Mobil hitam tersebut berjalan konstan. Menjauh dari gedung tempat resepsi pernikahan diadakan.
Helaan napas panjang keluar dari mulut Karma yang kini tengah duduk di kursi belakang mobil -dengan Manami di sisinya. Acara tersebut membuatnya lelah, tapi tidak menutup rasa bahagia yang ia rasakan juga.
Acara pernikahan keduanya sudah selesai. Hanya teman-teman sekolah mereka yang datang -sisanya kerabat dari keluarga, atau kenalan orangtua dari kedua pihak. Tidak banyak yang datang.
Beruntungnya, orangtua Karma menyewa sebuah mobil hitam -beserta seorang sopir- untuk mengantar keduanya ke hotel yang sudah mereka sewa untuk istirahat -keduanya menyewa sebuah kamar di hotel tersebut untuk istirahat.
"Pasti lelah 'ya, Karma-kun?"
Karma menoleh ke arah Manami, mendapati ia tengah tersenyum manis.
Ah, saat ini Manami tidak memakai kacamatanya -karena para pengantin pada umumnya tidak memakai kacamata. Jadi, ia memakai soft lens untuk mengatasi minus matanya.
Sejujurnya, hal ini membuat Karma ingin protes. Manami tanpa kacamata itu sangatlah manis. Ditambah, Manami harus menggunakan riasan untuk acara. Membuatnya makin tidak terima. Karena ia tak mau para tamu melihat kecantikan sebenarnya milik Manami.
Egois 'heh?
"Kau jauh lebih lelah 'kan? Kau terus memakai sepatu tinggi itu sepanjang acara."
Manami tertawa pelan mendengarnya, membuat Karma tersenyum tipis melihatnya.
"Nee, Manami."
"Hmm?"
"Terima kasih."
Ekspresi bingung ditunjukkan Manami. Karma tertawa pelan melihatnya.
Andai di sini hanya mereka berdua. Sayangnya, masih ada Sang Sopir yang duduk di belakang kemudi di mobil yang keduanya naiki.
"Karena kau bersedia untuk menjadi pendamping hidupku."
Kali ini Manami yang tertawa pelan. Karma mengernyitkan alisnya tak mengerti. Kenapa Manami tertawa? Apa aneh jika ia mengatakan sesuatu seperti itu?
"Hm... Bagaimana membalasnya 'ya? Aku senang karena kau memilihku, Karma-kun."
Lagi, senyum manis itu terukir di bibir tipis yang dilapisi lipstick merah itu. Menambah kesan cantik dan manis di wajah Manami.
"Ah, satu lagi."
"Hm?"
"Bisa kau memanggilku tanpa suffix? Aku suamimu sekarang. Akan lebih baik, jika kau memanggilku dengan nama saja 'kan?" pinta Karma dengan senyum lebar yang merekah. "Atau, kau ingin memberiku panggilan sayang?" lanjutnya dengan seringai kecil. Manami tertawa pelan menanggapinya. Setidaknya, Karma tidak berubah banyak.
"Baiklah, Karma."
.
.
Pertama, kau membuatku tertarik denganmu. Tertarik dengan penampilanmu yang berbeda dengan gadis lainnya.Kedua, kau membuatku menyadari kalau kau berbeda dari yang lain. Bukan hanya penampilan, tapi juga ketertarikanmu pada sesuatu yang tak biasa. Kau unik.
Ketiga, kau membuatku tak bisa mengalihkan pandanganku darimu saat aku menyadari eksistensimu di dekatku. Membuatku ingin selalu menatap setiap gerakan yang kau buat. Kau membuatku terlihat seperti penguntit 'tahu.
Keempat, kau membuatku penasaran dengan namamu. Kita tak pernah sekelas sebelumnya. Selama itu, aku selalu ingin tahu namamu.
Kelima, kau membuatku merasakan sebuah perasaan asing yang sebelumnya tak pernah kurasakan. Debaran aneh di dada, sensasi menggelitik di perut, dan otakku yang selalu kosong setiap kali menatapmu. Apa kau tahu nama dari perasaan itu?
Keenam, aku sangat senang saat pertama kali tahu namamu. Ditulis dengan kanji 'love' dan 'beautiful'. Bukankah, itu cocok untukmu? Kau cantik seperti namamu. Dan, kau membuatku merasakan yang namanya cinta, Manami.
Ketujuh, sekelas denganmu adalah kebahagiaan tersendiri untukku. Kelas E sangat menyenangkan, teman-teman di sana juga baik. Tapi, kau yang selalu membuatku datang ke sekolah -walau aku sering membolos beberapa jam pelajaran yang ada.
Kedelapan, mengenalmu semakin dalam itu sangatlah menyenangkan. Setiap ekspresi baru yang kau tunjukkan selalu membuatku terpaku. Membuatku ingin segera mendapatkanmu. Sayangnya, kau tidaklah menyadari perasaanku. Kadang aku berpikir, apa aku pantas untuk berada di sisi gadis sebaik engkau?
Kesembilan, kau membuatku merasa sangat senang saat kau menerima perasaanku. Kau bersedia menjadi kekasihku saat itu. Bagiku, itu adalah perasaan yang sangat berharga.
Kesepuluh, kau menerima lamaranku. Kau menerimaku untuk menjadi pendamping hidupmu. Aku senang, sangat. Asal kau tahu, aku sangat gugup saat akan melamarmu. Bahkan perasaan gugup itu kurasakan beberapa saat sebelum acara pernikahan di mulai. Membuatku terlihat menyedihkan, heh?
Ada banyak hal yang kau ajarkan padaku selama aku mengenalmu. Sejak kita masih sekolah, sampai kau menjadi milikku. Dan, itu semua sangat berharga bagiku.
Semua rasa ragu yang kumiliki sebelumnya seakan menguap hilang saat kau menerimaku -setiap perasaan dan kelemahan yang kumiliki.
Tapi, kau milikku sekarang. Menjadi pendamping hidupmu hingga nanti. Aku berjanji akan selalu ada untukmu, dalam setiap situasi yang ada. Aku juga akan selalu menjagamu, dan membuatmu bahagia selalu. Karena, bahagia adalah tujuan dari pernikahan 'kan?
Hei, aku sangat mencintaimu, Manami.
---END---
KAMU SEDANG MEMBACA
You Will Be Mine - KarManami [Complete]
FanfictionKisah Karma tentang bagaimana perjuangannya untuk mendekati sang Poison Glasses. KarManami (Drabble) Assassination Classroom © Yusei Matsui