Words: 843
.
.
.
Sudah dua minggu berlalu sejak Manami menerima pernyataan Karma. Dan sejak itu pula, keduanya sudah menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih.Walau kini mereka memiliki hubungan yang jelas, namun keduanya jarang bertemu secara bertatap muka. Semua karena pekerjaan keduanya yang terkadang mengharuskan mereka menghabiskan waktu di tempat kerja mereka masing-masing. Sejujurnya, hal ini membuat Karma kesal. Ia sudah memiliki hubungan yang selama ini ia inginkan dengan Manami. Tapi, dirinya sangatlah jarang bertemu dengan Si Kacamata menggemaskan miliknya.
Niatnya, dia 'kan mau melihat Manami terus-menerus setelah berhasil menjadi kekasihnya.
Sabtu pagi yang cerah. Karma kini sudah berdiri di depan kamar apartemen Manami. Rambutnya ia biarkan menjuntai ke bawah -seperti model rambutnya saat sekolah dulu. Ia memilih untuk memakai kaus hitam yang dilapis dengan kemeja merah marun yang sengaja tidak ia kancingi, serta celana panjang hitam dan sepatu hitam. Ia memilih pakaian yang sederhana karena mereka hanya berencana untuk mengobrol pagi ini. Sebenarnya, ia ingin kencan di luar. Tapi, Manami bilang kalau ia sedang butuh istirahat. Jadilah seperti sekarang.
Ia menghela napas sejenak, menatap kantung plastik di tangan guna memastikan kalau isinya sudah sesuai harapan. Senyum lebar merekah setelah ia selesai memastikan. Memencet bel di samping pintu apartemen, lalu menunggu beberapa saat sebelum pintu di hadapannya mulai terbuka, menunjukkan sosok Manami yang kini memakai kaus putih dengan celana hijau muda yang mencapai lutut. Rambutnya terlihat berantakan tanpa kepang yang biasa menjadi model rambutnya. Astaga, kuatkan diri Karma agar ia tidak langsung menerjang Manami.
"K-Karma-kun? M-maaf, aku belum sempat rapi-rapi... Uhh, harusnya aku tidur cepat semalam..." gumamnya dengan ekspresi bersalah. Seringai tipis terbentuk di mulut Karma saat mendengar penuturan tersebut. Ia simpulkan kalau Manami baru bangun tidur. Ia tak menyangka kalau Manami saat bangun tidur itu terlihat sangat menggemaskan. Pasti menyenangkan kalau melihat wajah Manami yang menggemaskan setiap pagi saat ia bangun tidur.
"Tak apa. Kamu tak perlu terlalu memikirkannya. Jadi, boleh aku masuk?"
Manami sempat tergagap sejenak, lalu mulai menyingkir dari pintu apartemennya agar Karma bisa masuk.
Keduanya pun duduk di sofa yang terletak di sebuah ruangan kecil yang Karma duga sebagai ruang tamu. Apartemen Manami terbilang cukup mewah. Satu kamar tidur, satu dapur, satu kamar mandi, dan satu ruang tamu. Apartemen tersebut sudah lebih dari nyaman untuk ditinggali. Mungkin, ia juga harus segera mencari apartemen nanti?
"Kamu sudah sarapan?" tanya Karma memulai pembicaraan. Manami tersenyum malu disertai gelengan kecil. Ah, ia benar-benar baru bangun tidur.
"Kamu rapi-rapi saja. Aku akan buatkan sarapan," saran Karma dengan senyum simpul yang sangat jarang ia tampilkan pada yang lain.
"E-eh, tidak usah! Merepotkan! A-aku bisa buat sarapan sendiri 'kok!"
Karma menggeleng pelan tanda menolak penuturan Manami. "Kau perlu merapikan penampilanmu, Manami. Aku yang akan buatkanmu sarapan," ucapnya dengan pandangan serius yang membuat Manami harus menelan salivanya berat. "Yah, kecuali kau berniat menggodaku dengan penampilanmu saat ini," lanjutnya dengan seringai lebar. Dapat dipastikan, wajah Manami sudah kelewat merah sekarang.
Manami pun segera berdiri dari posisinya, lalu berlari memasuki kamar mandi setelah mengambil handuk dan pakaian. Karma yang melihat reaksi Manami pun mulai tertawa senang dalam hati. Reaksi Manami benar-benar selalu menarik di matanya.
Ia sendiri pun mulai berdiri dan berjalan menuju dapur, dengan kantung plastik -yang sebelumnya ia bawa- di tangannya.
Satu jam telah berlalu, Manami yang sudah selesai merapikan diri pun segera menuju ruang tamu. Mendapati dua buah piring dengan Honeycomb Toffee di atasnya.
Karma yang tengah duduk di sofa pun tersenyum puas, mendapati Manami kini menatap terkejut Honeycomb Toffee buatannya.
"Kamu tak akan bisa memakannya, kalau kamu terus berdiri di sana, Manami."
Manami tersadar dari lamunannya, lalu langsung duduk di samping Karma. Menatap lurus hidangan di depannya dengan manik berbinar. Aroma dari Honeycomb Toffee di hadapannya itu sangatlah menggoda.
Karma yang duduk di samping Manami pun hanya menatap Manami lurus. Kaus kuning pucat dan celana selutut berwarna putih, disertai rambut hitamnya yang diurai karena masih basah. Terlihat sangat manis. Bahkan, Karma bisa mencium aroma sampo Manami dari posisinya saat ini. Kuatkan diri, Karma. Setidaknya sampai resmi menjadi suaminya nanti.
"K-Karma-kun yang buat?" tanya Manami dengan pandangan berbinar. Karma mengangguk dengan senyum simpul, puas dengan reaksi Manami yang terlihat senang dengan buatannya.
"Makanlah. Ah, tapi jangan salahkan aku kalau rasanya tak sesuai seleramu," kata Karma dengan senyum miring. Manami tertawa pelan sejenak, lalu mulai mengangkat piring di tangannya dan mulai menyantapnya perlahan.
"Aku tak menyangka, masakan Karma-kun sangat enak," ucap Manami setelah menelan makanan yang sebelumnya ada di mulutnya. Karma tertawa pelan mendengarnya -senang mendengar pujian Manami atas masakannya.
"Orangtuaku jarang di rumah, jadi aku terbiasa melakukan semuanya sendiri sejak SMP," balas Karma dengan senyum lebar. Manami mengangguk paham.
"Karma-kun sangat mandiri 'ya? Pantas, banyak yang suka," ucap Manami dengan kekehan kecil di akhir. Karma yang baru memakan masakannya itu pun hanya berpikir sejenak. Ia 'sih tidak pernah berpikir sampai sana.
"Aku 'sih tak peduli dengan pendapat mereka," katanya pelan. Manami pun mengalihkan pandangannya pada Karma. "Kalau kamu yang berpikir begitu, baru aku senang," lanjutnya dengan senyum lebar. Wajah Manami memerah sempurna menyadari arti di balik ucapan Karma.
Wajah merahnya memang yang paling manis~
KAMU SEDANG MEMBACA
You Will Be Mine - KarManami [Complete]
FanfictionKisah Karma tentang bagaimana perjuangannya untuk mendekati sang Poison Glasses. KarManami (Drabble) Assassination Classroom © Yusei Matsui