23. Code Name

3K 343 43
                                    

Hari sudah sore. Gedung kelas E pun sudah sepi. Koro-sensei yang tinggal di gedung itu sedang pergi ke Italia. Sedangkan Ritsu yang berada di sana sedang menghemat energinya. Maka, tersisa Karma dan Manami di dalam kelas.

Tabung-tabung reaksi tergeletak rapi di atas meja. Manami menghela napas lega saat melihat reaksi yang ditimbulkan dari percampuran dua larutan. Karma yang melihatnya pun hanya menunjukkan senyum tipis.

"Baiklah, ini yang terakhir untuk hari ini, Karma-kun," kata Manami dengan senyum manis. "Terima kasih sudah menemaniku," lanjutnya dengan senyum yang masih terpatri di wajah bulatnya.

Wajah Karma terasa memanas melihat senyum manis Manami. Oke, tahan. Masih terlalu cepat bagi dirinya untuk menunjukkan perasaannya pada Manami yang belum peka.

"Nee, Karma-kun."

Karma menatap Manami yang kini telah selesai merapikan peralatan kimia yang sebelumnya ia pakai, dan mendudukkan diri di kursi di hadapannya. Saling tatap selama beberapa detik, sebelum Manami mengalihkan pandangannya dengan gugup.

"A-apa kau tahu, siapa yang memberiku code name 'Poison Glasses'?"

Senyum tipis terukir sejenak di wajah Karma, sebelum kembali berganti dengan senyum culasnya yang biasa.

"Aku tahu 'kok. Kau tak suka code name yang kau dapat?" tanya Karma dengan seringai. Manami menggeleng pelan, membuat Karma mengangkat sebelah alisnya bingung.

"Bukan tidak suka... Hanya saja, jika dibandingkan dengan code name yang lain, punyaku terkesan biasa saja," kata Manami diakhiri dengan tawa kecil. Karma menyeringai tipis mendengarnya.

"Itu karena yang memberimu code name adalah orang terbodoh di kelas," ucap Karma dengan seringai lebar dan nada mengejek yang kentara. Manami menatap Karma bingung atas ucapannya tersebut.

"Terasaka yang memberimu code name tersebut," kata Karma dengan seringai lebar. "Dan code name-ku dari Hazama-san," tambahnya dengan senyum culas. Manami menanggapinya dengan senyum lebar.

"Begitu 'ya... Tapi, kenapa Hazama-san memberimu code name 'Chuunihan'?" tanya Manami dengan ekspresi lugunya. Karma hanya menanggapinya dengan mengangkat kedua bahunya tanda tak tahu.

"Setidaknya, dari permainan code name hari ini, banyak dari kita yang belajar untuk menyukai nama yang sudah diberikan oleh orangtua kita pada kita 'kan?" kata Karma dengan senyum simpul. Manami tersenyum manis menanggapi ucapan Karma -membuat jantung Karma kembali terpacu cepat.

"Oh ya, nama Karma-kun diambil dari bahasa Inggris 'kan 'ya?" tanya Manami mengalihkan topik pembicaraan. Karma mengangguk singkat.

"Semacam itu. Ibuku bilang, ayahku yang memberi nama itu," jawabnya dengan senyum tipis. Manami mengangguk sebagai respon.

"Artinya tidak terlalu bagus 'kan?" tanya Manami ragu. "A-ah, bukan berarti aku meledek atau apa!!" tambah Manami cepat -takut membuat Karma merasa tersinggung atas perkataanya. Karma hanya menanggapi perkataan Manami dengan kekehan kecil.

"Biasa saja, Okuda-san. Artinya memang tidak terlalu bagus. Tapi, aku suka dengan namaku." Apalagi kalau kau yang mengucapkannya, tambahnya dalam hati. Maunya 'sih ia katakan terus terang, tapi ia tak mau membuat Manami kurang nyaman dengan perkataannya untuk saat ini.

"Lagipula, dengan nama yang mereka berikan padaku, aku bisa mengingat kalau setiap perbuatan yang dilakukan selalu memiliki sebab dan akibat," kata Karma lagi. Manami menatap Karma dengan pandangan kagum setelahnya.

"Kalau kau tahu setiap perbuatan memiliki sebab akibat, kenapa kau sering berkelahi, Karma-kun?" tanya Manami heran. Karma menyeringai mendengar pertanyaan tersebut.

"Aku masuk kelas E karena berkelahi. Bisa dibilang, ini termasuk akibat dari perbuatanku sendiri. Tapi, kalau aku tidak berkelahi, aku tidak akan masuk kelas E. Dan aku tak akan pernah dekat denganmu 'kan, Okuda-san?"

Karma mengatakan semuanya dengan terang-terangan. Semacam kode agar Manami bisa sedikit menyadari perasaan yang dimilikinya. Sayangnya, Manami terlalu lugu untuk sadar akan kode yang diberikan.

Manami menganggap perkataan Karma hanya sebagai pujian. Semacam ucapan bersyukur karena bisa masuk kelas E dan bisa kenal dengan dirinya, hanya itu.

"Sudah sore, kita pulang, Karma-kun," ajak Manami dengan senyum manis. Berjalan menuju kursinya untuk mengambil tasnya di sana.

Karma yang masih duduk di tempatnya semula hanya bisa menghela napas pasrah. Ia tak tahu kalau membuat Manami peka itu sama sulitnya dengan membunuh Guru Monster di kelas mereka itu.

Kapan kau bisa peka atas perasaanku, Okuda-san?

You Will Be Mine - KarManami [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang