Jam pulang sekolah sudah lewat dua puluh menit lalu. Saat ini sekolah pun sudah sepi, hanya beberapa siswa yang ada di sana -dua sniper andalan kelas yang sedang berlatih di pinggir lapangan, dan dua pengurus kelas yang sedang membantu wali kelas mereka merapikan gudang.
Karma melangkah gontai dari arah hutan. Sebelumnya, ia telah membolos jam pelajaran terakhir karena bosan. Matematika, ia sudah menguasai cukup banyak materi dalam bidang itu. Sehingga ia memutuskan untuk membolos dan tidur siang di dalam hutan yang sunyi.
Saat jam pelajaran pertama di hari itu, gadis berkepang itu kembali menarik perhatiannya. Tidak, tapi sejak kemarin pagi saat pelajaran kimia.
Kemarin gadis itu memberikan tiga jenis racun pada guru mereka, Koro-sensei, dengan polos dan jujurnya di depan kelas. Dan hari ini, ia kembali memberikan racun pada sang gurita -walau berakhir kegagalan dan sang gadis yang mendapat ceramah dari sang gurita.
Setidaknya, Karma jadi tahu sisi polos dan jujur dari gadis itu melalui kejadian tersebut.
Memasuki gedung bobrok milik kelas E dan berjalan menuju kelasnya. Membuka pintu perlahan dan dirinya mendapati sosok Manami Okuda yang tengah berdiri membelakanginya. Karma yakin bahwa ada berbagai macam larutan di atas meja di hadapan gadis yang tengah berdiri menghadap jendela kelas itu.
Setiap sudut bibir Karma tertarik ke atas, membentuk sebuah kurva tipis penuh makna. Ini bisa jadi kesempatannya untuk mengenal gadis itu. Ia tak akan membuang kesempatan ini begitu saja.
Karma berjalan perlahan mendekati sang gadis. Sedikit melirik akan apa yang sedang dikerjakannya. Sebuah benda bulat seukuran peluru BB ada di tangan Manami, membuat rasa penasaran Karma muncul.
"Itu apa, Okuda-san?"
Manami berjengit kaget saat mendengar suara Karma dari belakangnya. Dengan reflek, ia pun melempar benda bulat kecil di tangannya ke sumber suara -disertai pekikkan kecil dari bibirnya.
Beberapa detik selanjutnya, Karma jatuh ke lantai kelas akibat tubuhnya yang mulai terasa lemas dan kepalanya yang terasa pusing. Manami baru saja memahami situasi pun panik, dirinya berjongkok di hadapan Karma niat bertanya kondisi namun tak tahu kata apa yang harus ia ucapkan.
"K-kau tak apa?"
Manami merutuk. Kenapa ia harus bertanya demikian? Seharusnya ia sudah tahu akan kondisi pemuda merah di hadapannya hanya dengan melihat situasi saat ini. Manami menggeleng cepat guna mengusir pemikirannya sendiri.
"Kubantu."
Dengan canggung, Manami pun mulai mengalungkan lengan kanan Karma pada bahunya. Memapahnya menuju kursi terdekat. Manami akui kalau tubuh Karma terbilang berat. Setidaknya, Karma masih bisa sedikit berjalan dengan tenaganya sendiri -sehingga tidak terlalu membebani tubuh Manami.
"A-apa masih pusing?" tanya Manami gugup sambil mencoba menebak ekspresi Karma saat ini.
Mengangguk kecil sebagai jawaban. Manami kembali panik. Benda bulat yang ia lemparkan itu sebenarnya sample dan ia belum pernah mencobanya. Pelumpuh saraf. Jika benda bulat itu berbenturan dengan benda padat dengan keras, benda itu akan menguap dan berubah menjadi gas pelumpuh saraf.
"Berapa lama efeknya?" tanya Karma pelan sambil mendongakkan kepalanya sedikit -berusaha menangkap sosok Manami dalam pandangan walaupun hasilnya nihil, pandangannya masih buram.
"A-aku tak tahu... A-ah, aku minta maaf! A-aku tak tahu kalau kau berdiri di belakangku... M-maaf..."
Manami masih bergumam kata maaf untuk beberapa detik setelahnya. Karma hanya menatapnya kosong -berharap pandangannya dapat cepat pulih dan dapat segera melihat ekspresi Manami saat ini.
"Tak usah dipikirkan. Lagipula, efeknya akan segera hilang. Lebih baik kau lanjutkan saja penelitianmu."
Seulas senyum tipis terukir di wajah Karma. Manami yang mendengar ucapan Karma hanya bisa mengerutkan keningnya, mencoba mengambil keputusan yang mungkin tepat.
"A-aku akan rapi-rapi dulu. K-kau istirahat saja dulu," ucap Manami. Ia pun segera menuju meja tempat ia melakukan penelitian singkat tadi, merapikan tiap barang yang ada, memasukkannya ke dalam kardus dan membawanya ke gudang milik kelas mereka.
Di sisi lain, Karma hanya menghela nafas panjang. Entah ini bisa disebut hari tak beruntung baginya atau hari keberuntungannya. Ia memang dapat bicara dengan Manami. Tapi, pandangannya saat ini buram dan ia bahkan terkena gas pelumpuh saraf yang tengah dikembangkan Manami.
Tapi ambil sisi baiknya. Saat gadis itu kembali dari gudang nanti, bukankah dirinya dapat kesempatan bicara lebih banyak dengannya?
Karma menyeringai samar saat menyadari masih adanya kesempatan. Setidaknya, ia ingin tahu lebih banyak tentang gadis itu.
Akan kutanyakan banyak hal padanya nanti.
.
.
Vote cerita ini bisa sampe tiga puluh lebih, saya gak nyangka... Yang pasti, saya secara pribadi berterima kasih untuk para pembaca, yang memberi vote dan komen, serta yang sudah memasukkan cerita ini ke reading list :3
Saya harap para pembaca menyukai cerita ini :)
Sekian dari saya :")
KAMU SEDANG MEMBACA
You Will Be Mine - KarManami [Complete]
FanfictionKisah Karma tentang bagaimana perjuangannya untuk mendekati sang Poison Glasses. KarManami (Drabble) Assassination Classroom © Yusei Matsui