buat amira, aku harap kamu suka karena aku juga agak bingung mau buat ceritanya gimana, soalnya aku susah bikin happy ending>.<
oh dan buat yang lain yang one shotnya belum kelar maaf banget yaa. elsa gaada inspirasi._. tapi pasti di usahain kok. oiya, please read my new fanfiction its called forever and more and tell me what you think:)
-
'so i look in your direction. but you pay me no attention, do you? i know you dont listen to me. cause you say you see straight through me, dont you?'
Diantara berbagai macam jenis novel yang berserakan di atas meja, seorang gadis dengan telinga yang di sumpal earphone dan stabillo biru muda di tangan kanan nya sibuk sekali menandai bagian favoritnya dari novel-novel tersebut. Kali ini novel The Fault In Our Stars-nya John Green lah yang mendapat giliran.
I love you present tense.
Gadis itu berhenti tepat di bagian itu dan melirik ke arah pria berkaca mata di hadapanya yang sedang tenggelam dalam buku ensiklopedia tentang serangga. Pria itu memiliki postur yang lumayan tinggi. Kulit putih yang tak terlalu pucat. Rambut blonde yang membuat semua gadis di sekolah mereka naksir berat padanya. Senyum khas yang pastinya membuat semua orang terbang. Dan beruntunglah bagi gadis ini dia tidak perlu bersusah payah mengantri untuk menjadi teman-nya karena mereka sudah bersahabat dari kecil. Gadis itu-Amira- sering sekali melakukan hal ini. Duduk dengan earphone di telinga dan melamun bertopang dagu melihat pria di hadapanya.
Pria ini biasanya tak mengenakan kaca mata. Hanya saja jika dia membaca barulah dia mengeluarkanya. Bahkan dia tak mau mengenakanya di depan orang lain selain Amira. 'Aku terlihat aneh." katanya waktu itu. Dan Amira hanya tertawa. Amira tak pernah merasa dia terlihat aneh. Bagi Gadis itu dia selalu terlihat mempesona. He get that one thing that no one ever give to her. He makes her feel special, he makes her feel something different towards them. A strange feelings that she wish she never have. And why? Jawabanya simpel, perasaan itu bisa merusak semua yang ada di antara mereka.
Gadis itu menghela nafas berat. If only he know, batin gadis itu. Tiba-tiba saja Amira kehilangan mood-nya untuk melanjutkan apa yang dia lakukan tadi. Dengan gusar di tutupnya buku di hadapanya dan bangkit.
"Amira , mau kemana?" Gadis bernama Amira itu cepat-cepat membuka earphone-nya dan melirik ke arah pria di hadapanya. Amira berdecak kesal, sedari tadi bahkan pria itu tampak tak memperhatikanya sama sekali.
"Ke laut, Niall." balasnya jengkel.
Pria itu- Niall- membuka kaca matanya dan mengernyit heran, "Mau ngapain?"
Amira memutar mata, "Ngambang sama paus." jawabnya ketus kemudian meninggalkan Niall di belakang yang terkekeh pelan.
"Oh, come on. I know you. You will never do such a thing like that." kata Niall sambil terburu-buru menyusul Amira.
Kau selalu merasa kau tau aku, Niall. You always act like you know everything, while in fact you know nothing, Especially about my feelings towards you, batin gadis itu.
"Kau bahkan jarang memperhatikanku." balas Amira sambil cemberut. "Kau tau apa sih tentang aku?" tanya nya sembari melemparkan pandangan menantang ke arah Niall.
Pria di hadapanya mengeluarkan cengiran lebar. Sebelah tanganya merangkul pundak Amira, menariknya mendekat. "Well, well, well, apa yang ku tau tentang kau?" Senyum jahil tak terlepas dari wajahnya saat dia mengatakan hal itu. "Amira itu gadis cerewet yang selalu protektif terhadapku. Tapi dia melakukan hal itu karena aku sudah seperti keluarga baginya."
Amira terkekeh pelan dan meninju bahu Niall, "Dasar Narsis."
Tapi Niall tak mengubris dan melanjutkan, "She speaks through song. Dia tergila-gila pada band dan boyband. Amira benar-benar pandai menyembunyikan sesuatu tapi Niall Horan pasti selalu bisa mengetahuinya dengan mudah." Niall melirik Amira sekilas dan menjulurkan lidah membuat gadis itu mendelik.Setelah puluhan fakta tentang Amira keluar dari mulut Niall, pada akhirnya mereka memutuskan untuk pergi makan Gelatto ke tempat langganan mereka dan bergegas meninggalkan semua buku yang berserakan tanpa perduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
memoir(^○^)
Randomand i'll give away a thousand days just to have another one with you. (a scribbled down wound of a pessimistic seventeen).
