Bulan Februari adalah bulan yang dipenuhi oleh nuansa romansa. Disetiap sudut kota selalu dipenuhi oleh warna merah muda saat bulan Februari tiba. Ini dikarenakan adanya perayaan hari kasih sayang di bulan tersebut.
Melihat seluruh kota yang dipenuhi warna merah muda, selalu membuat Karma mual setiap tahunnya jika bulan Februari tiba. Kenapa mereka harus begitu antusias hanya karena adanya sebuah perayaan -yang menurut Karma- tidak penting itu? Bahkan sampai ada yang repot-repot menunggu datangnya hari tersebut hanya untuk menyatakan perasaan. Bagi Karma, semua itu konyol.
Kalau memang menyayangi seseorang, kenapa harus ditunjukkan di hari itu? Menunjukkan rasa kasih sayang itu lebih baik jika dilakukan setiap hari 'kan?
Terlebih, perayaan seperti ini selalu membuatnya tak tahan berada di sekolah. Tahun lalu, ia dikelilingi beberapa siswi kelebihan bedak pada hari itu. Dan karena mereka, ia jadi membatalkan niat membolos pelajarannya. Itu pun terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Membuatnya harus menahan rasa kesal akibat para siswi yang memaksa untuk diterima perasaannya olehnya.
Namanya juga risiko punya wajah tampan. Karma mengaku kalau ia memiliki wajah yang tampan. Mirisnya, ia sama sekali tak berhasil memikat Manami yang sudah disukainya sejak lama.
Helaan napas panjang meluncur perlahan dari bibir Karma. Beberapa menit lalu, dirinya ditahan oleh tiga orang siswi yang memberinya cokelat buatan tangan. Yang artinya, cokelat itu merupakan ungkapan perasaan dari si pemberi. Karma menerima cokelat mereka -mau tak mau. Walau ia menolak untuk menerima perasaan mereka.
Entah kenapa, ia jadi berharap dapat cokelat dari Manami. Sebenarnya, kemarin ia meminta Manami untuk membuatkannya cokelat yang diisi sianida untuk ia letakkan di loker sepatu Ryouma. Hanya cokelat untuk kejahilan. Kenapa dia tak meminta dibuatkan cokelat buatan tangan Manami sebelumnya?
"Ah, Karma-kun. Pagi!"
Karma yang sebelumnya tengah membungkukkan tubuhnya untuk mengganti sepatunya dengan sepatu ruangan pun mulai mengangkat kepalanya, menatap si penyapa yang tengah tersenyum manis.
Pagi hari yang cerah, bertemu dengan Sang Pujaan, dan mendapatkan senyum manis darinya. Sepertinya Karma tak perlu cokelat hari ini, senyum dari Manami sudah lebih dari cukup untuk membuatnya diabetes.
"Pagi, Okuda-san," balas Karma dengan senyum simpul. Ia pun menaruh sepatunya di dalam loker sepatunya dan menutup pintu loker tersebut.
Karma masih berdiri di depan loker sepatu, menunggu Manami yang tengah mengganti sepatu miliknya dengan sepatu dalam ruangan. Netra mercury miliknya terus menatap Manami lekat. Makin dilihat, rasanya Manami makin terlihat manis.
"Aku sudah buatkan cokelat sianida pesananmu!" ucap Manami dengan senyum lebar. Membuka tasnya dan mengeluarkan kotak cokelat berbentuk hati. Karma mengambil kotak tersebut dan membalas dengan senyum simpul.
"Terima kasih, Okuda-san!"
"Ah, satu lagi!"
Manami kini sibuk membongkar isi tasnya, mencari benda yag ingin ia berikan pada Karma yang berharap diberikan cokelat buatan tangan oleh Manami.
"Ini, untuk Karma-kun."
Sebuah kotak persegi panjang yang dibalut oleh kertas berwarna merah dan diikat oleh pita berwarna kuning dari keempat sisinya berada di tangan Manami. Karma terdiam sesaat, lalu mengambil kotak tersebut dari tangan Manami dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Antara senang, tak percaya dan tak mengerti.
"Untukku?" tanya Karma memastikan. Manami tersenyum manis dan mengangguk sebagai jawaban, sukses membuatnya merasa senang dan melayang.
"Sebagai ucapan terima kasih untuk selama ini!"
Ungkapan terima kasih.
Hanya itu? Oke, Karma kecewa. Itu memang cokelat buatan tangan, tapi bukan cokelat untuk mengungkapkan perasaan suka seperti yang selama ini ia terima. Hanya coklat pertemanan. Makin miris rasanya.
"Aku tidak memasukkan apapun ke dalamnya 'kok! Jadi, tak usah khawatir! Aku juga membuatnya sendiri! Kayano-chan bilang, kalau Karma-kun akan lebih senang jika kubuatkan sendiri cokelatnya. Jadi, kubuatkan sendiri. Lalu, aku juga mencampurnya dengan cokelat rasa stroberi. Karma-kun suka stroberi 'kan?"
Karma masih diam tak bergeming. Manami mulai panik. Beranggapan kalau Karma sama sekali tidak menyukai cokelat pemberiannya kali ini.
Andai Manami tahu, kalau Karma sebenarnya kecewa dengan maksud dibalik arti pemberian cokelat tersebut. Padahal ia sudah senang karena mendapat cokelat dari Manami.
"K-Karma-kun tak suka 'ya?" tanya Manami ragu.
Karma menggeleng pelan sebagai respon, membuat Manami menatapnya heran.
"Aku suka 'kok. Tenang saja. Dan, terima kasih Okuda-san," balasnya dengan senyum tipis. "Lalu, bisa kamu menutup matamu sebentar?" pintanya dengan nada suara yang sedikit dipelankan.
Manami memiringkan kepalanya sejenak, sedikit bertanya-tanya dengan arti dibalik permintaan Karma. Manami pun mulai menutup matanya. Lagipula, hanya menutup mata.
Karma mengambil napas dalam-dalam. Melihat Manami menutup matanya dengan ekspresi penasaran itu sangatlah jarang. Ditambah, Manami juga terlihat sangat manis.
Tangan kanan Karma pun mulai terangkat, menarik tengkuk Manami untuk mendekat. Mengecup kening Manami selama beberapa detik, lalu melepaskannya. Setidaknya, itu cukup untuk sekarang.
"K-Karma-kun, t-tadi..."
"Ucapan terima kasih dariku atas setiap larutan yag kau berikan padaku. Dan, untuk cokelatnya juga," balas Karma dengan senyum simpul.
Wajah Manami memerah sempurna, membuatnya semakin terlihat manis.
"Oke, sampai nanti, Okuda-san!"
Karma pun segera meninggalkan tempatnya menuju ruang kelas. Meninggalkan Manami yang masih berdiam di posisinya dengan wajah memerah sempurna.
Beruntung dirinya datang pagi, sehingga tak ada yang melihat aksinya tadi -mungkin.
Tak jauh dari tempat Manami berdiri, terlihat sosok Kurahashi Hinano yang tengah menyembunyikan tubuh mungilnya di balik loker sepatu. Senyum manis tercetak jelas di wajahnya.
Ara~ Karma-kun ternyata bisa romantis juga. Kuharap mereka cepat jadian~
KAMU SEDANG MEMBACA
You Will Be Mine - KarManami [Complete]
FanfictionKisah Karma tentang bagaimana perjuangannya untuk mendekati sang Poison Glasses. KarManami (Drabble) Assassination Classroom © Yusei Matsui