Aku ingin menulis tentangmu—memberitahu dunia tentang kisah kita yang kini hanya bisa mengisi lembar-lembar usang dalam buku catatanku agar kiranya tak termakan waktu. Namun setiap paragraf yang bercerita tentang kita terasa kaku. Kata-kataku telah mati. Sama seperti kita sejak hari di mana dua senja berakhir.
Aku ingin menulis tentangmu—perihal sorot hangat yang dulu selalu mengirimkan desir di sepanjang tubuhku dan tentang tanda tanya besar yang membayang di atas alam sadarku saat aku menatap matamu dan tak lagi mengenali siapa sosok dibalik manik hitam legam itu. Kamu, asing.
Aku ingin menulis tentangmu—mereka ulang hari di mana kamu mengambil langkah menjauh meski aku tahu betul hal yang kamu lakukan adalah demi kebaikanmu, kebahagianmu. Dan demi Tuhan, aku ingin kamu bahagia. Aku ingin kamu bangun di pagi hari dengan senyum tulus dan bukannya tampang kusut karena memikirkan perkelahian kita semalaman. Tidak, aku ingin kamu bahagia. Tetapi tidakkah kamu berpikir sesekali, bahagiaku, di mana aku bisa mendapatkannya?
Aku ingin menulis tentangmu—perihal aku, kamu dan kisah kita yang perlahan menjelma menjadi abu. Sebentar saja, aku janji. Tak akan lama kutangisi aku dan kamu yang kini dan nanti tak akan pernah lagi menjadi kita. Sudah lepas semua sulur yang menahanku di tempat. Sudah habis kata-kata yang membelengguku dalam ragu sesaat.
Kata-kataku telah mati.
Sama seperti kita sejak hari di mana dua senja berakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
memoir(^○^)
De Todoand i'll give away a thousand days just to have another one with you. (a scribbled down wound of a pessimistic seventeen).