"Kamu kenapa?" Kamu bertanya, terlihat perhatian. Aku menggeleng, ku katakan aku tidak apa-apa.
Kamu berkata lagi, "Kamu pasti bohong." Bibirmu mengerucut ke depan, memandangku dengan tatapan kesal. Rambut keritingmu jatuh berantakan menutupi dahi, tapi kamu masih terlihat sempurna.
"Tidak, kok. Aku tidak apa-apa." Balasku ngotot. Tak berniat untuk memberi tahu yang sebenarnya. Meskipun terlihat kesal, kamu memelukku.
"Kalau ada yang jahatin kamu, tinggal bilang sama aku. Pasti aku akan bikin dia nyesel karena udah jahatin kamu." Kamu berbisik di telingaku, membuatku tersenyum karena perhatianmu. Tapi sedetik kemudian senyumku pudar, karena aku sadar perhatian yang kamu bagi ke aku adalah hal wajar.
Pernah sekali kamu datang ke kamarku. Saat itu sudah larut malam, hujan pula. Kamu mengetuk pintu terburu-buru.
"Aku tidur sama kamu ya? Gabisa tidur, nih." Katamu dengan mata setengah terpejam dan bantal di pelukanmu.
Aku mengangguk saja, mengikuti kebohonganmu. Bukan tak bisa tidur, aku tahu kamu takut hujan deras dan suara petir yang menggelegar.
Dengan senyuman kecil aku mengangguk. Apa dayaku menolakmu?
Malam itu aku tidur nyenyak dan bermimpi indah karena aku tahu kamu ada di sampingku. Aku merasa aman.
Waktu itu kamu tersenyum padaku. Kamu bilang aku satu-satunya orang yang bisa membuatmu selalu tersenyum. Tapi aku sadar kalau kamu bohong. Karena setiap melihat handphonemu kamu tersenyum lebar.
Disitu aku sadar kalau ada orang lain yang bisa membuatmu tersenyum selain aku.
Waktu itu aku ngotot bertanya, "Siapa sih yang kamu kirimi pesan?" Kamu menatapku, meskipun kamu berusaha keras untuk tidak tersenyum aku tahu kamu sedang mengulum senyum.
Kenapa di kulum? Kenapa kamu tidak tersenyum saja? Aku suka melihat senyum kamu.
Tapi kemudian aku berfikir, lebih baik senyuman itu kamu kulum saja. Kenapa? Karena senyuman itu bukan aku yang membuatnya.
Tapi hari itu aku kaget sekali saat kamu pulang dengan menggandeng seorang gadis cantik. Kamu tersenyum lebar sekali. Kamu bilang dia itu milikmu dan kamu itu miliknya. Aku tersenyum kecil dan berkata aku ikut bahagia untuk kamu.
Tapi kamu tau tidak kalau saat itu aku ingin menjerit? Kamu tau tidak kalau aku ingin bilang kamu tidak adil? Apa gunanya semua perhatian yang kamu berikan selama ini padaku? Katamu, aku satu-satunya yang bisa membuatmu tersenyum, membuatmu bahagia. Tapi sekarang kamu punya dia.
Berhari-hari aku diam, mencari jawaban.
Namun akhirnya aku mengerti, semua perhatianmu, semua rasa perdulimu, semua yang kamu berikan padaku bukanlah hal yang spesial. Karena kamu memang harus seperti itu kan?
Karena kamu memang harus menjagaku, adikmu sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
memoir(^○^)
Разноеand i'll give away a thousand days just to have another one with you. (a scribbled down wound of a pessimistic seventeen).