----------
Persetan dengan segala masalah yang terus mengejar. Untuk saat ini, kita bahagia, dengan cara kita sendiri...
----------
Hawa dingin yang menusuk tulang menyambut dengan salam manisnya saat aku dan Leon menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di tanah ini. Tanah yang memiliki iklim sub artik, yang menjadi tanah terdingin di dunia. Ya, kami sekarang berada di tanah Siberia, lebih tepatnya di sebuah kota yang bernama Irkutsk Oblast.
Aku sendiri tidak tahu mengapa Leon memiliki ide gila untuk membawaku kabur ke tempat yang sangat jauh dari St. Petersburg. Tempat yang sama sekali jauh dari ekspektasiku. Dan jika sudah begini, aku tidak akan pernah tahu bagaimana caranya lari dari Leon jika ia melakukan hal-hal gila di luar nalar lagi.Leon benar-benar tahu bagaimana cara menjebakku.
Setelah tiba di bandara, senja mengambil tempatnya pada cakrawala. Matahari bersembunyi di balik semburat jingga langit. Aku merentangkan tangan dan memandang sunset pertamaku di Siberia dengan decak kagum tiada henti, walaupun aku hanya menikmatinya di luar bandara sambil menunggu taksi.
Setelah mendapatkan taksi, Leon memilih untuk mengajakku ke salah satu pusat perbelanjaan yang ada di pusat kota untuk membeli beberapa pakaian tebal, mengingat bahwa kami sama sekali tidak membawa apa-apa. Hanya membawa baju yang ada di badan kami dan tentunya dompet yang berada di saku celana Leon.
"Leon, ini—" Aku memandang barang belanjaan kami yang banyak sekali. Sebenarnya suami macam apa dia? Apakah ia tidak memiliki sedikit saja hati untuk merasa iba saat melihatku kesusahan membawa barang belanjaan sialan ini?! "Ini berat, Leon!" pekikku sambil membanting beberapa tas kertas yang berisi pakaian miliknya.
"Aku sudah membayar semuanya, Alanis, jangan pernah menggerutu. Sebentar lagi kita akan menuju ke hotel."
Apa-apaan dia?! Bahkan saat ini ia sudah membuat mood-ku benar-benar buruk. Apakah ia tidak bisa bersikap manis seperti kemarin? Atau jangan-jangan tujuannya membawa aku jauh dari daddy dan mommy hanya karena ia ingin menyiksaku? Aku bergidik ngeri membayangkannya. Apalagi mengingat hal-hal mengerikan yang pernah aku lewati dengannya. Aku bahkan bergetar saat melihat luka sayatan dan luka bakar di telapak tanganku. Sebentar lagi, apa yang akan ia lakukan pada diriku?
"Alanis, buang jauh-jauh pikiran burukmu tentang aku. Jangan pikir aku tidak tahu bahwa kau sedang membayangkan hal yang tidak-tidak." Hazel itu menatapku tajam.
"Huft! Jika mommy dan daddy sampai tahu putri kesayangan mereka diperlakukan seperti ini oleh suaminya sendiri mereka akan membunuhmu, Leon!" gerutuku semakin menjadi-jadi.
Mengingat mommy dan daddy sepertinya mampu membawaku ke dalam realitas walau hanya sejenak. Bagaiman keadaan mereka saat ini? Apakah mereka sedang mencari aku dan Leon? Bodoh! Tentu saja iya, Alanis! Mereka tidak mungkin melupakan anaknya yang tiba-tiba menghilang ketika upacara pemakaman! teriak hati kecilku.
Sedikit menyesal mengikuti Leon, tetapi ini sudah kepalang basah. Aku tidak bisa ke mana-mana lagi. Dan ponselku telah dirampas oleh Leon agar aku tidak bisa menghubungi mommy dan daddy. Aku yakin, ketika kami pulang nanti, aku dan Leon mungkin sama dengan menyetorkan nyawa kami, dan aku harus siap dengan segala konsekuensi atas apa yang telah aku putuskan. Aku akhirnya hanya bisa cemberut membayangkan hal itu dan kembali membawa barang-barang belanjaan ini hingga kami masuk ke dalam taksi yang akan mengantar kami ke hotel.
Sesampainya di hotel, aku meletakkan segala lelahku dengan duduk di atas ranjang dan melempar segala barang belanjaan itu di lantai begitu saja. Aku tidak peduli pada apa yang akan dilakukan Leon. Mungkin ia akan memilih untuk membersihkan diri sebelum tidur. Mataku menjelajahi ruangan kamar yang bergaya minimalis ini tetapi tetap tampak indah. Bangunan hotelnya saja dari luar sudah begitu unik dan artistik. Bangunan berbentuk silindris dengan lantai yang cukup tinggi tetapi tidak menghilangkan nuansa Eropa jika tampak dari luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alanis "a forbidden love"
RomantikDi bawah langit Rusia Kita meretas cinta Meleburkan batas ketidakbenaran Mengisi tiap gores kidung kehidupan Hingga takdir menentukan jalannya... Di bawah langit Rusia Aku, Alanis Caradoc... Dan inilah kisah cinta terlarangku... ...