa tak ada Romy di hari-harinya.

Namun kenapa setelah itu Romy datang kembali kemudian mengacaukan pertahanan Salsa.

Secepat apapun kaki Salsa melangkah menuju pintu kamar Romy, nyatanya Romy lebih cepat menutup pintu dengan sekali dorongan dan tak lupa pria itu menguncinya dan membuang kunci dengan asal keatas lemari pakaiannya.

Melihat hal itu Salsa jelas tak terima, hatinya yang hancur malam ini sudah tak bisa lagi sekedar berdiri lebih lama dihadapan Romy, wanita itu sangat ingin kembali kerumah dan menumpahkan tangisnya dirumahnya sendiri.

"Ke-kenapa pintunya di tutup kak? Aku mau pulang" susah payah ucapan itu keluar dari mulut Salsa sebab sesak dadanya seolah menghimpit setiap kata yang ingin wanita itu keluarkan.

Bukannya membukakan pintu untuk Salsa sesuai permintaan istrinya itu, Romy malah mengikis jarak lalu membawa Salsa kedalam pelukannya.

Tak ada perlawanan, tenaga Salsa sudah terkuras banyak saat dia menangis dan mengungkapkan perasaannya tadi.

Beberapa menit hanya keheningan yang terjadi, Salsa masih dalam pelukan Romy walaupun wanita itu tak membalasnya, dan Romy masih diposisi yang sama, memeluk Salsa dengan penuh cinta.

Ada kalanya pelukan Romy semakin erat saat tangisan penyesalan sebisa mungkin dia tahan, lalu setelah itu kecupan sarat akan kasih sayang mendarat di puncak kepala istrinya.

"Sal, aku merasa kehilangan semuanya setelah kamu meninggalkan aku empat tahun yang lalu" Akhirnya Romy membuka suara, walaupun pelukan mereka enggan untuk Romy lepaskan

"Setiap hari setelah kepergian kamu, hanya penyesalan dan rasa bersalah yang setiap harinya aku rasakan. Semua kamu bawa pergi, cintamu juga calon anak kita saat itu" lanjutnya

"Aku menyukai semua hal yang kamu punya, semua hal dalam diri kamu semua indah di mata aku"

Romy menguraikan pelukannya, lalu membawa wajah Salsa kedalam tengkupan kedua tangannya. Di pandangnya iris mata sendu istrinya, mata wanita itupun sudah sembab sebab menangis dalam waktu yang tidak sebentar

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

If it is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang