Akabane Karma benci keramaian. Karena itulah ia berada di sana. Ruangan yang sunyi, nyaman dan sejuk -perpustakaan Kunugigaoka.
Perpustakaan di sana terbilang luas dan memiliki buku yang lengkap. Dilengkapi dengan pendingin ruangan serta meja dan kursi yang disediakan untuk para pengunjung perpustakaan.
Bagi Karma, ruangan tersebut sangat cocok untuk tidur.
Kali ini, ia mengunjungi perpustakaan sepulang sekolah. Sendiri, karena temannya -Shiota Nagisa- sudah pulang lebih dulu. Dan karena dirinya ingin sendiri sekaligus mencari bahan bacaan yang mungkin akan menarik perhatiannya atau sekedar tidur di meja di pojok perpustakaan yang tenang.
Itu niat awalnya. Sebelum matanya menangkap sosok gadis berkepang dua yang tengah duduk di meja pojok ruangan dengan tiga buah buku tebal di hadapannya.
Dengan cepat, Karma mengambil acak sebuah novel dari rak di hadapannya. Ia pun segera menempati meja yang terletak tiga baris dari meja yang ditempati sang gadis.
Karma sangat bersyukur karena perpustakaan saat itu sedang sunyi. Karena biasanya perpustakaan di Kunugigaoka itu selalu sibuk -karena para muridnya yang terkenal rajin.
Novel di tangannya ia buka, tanpa sempat membaca judul buku tersebut. Matanya menyipit kala membaca daftar isi buku tersebut, lalu mulai menutup novel dan membaca judul buku.
Beauty and The Beast.
Karma mendengus. Kenapa ada novel dengan tema dongeng di sana? Ditambah, novel dihadapannya itu adalah sebuah novel dengan bahasa inggris.
Mau tak mau, ia pun mulai membaca novel tersebut. Walau ia paling benci dengan buku bertema romansa, karena terkesan klise di matanya.
Membaca satu dua lembar pertama, lalu mulai menguap lebar. Ia akui kalau membaca novel romansa membuatnya cepat mengantuk karena bosan.
Ia alihkan pandangannya ke arah gadis yang masih berkutat dengan buku tebal di tangannya. Manik Karma menyipit kala ia berusaha membaca judul buku yang tengah dipegang oleh sang gadis berkacamata tersebut.
Sebuah seringai tipis terukir di bibirnya. Buku bertema sains di tangan gadis itu membuat Karma yakin kalau gadis itu sangat menyukai sains.
Ia kembali menatap sang gadis, meneliti tiap guratan yang tercipta di wajah bulatnya. Karma terhenyak sejenak saat melihat sebuah senyum dan tatapan antusias sang gadis terhadap buku di hadapannya.
Saat itu ia sempat merasakan jantungnya seperti berhenti sejenak, sebelum mulai kembali berdetak dengan tempo cepat. Tapi ia menyukai sensasi yang ia rasakan saat itu. Membuatnya merasa nyaman.
Gadis itu menutup buku di hadapannya, lalu mengambil sisa buku lainnya dan segera berjalan menuju meja penjaga perpustakaan untuk meminjam.
Karma yang baru menyadari dirinya yang sejak tadi memandangi sang gadis pun hanya bisa menunduk cepat. Berpikir keras demi memproses apa yang sebenarnya sempat ia pikirkan sebelumnya.
Apa yang ia pikirkan? Apa yang ia lihat tadi?
Ah, tadi ia hanya merasa kagum saat melihat gadis itu tersenyum antusias. Ditambah efek sinar matahari sore dari jendela yang menambah kesan cantik dari wajah sang gadis.
Ya, cantik. Karma akui bahwa gadis itu cantik. Cantik alami. Berbeda dengan para siswi lain yang cantik karena kelebihan bedak dan kosmetik yang mereka gunakan.
Karma menghela nafas panjang, lalu mengacak surai merahnya gemas. Ini ketiga kalinya ia melihat dan memperhatikan gadis itu. Dan ini ketiga kalinya gadis itu membuatnya terdiam karena pesona yang dimilikinya.
Karena ketiga kalinya ia bertemu sang gadis, ia pun menyadari sesuatu. Serta membuatnya sedikit menyesal karena baru menyadarinya sekarang.
Siapa nama gadis itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
You Will Be Mine - KarManami [Complete]
FanfictionKisah Karma tentang bagaimana perjuangannya untuk mendekati sang Poison Glasses. KarManami (Drabble) Assassination Classroom © Yusei Matsui