----------
Rasa perih ini tak terperi. Ketika masa lalu menyenandungkan eleginya. Aku... tak akan mampu menemukan aku yang dulu.
----------
Mataku terasa berat sekali untuk sekedar terbuka. Rasa pening itu kembali menjalar. Aku mencoba meraba-raba. Sepertinya aku berada di atas ranjang. Tetapi kenapa aku tidak pernah merasakan bahwa aku tertidur sebelumnya? Tanganku dengan pelan merambat menuju keningku. Merasakan ada perban yang menempel di sana. Ah, aku sepertinya memang kehilangan banyak darah saat Khareena melemparku dengan gelas sialan itu.
Ia adikku dan ia memang tidak segan untuk melukaiku. Benar-benar gadis kecil berhati iblis. Mengingat itu membuatku tersenyum sinis. Bukankah aku juga berhati iblis? Ternyata aku memang memiliki kesamaan dengan Khareena. Dan itu semua hanya gara-gara lelaki sialan bernama Keanu Caradoc. Seandainya ia bisa menempatkan dirinya untuk menjadi ayah dan suami yang baik, tentu semua ini tidak akan terjadi. Ah, aku lupa lagi, ia baik, terlalu baik bahkan, tetapi karena kebaikannya justru menyakiti kami semua. Dan-aku-benci-itu!
Praaaang!!!
Aku tersentak saat mendengar suara benda kaca yang dilempar. Aaarrgghh!!! Pasti Khareena lagi! Aku kini benar-benar sudah membuka mata dengan lebar. Mengabaikan rasa sakit yang masih menjalar, beranjak dari ranjang dan keluar dari kamar mommy dan Keanu.
Langkahku terhenti di ujung tangga saat mendengar suara isakan mommy. Sementara Keanu hanya terdiam sambil memandang mommy dengan tatapan sedihnya. Brengsek, kenapa Tuhan masih membiarkan dia hidup di dunia ini? Dan justru ia ada untuk membuat mommy menangis!
Aku masih menahan diriku di tempatku berpijak. Tidak mencoba untuk mendekat. Mencari posisi yang aman agar mereka tidak dapat melihat kehadiranku. Dan ada ukiran tiang kayu yang cukup lebar di dekat tangga sehingga aku bisa menyembunyikan diriku di baliknya.
"Aku tidak mau tahu, Kean. Kau harus bersama dengan Khareena!" suara mommy melengking tinggi dalam isakannya.
"Ini gila, Sayang! Kau tahu ini gila dan kau bisa-bisanya memaksa aku melakukannya dengan putri kita sendiri! Padahal kau tahu jika aku... Aaaarrgghh!!!" Keanu sepertinya terpancing emosi sehingga ia menendang bekas pecahan kaca yang ada di lantai. "Untung aku tidak pernah melakukannya dengan Khareena! Aku masih memiliki otak, Key! Aku masih bisa sedikit membujuknya." Napas Keanu terengah. Ia menyandarkan dirinya pada dinding dan memandang mommy dengan tajam.
"Tapi ini semua salahku, Kean! Aku adalah seorang ibu yang gagal! Itu sebabnya dari dulu aku selalu takut memiliki anak! Sejak anak pertama kita keguguran, sejak aku mengandung Khareena, rasa takut itu selalu ada dan menghantui hingga saat ini. dan lihat kenyataannya, anak kita menjadi seperti itu semua gara-gara aku!"
Aku menahan napasku. Ya Tuhan, apakah mommy pernah mengandung dan keguguran? Mengapa... mengapa aku tidak pernah mengetahui kenyataan itu? Berarti sebelum Khareena lahir, harusnya aku memiliki seorang adik lagi? Aku menekan dadaku yang tiba-tiba terasa sesak. Aku sedikit oleng dan tanganku menggenggam erat tiang kayu itu sebagai penopangku.
"Kenapa... kenapa kau selalu menyalahkan dirimu sendiri, Key?" Aku mendengar suara Keanu yang melunak. Ia kini berjongkok di samping kursi roda mommy. Kedua tangannya terangkat untuk menangkup wajah mommy dan menghapus air matanya. "Kau adalah ibu terhebat, Sayang. Dengar? Kau ibu terhebat. Kau bisa melahirkan Khareena dalam kondisi yang luar biasa sulit. Kau hampir kehilangan nyawamu sendiri. Kumohon, jangan pernah menyalahkan dirimu lagi. Mengerti?"
"Tetapi seandainya aku tidak sakit—"
"Sssttt... Key, tidak ada yang mengetahui kapan Tuhan mendatangkan sakit itu. Aku bisa merelakan kondisimu. Aku bisa menerima semuanya. Kenapa kau tidak bisa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alanis "a forbidden love"
Любовные романыDi bawah langit Rusia Kita meretas cinta Meleburkan batas ketidakbenaran Mengisi tiap gores kidung kehidupan Hingga takdir menentukan jalannya... Di bawah langit Rusia Aku, Alanis Caradoc... Dan inilah kisah cinta terlarangku... ...