----------
Kini tak ada beda hidup dan mati. Iblis telah menguasai diri. Senandung jerit tangis dan kertak gigi menghantui. Sang iblis bersorak sorai. Ya, mereka menang atas dosa-dosaku.
----------
Aku remuk dalam ketiadaanku. Hidup dan mati seperti hanya dibatasi oleh selembar kain tipis. Aku semakin berada di ambang maut. Darah ini rasanya tak mampu lagi mengaliri raga. Semua organ tubuh berhenti berfungsi. Deru napas mulai melemah. Hingga pori-pori kulit mendingin.
Kematian.
Aku benar-benar ingin sang Lucifer menjemputku, karena aku tahu, tidak akan ada Grabriel dan Mikhael yang menyambutku di pintu surga. Seandainya aku bisa memilih kapan aku bisa mengakhiri takdir hidupku. Kini sang takdir telah memenangkan semuanya. Aku kalah. Aku menyerah kepada takdir.
Dalam gelap ini, aku masih mampu melihat diriku sendiri. Terpantul melalui cermin, ia sungguh menyedihkan. Dengan tubuh yang hanya dibalut kain putih, dan rupa diri yang tak berbentuk. Aku mengutuki diriku sendiri. Aku mengutuki kebodohanku.
Ketika hati tak mampu lagi menang melawan akal sehat, inilah hasilnya. Hanya tubuh hina yang telah dipenuhi memar kebiruan bekas cumbuan sang iblis. Tidak ada isak tangis yang terdengar. Mungkin hatiku telah mati mendahului raga.
Aku masih memandang nyalang diriku, memutar tubuh, dan merasakan kain putih itu kini telah penuh dengan noda darah yang seakan menertawakanku. Dengan perlahan, aku membuka kain putih itu, melihat tubuh bagian belakangku.
Aku menggeleng tidak percaya saat hanya melihat sang merah yang memenuhi punggungku. Aku menggigit bibir bawahku. Merasakan perih yang kembali menggerogoti hati hingga habis tak tersisa. Perih itu mungkin akan abadi. Aku kembali merapatkan kain putih itu di tubuhku. Menghapus air mata yang sudah mengering bersama dengan mengeringnya hati.
***
Inessa Feodora, nama itu selalu menghantuiku, mengikuti bahkan hingga ke alam bawah sadarku. Sebenarnya siapa dia? Apakah ia istri Leon? Memang sulit mempercayai bahwa Leon sudah memiliki istri, tetapi aku tidak akan pernah tahu kebenarannya jika tidak mencari tahu.
Lalu dari manakah aku harus memulai semuanya? Bertanya langsung kepada Leon juga akan membuatku semakin terluka. Untuk saat ini mungkin aku akan lebih memilih untuk menghindari Leon. Tadi saat bangun aku juga hanya berdiam di kamar dan memilih tidak keluar sebelum Leon meninggalkan rumah.
Sekarang sudah pukul sembilan pagi, aku tidak merasakan tanda-tanda kehidupan di sini. Semuanya terasa sunyi dan membuat hati semakin kosong. Aku mencoba utuk berpijak kembali di duniaku. Merenung dan mengutuki diri jelas tidak akan membawa perubahan apa pun.
Dengan langkah gontai, aku membuka pintu. Sepi langsung menyergapku. Langkap perlahan menggiringku menuju ruangan hina itu, ya mungkin kata hina lebih pantas untuk mengganmbarkan bagaimana ruangan itu yang telah menjadi saksi bisu dari hilangnya mahkotaku yang paling berharga dan selama ini aku jaga baik-baik.
Lututku gemetar saat aku sudah berada di balik pintu. Bagaimana jika nanti Leon masih berada di dalam? Suara derit pintu yang terbuka akibat hembusan angina tiba-tiba menyentakkanku. Kepalaku melengok ke dalam dan ternyata ruangan itu telah kosong.
Aku enggan untuk masuk, masuk hanya akan membuatku mengingat kejadian hina itu. Masuk berarti aku akan menghancurkan diriku lebih dalam karena saat ini pun aku sudah hancur. Melihat Leon tidak ada, kakiku justru mengantarkan aku ke balik pintu kamarnya. Semenjak tinggal di rumah ini, aku memang belum pernah sama sekali masuk ke dalam kamarnya.
Instingku mengatakan bahwa ada sesuatu yang bisa menjadi petunjukku di dalam kamarnya. Dengan memberanikan diri, aku membuka pintu itu. Tidak terkunci! Rasa takut tiba-tiba menjalar dan membuat langkahku terhenti di ambang pintu yang sudah terbuka. Aku takut jika tiba-tiba Leon berada di dalam. Karena seringkali lelaki itu tiba-tiba muncul di saat yang tak diinginkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/55906679-288-k906194.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alanis "a forbidden love"
RomanceDi bawah langit Rusia Kita meretas cinta Meleburkan batas ketidakbenaran Mengisi tiap gores kidung kehidupan Hingga takdir menentukan jalannya... Di bawah langit Rusia Aku, Alanis Caradoc... Dan inilah kisah cinta terlarangku... ...