Part 7

799 52 1
                                    

Cerita akhir dari sebuah tamparan mendarat di kedua pipi di dalam kelas. Membuatnya terus berpikir. Kenapa ia tidak mau membalasnya ?. Bukankah ia sudah mengejeknya begitu tajam. Apa yang dipikirkan olehnya ?.

----------

"Kenapa wajahmu terlihat kusut sekali?" tanyanya bingung pada temannya yang sedang menikmati makanannya begitu lahap.

"Oh ya ?. Mungkin aku kelelahan. Pelajaran yang diberi oleh saem sangat banyak sekali. Kau kan tahu sendiri" jawabnya.

"Apa kau pikir aku percaya?. Hei.. aku ini temanmu" jawabnya kesal.



"Park Jimin. Kenapa kau kesal padaku?. Kita bahkan tidak begitu dekat" jawabnya kesal juga. Jimin hanya tersenyum garing menanggapinya.
"Jimin" panggilnya pelan. Yang di panggil pun menoleh ke arahnya yang sedang makan juga, sepertinya.
"Apa kau mengenalnya?. Apa kau tau akan kebenarannya?. Apa kau tau apa hubungan mereka berdua. Apa kau bisa menjelaskan padaku. Katakan padaku , apa kau tau tau semua ini. Kenapa ini terjadi padaku. Apa yang harus aku lakukan sekarang?. Katakan padaku?. Jimin, apa kau mengenalnya ?" tanyanya terdengar sangat sedih melihat kearah lain dengan pandangan kosong ke depan.



Suasana hatinya sekarang benar-benar sangat kacau. Apa yang harus ia lakukan sekarang ?. Apa ini akhir dari pengejaran cintanya ?. Yang bisa ia lakukan adalah menangis. Menangis yang penuh arti. Mungkin benar jika ia harus menyerah sekarang. Membiarkan orang lain yang mendapatkan pangeran yang ia sukai. Mungkin itu yang terbaik.

Sebuah tangan mendarat pada bahunya. Sepertinya ingin membiarkan ia memeluknya. Ia pun menerima itu. Karna ia juga memerlukan sebuah pelukkan. Mungkin saja sebuah pelukkan bisa mengurangi kesedihannya. Itulah yang ia pikirkan.

Jimin ,sepertinya mengerti keadaan sekarang. Jika ia menjawab pertanyaan tadi, mungkin akan terjadi masalah besar nantinya. Ia tidak mau itu terjadi.
Yang hanya bisa ia lakukan adalah memeluknya. Membiarkan orang yang ada di depan matanya membasahi bajunya dengan airmata kesedihan yang di alami oleh temannya itu.



Aku bisa merasakan apa yang kau rasakan. Cinta yang seharusnya kau dapatkan dari orang yang kau sukai. Tapi, aku tau jika orang yang kau sukai takut mengatakannya padamu. Karna apa?. Karna ia gengsi untuk mengatakannya padamu. Mungkin juga ia takut membuatmu terluka nantinya. Sekarang saja kau sangat terluka. Bagaimana nantinya?. Yang bisa aku lakukan untukmu sebagai teman adalah begini. Memelukmu, biar kau bisa tumpahkan kesedihanmu melalui pelukkanku. Hanya itu saja yang bisa ku lakukan.


------------

Disebuah ruangan rumah sakit. Terdapat dua orang yang masih berkutat pada ponselnya masing-masing. Satunya menatap sebuah foto di ponselnya. Satunya lagi bermain game pada ponselnya. Sesekali melirik melihat ke arah yang sedang melihat foto itu. Dengan pandangan heran padanya.
Kedua orang itu adalah Bomi dan juga Baekhyun.


"Aku tau jika kau melihatku. Apakah aku sangat cantik ?" tanyanya tanpa melihat lawan bicaranya.

"Cantik. Heh... yang benar saja. Bahkan Ibuku lebih cantik darimu" jawabnya mengejek lawan bicaranya.

"Sudah tentu kau akan mengatakan begitu. Karna dia adalah Ibumu"
"Benarkah jika kau akan pergi besoknya ?" tanyanya sedih.

"Sudah tentu. Kenapa ?. Apa kau tidak mau aku pergi ?" Godanya pada Bomi. Langsung saja Bomi mendaratkan sebuah jitakkan kearah kepalanya dengan keras. Baekhyun apalagi. Sudah tentu kesakitan. Ia pun mengelus kepalanya kesal.
"Kasar sekali" gumamnya pelan. Bomi hanya tersenyum mendengarnya.

"Hahahaha.... Itu adalah upah untukmu. Jangan sekali-kali mengodaku" ucapnya tertawa melihat wajah kesal Baekhyun.
"Sebagai teman. Tentu saja aku tidak mau kau pergi. Tentu saja aku akan membiarkanmu pergi" ucapnya melihat Baekhyun sedih.

Kookies Oppa , Can You Love Me ? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang