----------
Ia terlihat, ia dekat, namun ia tak tersentuh.
----------
Leon POV
Saat ini kami berada di atas langit untuk menempuh perjalanan menuju kota Moskow. Daddy Yanez dan Keanu memutuskan untuk membawa Alanis kembali ke Moskow karena hawa di Irkustk yang sangat ekstrim sehingga takut terjadi sesuatu yang lebih buruk lagi.
Semuanya terjadi begitu cepat, kami menggunakan pesawat jet milik salah satu sahabat Keanu yang merupakan pejabat pemerintahan. Dan saat berada di dalam jet, aku benar-benar tidak dapat menyentuh Alanis sama sekali. Kami sengaja dipisahkan di ruang kabin yang berbeda.
Dan aku sendiri di sini. Hanya menatap gumpalan-gumpalan seperti permen kapas yang memenuhi langit cerah. Alanis sudah sadar, tetapi kondisinya masih tidak baik. Ia bahkan harus dibantu oleh selang oksigen untuk bernapas.
Dan disaat kondisi itu, aku tidak bisa memeluknya, aku tidak bisa menggenggam tangannya, aku tidak bisa memberikan kekuatan padanya secara langsung. Sialan! Aku benar-benar terisolasi di dalam kabin sialan ini!
Sebenarnya apa yang terjadi padanya? Apakah ia hanya kelelahan? Mengapa aku merasakan bahwa ada sesuatu yang buruk mengenai kesehatannya dan itu selalu disembunyikan oleh Alanis?
Aarrghh!!
Aku membutuhkannya saat ini. Aku butuh melihat wajahnya. Aku ingin membisikkan kata-kata cinta untuknya. Tetapi aku bagai berada di ruang hampa tanpa oksigen dan sebentar lagi mungkin nyawaku akan hilang dengan sendirinya.
Aku berdiri dari kursi pesawat dan berjalan pelan menuju pintu kabin yang tertutup, yang memisahkan aku dengan separuh diriku yang lain. Aku tidak peduli aku akan menerima amukan, pukulan, atau makian dari Daddy Yanez dan Keanu. Aku hanya butuh memastikan kondisi Alanis.
Aku mengetuk pintu kabin dengan keras. Berharap mereka mau melunakkan hati mereka untuk bisa memperbolehkan aku melihat istriku. "Dad! Ijinkan aku melihat Alanis. Aku mohon!!!" pekikku sambil terus menggedor pintu.
Hening.
Aku mencoba mendekatkan telingaku pada pintu besi itu dengan jantung yang sudah bekerja dua kali lipat lebih kencang.
"Dad... Leon... aku mau bertemu."
Aku mendengar suara isakan Alanis yang begitu lemah merengek pada daddy-nya.
"Alanis!!! Aku di sini!!! Dad, buka pintu, aku mohon!!!" aku kembali menggedor pintu itu, kini lebih keras.
"TIDAK ALANIS! Jangan pernah membantah kata-kata daddy! Daddy benar-benar marah pada kalian sekarang!" Suara Daddy Yanez terdengar begitu keras. Aku menahan napas.
Aku yakin ini adalah pertama kalinya dalam hidup Alanis dibentak oleh Daddy Yanez. Dan aku memang tidak pernah melihat kilat kemarahan yang begitu besar sebelumnya. Aku tahu aku telah mengecewakan semuanya. Tetapi aku hanya ingin aku lah yang di hukum. Tidak dengan Alanis, apalagi dengan kondisi kesehatan Alanis yang seperti itu.
Suara isakan Alanis yang semakin terdengar nyaring benar-benar menamparku. Aku hanya bisa menekan dadaku yang terasa perih. Aku jatuh terduduk. Hanya bisa mendnegarkan suara mereka dari dalam penjara tak kasat mata ini. Hanya bisa menangisi keadaan. Hanya bisa memaki dan mengutuk diriku sendiri. Konsekuensi ini terlalu berat, aku bahkan tidak sanggup membayangkan ketika aku mati dengan membawa semua penyesalan ini.
***
Aku sudah berada di bawah langit kota Moskow. Dan jangan pikir bahwa aku berhasil melihat Alanis. Tidak! Daddy Yanez benar-benar tidak main-main dengan ucapannya. Melihat seujung kuku Alanis pun aku tidak akan bisa. Ketika tiba di kota ini, Daddy Yanez dan Keanu memilih untuk meninggalkan bandara terlebih dahulu dengan membawa putrinya, sementara alku ditinggal di dalam kabin dua jam kemudian sebelum petugas yang membuka pintu dan menjemputku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alanis "a forbidden love"
RomanceDi bawah langit Rusia Kita meretas cinta Meleburkan batas ketidakbenaran Mengisi tiap gores kidung kehidupan Hingga takdir menentukan jalannya... Di bawah langit Rusia Aku, Alanis Caradoc... Dan inilah kisah cinta terlarangku... ...