Hari sudah gelap, suasana di sana terlihat sangatlah tegang. Situasi berubah menjadi sangat berat sekarang. Hari yang panjang dan juga melelahkan -bagi para murid kelas E, Koro-sensei, maupun kedua staff guru lainnya.
Pagi tadi, identitas Kaede yang sebenarnya terungkap. Tentang namanya, pekerjaannya dan relasi keluarganya. Membuat seluruh penghuni kelas terkejut tanpa terkecuali. Dan malam di hari yang sama, ia memojokkan Koro-sensei dan hampir terbunuh. Walau nyawanya -dan Koro-sensei- terselamatkan karena aksi di luar dugaan dari Nagisa.
Waktu terus berlanjut. Setelah Kaede -atau Akari- selamat, Koro-sensei pun menceritakan kisahnya. Tentang hubungannya dengan Yukimura Aguri, tentang tubuhnya, dan masa lalunya.
Setelah serentetan kejadian tersebut, Kaede dibawa ke rumah sakit oleh Karasuma Tadaomi -selaku staff pemerintah yang bertugas menjaga para murid di sana. Sedangkan para murid lainnya diminta untuk segera kembali ke rumah mereka masing-masing.
Dengan alasan sudah malam, Karma memutuskan untuk mengantar Manami pulang. Ia yakin kalau kondisi Manami tidak terlalu baik saat ini. Setiap kejadian yang terjadi hari ini, berhubungan dengan Kaede yang merupakan sahabat baik Manami. Karma yakin, Manami pasti terguncang sekarang.
"Okuda-san," panggilnya. Manami menoleh, menatap Karma dengan pandangan bertanya. Entah kenapa, justru membuatnya gugup.
Keduanya memasuki area perumahan. Suasana sunyi karena sudah malam pun membuat situasi semakin canggung bagi Karma. Ah, cari saja topik yang mudah.
"Bagaimana menurutmu tentang Kayano-chan?"
Karma merutuki dirinya dalam hati. Dari sekian banyak topik yang ada, kenapa ia harus melontarkan topik tentang Kaede? Rasanya, otaknya yang biasanya memiliki banyak ide itu, sekarang tengah membeku sesaat.
"Kayano-chan... Aku sangat terkejut 'sih. Kalau kupikir lagi, mungkin hanya diriku yang menganggap kalau hubungan kami selama ini adalah sahabat. Aku tak pernah bertanya pada Kayano-chan tentang pendapatnya, atau kehidupannya. Aku tak tahu apapun tentangnya..."
Senyum miris tercetak jelas di wajah Manami. Karma bisa mengerti perasaan Manami saat itu. Serasa dibuang oleh orang yang selama ini kau percayai. Dirinya juga pernah merasakan itu dulu -sebelum masuk kelas E. Saat dirinya dibuang ke kelas E oleh guru yang dulu sangat ia percayai.
"Tapi, kau masih mau berteman dengannya 'kan?" tanya Karma retoris dengan senyum lebar. Manami mengangguk semangat dengan ekspresi serius. Membuatnya terlihat lucu dengan kedua kepangnya yang bergerak mengikuti gerak kepalanya.
"Tentu saja!! Aku akan membantunya meringankan masalah yang dimilikinya!" balas Manami dengan semangatnya. Karma tertawa mendengar perubahan nada suara Manami, membuat Manami menatapnya penuh tanya.
"A-apa aku mengatakan sesuatu yang salah, Karma-kun?" tanya Manami cemas. Karma menggeleng dengan sebuah senyum simpul di wajahnya.
"Oh ya, aku tak menyangka kalau Nagisa-kun akan mencium Kayano-chan. Aku sangat terkejut melihatnya," kata Manami lagi, dengan rona merah tipis di kedua pipinya. Karma menyeringai lebar saat mendengar topik baru yang kali ini dipilih Manami.
"Tapi, Nagisa-kun hanya bisa lima belas hit, aku bisa lebih dari itu kalau aku serius," ucapnya dengan seringai lebar yang tercetak jelas. Wajah Manami bertambah merah kala mendengar kalimat tersebut -membuat Karma menyeringai dalam hati karena berhasil membuat wajah Manami memerah.
"K-Karma-kun sering ciuman dengan perempuan 'ya?!" tanya Manami dengan wajah merah sempurna. Karma menggeleng pelan, sedikit tidak menyangka dengan ketidakpekaan gadis di hadapannya. Yang dia mau cium itu cuma Manami. Titik.
"Kalau Bitch-sensei tak dihitung, aku pernah mencium seorang perempuan. Yah, walau hanya menempelkan bibir selama dua detik," katanya dengan nada acuh. Manami memerah tipis mendengarnya.
"Pantas saja, Karma-kun mendapatkan peringkat ketiga dalam melakukan ciuman terbaik menurut Bitch-sensei," ucap Manami dengan pandangan kagum diikuti ekspresi serius. Karma kehilangan kata-kata. Ingin menyanggah pendapat tersebut, namun otak tak dapat memproses kata yang tepat untuk ia katakan.
"Okuda-san sendiri, dapat peringkat lima dengan julukan Best Uke Kisser 'kan? Aku terkejut saat mendengar itu dari Bitch-sensei," kata Karma jujur dengan senyum miringnya. "Lain kali, mau coba denganku?" tawarnya dengan seringai lebar. Maunya bertanya dengan serius, tapi ia masih belum berani menyatakan perasaan -termasuk menerima penolakan.
Wajah Manami memerah sempurna mendengar tawaran Karma, membuat Karma tertawa puas melihat ekspresi lucu yang tersuguh di hadapannya. Karma mengelus pelan puncak kepala Manami -masih dengan dirinya yang tertawa pelan. Membuat Manami menggembungkan sebelah pipinya kesal.
"Tak lucu, Karma-kun," balas Manami ketus. Karma menggeleng pelan dengan senyum lebar. "Ekspresimu yang lucu, Okuda-san," balas Karma dengan senyum culas.
"Nee, Okuda-san," panggil Karma, Manami tak menoleh -sepertinya masih marah atas ucapannya tadi. "Apa kau masih menganggap Kayano-chan sahabatmu?" tanyanya lagi, berusaha mengalihkan topik pembicaraan. Dirinya tak mau Manami marah terlalu lama dengannya.
"Tentu saja. Dia sahabatku. Aku menyayanginya!" balas Manami dengan senyum manis di wajahnya.
Karma mengangguk ringan sebagai respon. Keduanya masih berjalan santai. Menuju apartemen kecil yang belum lama ini Manami tempati. Keduanya sibuk dengan pemikirannya masing-masing. Manami dengan pemikirannya tentang setiap kejadian di hari ini, dan Karma yang memikirkan masalah percintaannya yang tak tahu bagaimana hasil akhirnya.
Menyayangi? Kenapa harus Kayano-chan? Membuatku iri saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Will Be Mine - KarManami [Complete]
FanfictionKisah Karma tentang bagaimana perjuangannya untuk mendekati sang Poison Glasses. KarManami (Drabble) Assassination Classroom © Yusei Matsui