----------
Dalam rengkuh tubuh ringkihmu, aku menguarkan segala rindu yang terpendam, menyalurkan berjuta cinta yang aku miliki, hanya padamu.
----------
Derap langkah ini berpacu lebih lambat dibanding jarum detik yang selalu berdetak teratur. Jantungku tak lagi bekerja dengan normal. Detaknya membuat napasku terengah. Lorong rumah sakit ini begitu panjang dan menjengahkan. Seakan berjalan pelan dalam kubangan lorong kematian yang dipenuhi oleh pekat. Aku digiring oleh malaikat maut untuk menatap ngerinya kegelapan yang dulu selalu menjadi bagian diriku yang lain.
Langkahku terhenti, di depan pintu itu, aku melihat Kenny, Daddy Yanez, dan Mommy Claire yang berdiri tegang dengan ekspresi yang membuat hatiku pilu. Aku mendapat tepukan pelan di bahu. Daddy berada di belakangku, ia melangkah terlebih dahulu untuk mendekati mereka. Sementara aku terpaku di tempatku. Aku memilih diam, jika pun ada tiang besar dihadapanku mungkin aku lebih memilih untuk menenggelamkan diriku di dalamnya.
Daddy terlihat berbicara serius dengan Daddy Yanez, dan tiba-tiba mata mereka menangkapku, bagai memenjarakan aku dalam kepedihan itu. Pelan, aku kembali melangkah dengan pelan. Mencoba menguatkan hati untuk mendengar sesuatu yang paling buruk. Aku sudah mempersiapkan hatiku sejak dari Bali. Aku berjanji tidak akan mengeluarkan air mata, tetapi nyatanya, rasa sesak ini mendorong kelenjar air mataku untuk bekerja dua kali lipat lebih keras.
Aku memaki diriku sendiri. Mengapa sekarang aku menjadi pengecut? Mengapa aku takut menghadapi mereka? Inikah aku yang sebenarnya? Ya, aku memang pengecut tanpa sosok iblis di hatiku. Aku sudah membuangnya jauh. Meditasi setiap hari membuatku akhirnya bisa menemukan diriku kembali yang sempat hilang. Walaupun dengan itu aku harus menerima segala kelemahanku.
"Ap-apa yang terjadi dengan Alanis?" tanyaku dengan suara parau saat sudah berada di dekat mereka.
Mereka menatapku dengan pandangan kaget dan sulit dibaca. Aku memandang diriku sendiri dan tersenyum pedil. Aku menggenggam erat kedua pegangan kruk yang saat ini selalu menjadi sahabat ketika aku berjalan. "Bagaimana keadaan Alanis?" aku mencoba mengalihkan pandangan mereka dari keadaanku yang menyedihkan.
Sejak insiden enam bulan yang lalu, aku memang sempat dilarikan di rumah sakit oleh daddy. Hantaman-hantaman itu mengenai beberapa syaraf vital yang akhirnya berakibat pada kelumpuhan terlebih saraf tulang belakang. Tetapi aku telah menjalani terapi selama enam bulan sehingga saat ini aku sudah bisa berjalan menggunakan kruk walaupun terkadang langkahku masih oleng dan tidak bisa terlalu lama berdiri.
"Sayang, apa yang terjadi denganmu?!" Pekik Mommy Claire sambil memelukku. Aku mencoba untuk tersenyum dan mengelus punggung Mommy Claire.
"Aku tidak apa-apa, Mom. Hanya kecelakaan kecil saja," dustaku begitu lancar. Mataku mengisyaratkan pada daddy untuk tidak mengatakan yang sebenarnya.
"Dad...," sapaku pada Daddy Yanez yang kini tengah menguliti diriku dari atas hingga ke bawah. Aku sedikit jengah, tetapi memang aku harus berada dalam situasi yang tidak mengenakkan ini. Pandangan Daddy Yanez kemudian berpaling, sekan tidak mau melihatku. Enam bulan waktu yang sudah aku habiskan dalam pengasingan, tetapi sepertinya itu belum mengubah apa pun menjadi lebih baik.
Lututku bergetar, berdiri terlalu lama dengan kruk kadang memang membuat kakiku sakit, kram dan ngilu. Maka dari itu aku lebih banyak menghabiskan waktuku untuk duduk di atas kursi di depan easel sambil melukis wajah Alanis atau hanya sekedar sketsa gambar di atas buku sketsaku.
Terdengar hembusan napas berat dari Kenny. Aku menoleh ke arahnya dan menatapnya dengan pandangan penuh tanya. "Bolehkah aku bertemu dengan Alanis?" ijinku hati-hati, karena aku tahu aku bukan siapa-siapa lagi di mata mereka. Bahkan Daddy Yanez telah mencabut nama Caradoc di balik namaku. Saat ini aku hanya berdiri sebagai seorang Leonard.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alanis "a forbidden love"
RomansaDi bawah langit Rusia Kita meretas cinta Meleburkan batas ketidakbenaran Mengisi tiap gores kidung kehidupan Hingga takdir menentukan jalannya... Di bawah langit Rusia Aku, Alanis Caradoc... Dan inilah kisah cinta terlarangku... ...