Teruntuk kamu, patah hati pertamaku.
                              Ini akan terdengar sangat bodoh, namun kurasa aku tak pernah benar-benar jatuh cinta setelah kepergianmu. 
                              Banyak yang datang dan pergi. Banyak yang menawarkan peluk hangat serta nyaman tak terkira secara cuma-cuma. Banyak di antara mereka yang senyumnya mampu menerangi penjuru kota dan tawanya membangunkan sisi terang dalam diri orang-orang kelam. 
                              Namun tetap saja, mereka bukanlah kamu.
                              Aku masih tidak mengerti apa tepatnya yang kamu punya namun tidak dimiliki tujuh miliar orang lainnya.
                              Mungkin itu senyummu--tidak simetris, dengan satu sisi lebih tinggi dari sisi lainnya. Mungkin tawamu--nyaring dan menyebalkan namun mampu membuat dadaku berdesir. Atau mungkin caramu melihatku--seakan akulah satu-satunya perihal yang penting di permukaan Bumi. Entahlah, aku masih tidak mengerti.
                              Sering aku bertanya pada bintang-bintang, membisikkan harapku di sela-sela malam, andai waktu bisa diulang dan aku memilih langkah yang benar, akankah kita berada di jalur yang sama? 
                              Aku tidak akan menipu diriku sendiri dengan berkata kalau aku telah berhasil mengenyahkan bayangmu dari hidupku sepenuhnya. Rasa yang kupunya untukmu memang tak lagi membara, namun kini terasa sayup hangatnya. Seperti teguk terakhir dari dasar cangkir teh panas. 
                              Mencintai kamu dan ditinggalkan olehmu, demi Tuhan, membuatku mati rasa. Berkali-kali aku coba untuk kembali jatuh di pelukan mereka yang lain, namun hangatnya tak pernah sehangat dekapanmu. Nyamannya tak pernah senyaman aku saat bersamamu. Bahkan bahagia yang kurasa bagai dibumbui hambar--tak pernah terasa benar.
                              Kamu membuatku terlihat seperti pihak yang salah. Kamu membuatku jatuh, lalu mematahkanku hingga aku hanyalah serpihan yang hanyut bersama abu. Kamu tinggalkan aku bersama patahan-patahan yang mungkin butuh ratusan tahun untuk kususun. Kamu seharusnya tahu, aku tidak akan penah benar-benar utuh. Luka yang kamu toreh akan terus menganga. Separuh aku yang dulu kutawarkan padamu pun telah luluh lantah.
                              Kini aku hanyalah gadis kecil berhati mati yang menapak di muka bumi, berjalan tertatih, berusaha menyatukan rasa pada keping-keping yang tak pasti tanpa pernah benar-benar membalas rasa yang mereka miliki.
                              Dan untuk orang-orang yang mencintaiku namun tak pernah benar-benar kucintai; aku menyalahkanmu.
                                      
                                          
                                  
                                              KAMU SEDANG MEMBACA
memoir(^○^)
Randomand i'll give away a thousand days just to have another one with you. (a scribbled down wound of a pessimistic seventeen).
