-- 25 -- Blaming You

12.6K 965 185
                                    


----------

Sejak malam itu, aku membiarkan sang iblis yang tertidur di dalam hatiku bangkit lagi. Menguasai diriku. Membuat aku melupakan siapa diriku yang sebenarnya. Selama-lamanya.

----------

Seandainya saja bumi dapat menyedotku dalam sekejap. Membuat aku hilang bersama dengan angin. Menenggelamkan aku ke dalam intinya tanpa pernah mengembalikan eksistensiku di dunia ini, tentu aku akan bahagia sekali. Dibanding... harus melihat hal terkutuk yang sangat menjijikkan yang dilakukan oleh adik dan ayah kandungku sendiri.

Cuih!

Bahkan sejak detik ini aku malu mengakuinya sebagai ayah kandungku sendiri. Aku malu memiliki darah yang sama dengannya! Melihatnya hanya memandangku dalam diam. Bahkan ia tidak merespon saat Khareena tiba-tiba bergelayut manja di tangannya.

Aku menatap mereka tajam. Aku masih berusaha mencerna semuanya dengan baik. Berharap bahwa ini adalah bagian dari mimpi buruk. Atau yang paling jelek adalah bagian dari imajinasi liarku. Mungkin karena dulu terbiasa berpura-pura menjadi pengidap skizofernia, kini penyakit itu dengan nyata menyergapku ke dalam belenggunya. Ya, aku masih berharap bahwa semua ini tidak nyata.

Tetapi aku bisa melihat pandangan mencemooh Khareena itu terhadapku. Ia bahkan tersenyum sinis. Tangannya tetap bergelayut pada Keanu yang mematung.

"Dad, sepertinya kita tidak bisa menyembunyikan ini lagi dari Leon. Kita tertangkap basah," katanya dengan manja.

Aku melihat tangan Keanu yang terkepal. Tetapi ia tetap diam dan matanya yang tiba-tiba berubah menjadi sendu. "Hentikan, Khareena." Suara seraknya memenuhi ruangan ini. Tetapi sama sekali tidak menggetarkan hatiku.

"Leon, kenalkan, Keanu Caradoc, dia kekasihku." Khareena tersenyum dengan bangga sambil berjinjit dan mencium bibir Keanu sekilas.

Tubuhnya memang kurus dan kecil, tetapi Khareena cukup tinggi jika dibanding dengan anak seusianya. Aku yang kini membeku. Tanganku terkepal. Ingin bersiap untuk melayangkan pukulan pada wajah mengiba Keanu. Sungguh aku muak melihat wajahnya yang seperti ingin meminta belas kasihan.

"Khareena, hentikan!!! Kita bukan kekasih. Selamanya kau adalah putri kecil daddy!" teriak Keanu dengan frustasi.

Khareena mendengus sinis. "Putri kecil katamu? Bahkan kita sudah bercinta, Dad!"

"Kita tidak pernah bercinta, Khareena!" Aku bisa melihat Keanu menjambak-jambak rambutnya sendiri.

"Oh begitu? Leon bahkan melihatnya dan daddy masih ingin mengelak?"

Keanu mencoba untuk mengatur nafasnya yang memburu. "Leon, dengarkan daddy, itu sungguh tidak seperti apa yang kau lihat. Itu—"

Aaarrggghh!!! Cukup!!! Aku tidak butuh pembelaan dari diri mereka. Bagaimanapun mereka sudah sangat hina di mataku!

"Bajingan!!! Benar-benar bajingan!!!" teriakku dengan suara yang amat lantang.

Aku berteriak sambil berlari untuk menerjang Keanu. Aku tidak peduli ia ayahku. Tetapi kemarahanku tak terbendung lagi. Aku memukul Keanu membabi buta. Tidak peduli bahwa aku sudah melukainya. Tidak peduli dengan darah yang keluar dari sudut bibir dan hidungnya. Darah itu semakin banyak. Ia... mimisan lagi. Tidak!!! Aku tidak boleh iba. Bagaimana pun ia telah melakukan hal yang sangat terkutuk dan ia pantas mati untuk itu!!! Jika perlu, aku akan membunuhnya malam ini juga!!

"LEON!!! Hentikan!!!" suara melengking Khareena berada di dekatku dan berusaha melepaskan aku yang sedang memukul Keanu. Tetapi ia terlalu kecil bahkan untuk sekedar membuat aku melepaskan cengkeraman tanganku pada kerah kemeja Keanu yang ia kenakan asal-asalan.

Alanis "a forbidden love"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang