Jam pulang sekolah sudah berlalu sejak setengah jam lalu. Aktivitas di gedung kelas E terlihat cukup sibuk. Ada beberapa siswa di dalam ruang kelas, mengelilingi meja Horibe Itona -Si Anak Baru yang sebelumnya bertentakel. Ada juga beberapa siswi di ruang guru, meminta nasihat dan ajaran pada Irina.
Di dalam hutan yang mengelilingi gedung kelas E, terlihat Manami dan Karma yang tengah duduk berhadapan di tanah. Manami membaca serius buku Bahasa Inggris di tangannya. Beberapa kali mencoba mengucapkan kalimat yang tertulis di buku. Namun, Karma langsung menyelanya dan memberi pembenaran dalam pengucapan Manami yang salah.
"Karma-kun, ini sulit," kata Manami dengan ekspresi menyerah. Sejak jam pulang sekolah, mereka memutuskan untuk pergi ke hutan dan belajar di sana -karena di kelas masih ada beberapa siswa, sedangkan Karma maunya berdua saja dengan Manami.
"Bagaimana kalau kita mengobrol sebentar? Setelah itu, kita lanjutkan lagi belajarnya," saran Karma dengan senyum simpul yang jarang ia tampilkan pada yang lain. Manami mengangguk setuju dengan senyum manis di wajah.
"Hmm, topiknya... Oh iya, apa pendapatmu tentang Itona?" tanya Karma setelah menemukan topik yang menurutnya tepat. Itona belum lama bergabung ke kelas mereka, setelah menjalani berbagai situasi berbahaya yang melibatkan seorang pria serba putih bernama Shiro. Menurut Karma, membahas tentang Itona bukanlah hal buruk.
"Itona-kun 'ya? Um... Sejujurnya, aku takut dengannya," jawab Manami dengan senyum canggung. Karma menaikkan sebelah alisnya, sedikit tertarik dengan alasan di balik jawaban yang diberikan Manami.
"Sebelumnya, dia memang menyeramkan karena memiliki tentakel. Tapi, kau masih takut dengannya?" tanya Karma heran dengan kekehan kecil di akhir perkataannya. Pipi Manami memerah tipis mendengar penuturan Karma -yang menurutnya lebih mirip ejekkan.
"B-bagiku tetap saja menyeramkan -terutama tatapan datar dan ucapannya yang menusuk," balas Manami dengan kepalanya yang tertunduk dalam. Karma tersenyum miring mendengarnya.
"Lalu, apa ada lagi murid yang menurutmu menyeramkan?" tanya Karma lagi. Siapa tahu dia termasuk -walau Karma berharap dirinya tidak termasuk.
"Um... Hayami-san. A-aku tidak nyaman saat menatap matanya," jawab Manami sedikit terbata. Karma mengangguk singkat tanda mendengarkan. Dalam hati bersyukur karena dirinya tidak termasuk.
"Lalu, bagaimana denganku?" tanya Karma lagi sambil menunjuk dirinya sendiri. Manami berpikir sejenak, mencoba mencari kata yang tepat untuk mendeskripsikan pemuda di hadapannya.
"Menurutku, Karma-kun tidak menyeramkan 'kok. Kau sebenarnya baik. Ah, aku juga bisa bercerita padamu dengan santai. Lalu... Kau membuatku nyaman."
Lain kali, ingatkan Karma kalau senyum Manami itu tak baik untuk jantungnya. Lagipula, kenapa Manami harus tersenyum saat mengatakan kalimat terakhir? Rasanya jantung Karma hampir terhenti tadi.
"Begitu 'ya. Baiklah, bagaimana kalau kita lanjutkan belajarnya, Okuda-san?"
Karma pun melanjutkan acara belajar bersama dengan Manami -walau di sini, Karma yang mengajari Manami tentang grammar.
Tak jauh dari sana, terlihat sosok Yada Touka yang tengah menyembunyikan tubuhnya di balik pohon. Matanya menatap lurus Manami dan Karma, dengan ekspresi heran di wajahnya.
Manami-chan takut dengan Itona-kun dan Rinka. Tapi, ia sama sekali tidak takut dengan Karma. Padahal, Karma 'kan lebih menyeramkan dari mereka berdua... Kok' jadi terbalik 'sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
You Will Be Mine - KarManami [Complete]
FanfictionKisah Karma tentang bagaimana perjuangannya untuk mendekati sang Poison Glasses. KarManami (Drabble) Assassination Classroom © Yusei Matsui