-----------
Kefanaan telah kehabisan napasnya. Keabadian mendengungkan nyanyiannya. Tak ada air mata dalam dekap sayap bidadari surga. Duka telah terhapus tanpa sisa. Bahagia menemui soraknya.
----------
Pekat langit itu kian memudar, digantikan semburan cahaya fajar yang menyingsing dari timur. Embun telah menampakkan kristal-kristalnya, menetes melalui helai dedaunan. Butiran embun jatuh di atas sebuah latar hijau berhiaskan nisan-nisan kuno dengan patung-patung malaikat yang menjadi teduh bagi tubuh-tubuh yang telah menguar bersama sang bumi. Bunyi kesunyian melenakan pagi. Tak lama, cicit burung menyenandungkan kidung liturgis monofonik untuk menyambut tubuh yang telah luruh dalam belai lembut kematian.
Bagaskara masih malu mengeluarkan wajahnya, bersembunyi di balik sinar kemerahan yang perlahan meredup. Rupanya kelabu mengambil peran, menutup langit dan menghapus jejak bias sinar mentari. Gelap menyambut pawai limousine yang memasuki gerbang area pemakaman. Puluhan manusia berpakaian serba hitam turun dari dalamnya. Salah satu mobil berhiaskan bunga, berada di tengah, menandakan bahwa sebuah tubuh telah rebah dalam balut peti berukir indah.
Dua anak kecil dengan gaun hitam yang indah berjalan di depan. Jemari mungil mereka secara bersamaan membawa sebuah foto berukuran cukup besar yang menampakkan lembut wajah seorang perempuan yang kini sudah menghuni nirwana. Puluhan manusia berjejer di belakang peti yang diangkat untuk menuju liang yang telah di siapkan.
Langkah-langkah kaki itu kini berada di depan sebuah makam berhiaskan marmer dan ukiran indah. Makam dengan nisan bergoreskan nama Leonard Caradoc. Yang telah terlebih dahulu direngkuh oleh keabadian. Kini, sang takdir telah memutuskan kedua jiwa sepasang kekasih itu bersatu dalam dunia yang berbeda. Membiarkan senyum mereka rekah bagai kelopak mawar indah di atas kemegahan nirwana.
Dan kini, di sisi pusara Leonard Caradoc akan disemayamkan jasad Alanis Caradoc. Peti telah siap di tempatnya, pendeta akan memulai upacara pemakaman. Claire berdiri dengan tangan erat memeluk suaminya, juga Keanu dan Kenedy yang hanya mampu berdiri membeku memandang tubuh yang tak lagi mampu dilihat secara kasat mata. Kenneth dan Khareena juga bergeming menunggu sang pendeta membuka kata.
Semua mata ditutup oleh kacamata hitam, enggan untuk menampakkan sembab yang menguasai sejak tubuh itu dinyatakan tak lagi bernyawa. Sementara Kenny bersimpuh di sisi peti, memeluknya, seperti ketika Leonard memeluk peti ibunya. Hanya mampu menangis tanpa air mata, karena air mata bahkan telah habis tak bersisa dan meninggalkan luka yang lebih parah.
Kenedy maju mendekati putranya, memeluk dari belakang dan mencoba memberi kekuatan. Laqueena dan Laquisha hanya terdiam, menatap setiap orang yang menahan tangis mereka dengan heran karena masih belum mampu mencerna apa yang telah terjadi. Mereka meletakkan foto itu di sisi peti ibunya. Tersenyum dan kembali mundur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alanis "a forbidden love"
RomanceDi bawah langit Rusia Kita meretas cinta Meleburkan batas ketidakbenaran Mengisi tiap gores kidung kehidupan Hingga takdir menentukan jalannya... Di bawah langit Rusia Aku, Alanis Caradoc... Dan inilah kisah cinta terlarangku... ...