• trap / l.p

2K 114 1
                                    

Base on a Korean song called Trap by Henry Lau. I can't write the meaning of that song perfectly but i hope you like it. Enjoy!

---

Rasanya tubuhku kaku.

Dari beberapa hari yang lalu aku hanya berbaring di atas kasur dingin sambil menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong. Berkali-kali teman-temanku datang mencoba untuk mengajakku keluar dari kamar. Sekedar berjalan-jalan atau bahkan ke Pub. Tapi aku tidak bergeming. Aku masih saja disini menatap ke arah langit-langit dengan satu nama yang memenuhi pikiranku.

Sella.

Entah sejak kapan aku dan dia mulai terlihat berbeda. Dia dengan segala kesibukanya dan aku dengan urusanku. Kami seperti dua ekor burung di dalam satu sangkar yang berusaha sangat keras untuk menyatu. Sampai akhirnya sangkar itu tidak cukup kokoh untuk menahan kami berdua. Dan boom! Begitu saja, semuanya hilang.

Percaya atau tidak, aku merasa seperti terjebak.

Aku bahkan selalu mengusap tempat kosong di kasurku saat aku bangun tidur. Berharap aku bisa merasakan hangat tubuh gadis itu saat dia berbaring di sebelahku, sekali lagi.
Merasakan hangat tubuhnya dan sensasi berdesir di dadaku saat dia memeluk ku.

Bayangan kejadian saat aku melepaskanya terus berputar di kepalaku seperti sebuah film. Film hitam putih tanpa suara yang menyakitkan.

Aku masih ingat saat dia datang ke flat-ku malam itu. Dengan mata sembab dan wajah pucat. Saat itu aku memeluknya erat dan menggenggam tanganya sambil membisikkan berbagai macam kata yang mungkin bisa membuatnya tenang.

Kemudian setelah aku membuatkanya segelas teh, dia mulai buka suara.

"Aku minta maaf, Liam." Sella menunduk dalam kemudian menatapku dengan penuh penyesalan di matanya, "Kau pasti sekarang merasa jijik padaku."

Aku meraih tanganya meskipun aku merasa heran,"Ada apa sebenarnya, Sella? Aku tidak mungkin merasa jijik padamu." Ku genggam tanganya semakin erat. Tapi reaksi yang ku dapat malah dia berusaha melepaskn tanganya.

Kemudian tanpa aba-aba gadis itu mulai menangis. Dia terisak pelan, bahunya berguncang. Aku dengan otomatis merengkuh nya ke dalam pelukanku dan mengusap punggungnya.

"Everythings gonna be fine." Aku menangkup wajahnya di kedua telapak tanganku dan mencium kening nya sekilas.

Sella menghapus sisa air matanya dan bergumam, "I dont deserve all of this. Kau terlalu sempurna." Balasnya dan aku langsung memeluknya lagi.

"Sst, kau ini ngomong apa sih?" Oke, dan sekarang aku mulai bingung dengan segala sesuatu yang terjadi.

Sella kemudian membuka tas nya dan meraih iPhone-nya. Selama beberapa saat matanya terpaku pada layar ponsel nya sebelum menunjukkan sebuah artikel yang berjudul "Liam Payne's Girlfriend Making Out With Another Boy? Ouch!" padaku.

Aku tersenyum kecil dan menggeleng pelan, "Astaga Sella, kalau hal ini yang membuatmu seperti ini, aku hanya ingin kau tau kalau aku tidak pernah mempercayai rumor kacangan seperti itu." Ku mainkan jariku di rambutnya, "Aku mempercayaimu, rumor itu tidak benar. Aku tau."

Tapi Sella malah menarik diri dariku dan menatap ku dengan sorot penuh sesal. "Bukan, bukan itu Liam." Dia menelan ludah, "Sayangnya rumor itu benar." Sambungnya lirih membuat jantungku berhenti berdetak selama sepersekian detik.

Mungkin Sella menyadari perubahan ekspresi wajahku karena dia langsung menghamburbke arahku dan menggenggam tanganku, "I'm so sorry Liam. I was so drunk. I feel so guilty i swear, thats the reason i tell you this. I'm so sorry, i really really do."

Tapi aku tidak menghiraukan ucapan nya. Aku malah melepaskan genggaman tanganya padaku dan berkata dingin, "Apa aku saja tak cukup untukmu? Hah?"

"Bukan seperti itu." Dia menutup wajahnya dengan kedua tangan, terlihat frustasi. "You were on tour and i feel so lonely. I dont know, Liam. Teman-temanku mengajakku ke sebuah pub. Aku tidak mengira itu akan terjadi." Aku bisa melihat bibir Sella bergetar, dia pasti berusaha sangat keras untuk menahan tangis. Tapi entah kenapa aku tidak perduli. "I'm so sorry." sambungnya lirih.

"Kau pikir maaf bisa menyeleaaikan segalanya?"aku menatapnya tajam. Entah kenapa aku merasa dikhianati.

Dan dengan bodohnya aku mengeluarkan rentetan kata cacian kepada gadis itu. Menghiraukan air mata nya yang tak berhenti menetes dan pandangan penuh penyesalan yang tak henti-hentinya di lemparkan padaku. Sampai pada akhirnya dia berhenti mengatakan maaf dan hanya berdiri diam menatapku.

"Kau tau, Liam." Dia menarik nafas berat. Sorot terluka jelas terpancar dari matanya. "Ku pikir reaksimu tak akan seperti ini. Sejujurnya aku mencintaimu, i really really do. Ku kira masih ada kesempatan untuk kita." Dia menggelengkan kepala pelan, "tapi sepertinya tidak. Liam, aku harap kau memikirkan ini. 3 hari Liam, aku akan menunggu 3 hari." Dia menyentuh bahuku pelan, matanya terlihat lelah. "Setelah itu, terserahmu. Aku pergi." Gumamnya sebelum berlari meninggalkan flat-ku dengan mata berkaca-kaca.

Dan dengan bodohnya, aku tidak datang. Tidak pernah datang. Aku membiarkanya pergi begitu saja. Ku pikir untuk apa aku bersama dengan Sella, dia sudah menghianati kepercayaanku. Aku pasti bisa tanpa gadis itu.

Tapi ternyata aku salah besar. Aku bahkan tak bisa mengingat namaku sendiri tanpa namanya. Mungkin terdengar berlebihan tapi ini fakta. Karena biasanya selalu ada Sella saat orang menyebut kata Liam, begitupun sebaliknya.

Aku mengacak rambutku frustasi dan tanpa aba-aba langsung mengambil hodie yang berserak di lantai kemudian segera menyetir ke rumah Sella.

Aku tau ini benar-benar terlambat, tapi setidaknya aku berusaha. Karena gadis itu telah membuatku terjebak dalam semua pikiran tentangnya.

I'm losing my self
I can't even remember my name without you..
Will you strongly shake me,
And wake me up..
I'm trap.

memoir(^○^)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang