Masa-masa sulit bagi seluruh murid kelas 3-E pun telah berlalu. Satu jam lalu, Wali Kelas mereka telah terbunuh. Misi yang selama ini mereka tanggung pun telah berakhir.
Kesedihan terlihat jelas dari ekspresi setiap dari mereka. Kini, mereka tertidur di kursi mereka masing-masing. Rasa lelah dan kesedihan yang dirasa pun membuat rasa lelah yang mereka rasakan menjadi berkali-kali lipat.
Helaan napas meluncur perlahan dari mulut Karma. Membalik setiap lembar pada buku saran miliknya -dari Koro-sensei- secara acak. Hingga tangannya terhenti saat manik matanya menangkap sederetan kata yang cukup mengganggu.
Saran percintaan.
Demi apa, Gurita itu memberinya saran dalam percintaan? Padahal, wanita yang dicintai oleh Koro-sensei sendiri telah tiada. Karma tertawa sarkastik sejenak, lalu kembali berpikir dengan karakteristik yang dimiliki oleh Gurita itu. Ia akui kalau Koro-sensei sebenarnya memiliki sifat yang bijak -kadang 'sih.
Aku tahu kalau kamu ragu dengan perasaanmu saat ini. Dan aku juga tahu, kalau kamu ragu untuk menyatakan perasaanmu padanya. Tapi, kamu harus mengatakan semuanya padanya -sebelum semuanya terlambat. Tak ada yang tahu dengan apa yang terjadi di hari esok. Akan lebih baik jika kau mengungkapkannya secara terang-terangan agar dia tahu dengan perasaanmu. Kesampingkan masalah jawaban yang akan dia berikan. Yang terpenting adalah dia tahu semua isi hatimu.
Nyatakanlah perasaanmu dengan sepenuh hati. Seperti setiap rencana pembunuhan yang kamu lancarkan padaku. Katakan semuanya pada Okuda-san. Semangat, Karma-kun! (๑•̀ㅂ •́)و ✧
Sensei harap, kamu dan Okuda-san akan mendapat akhir yang bahagia. (❁'▽'❁)
Koro-sensei.
Kesan pertama dari Karma, konyol. Ia sudah tahu sejak awal mengenai kemungkinan adanya hal buruk yang akan terjadi. Tanpa diberitahu pun ia sudah bisa menduga kemungkinan tersebut. Setidaknya, situasi yang dimilikinya berbeda dengan situasi yang dialami oleh Koro-sensei.
Manami masih ada di sisinya, karena itulah ia masih punya kesempatan untuk mengatakan semuanya pada Manami. Sedangkan Koro-sensei, belum mengatakn semua isi hatinya pada Yukimura Aguri -wanita yang dicintainya- tapi Aguri sudah tiada sebelum ia mengatakan semuanya.
Ia masih lebih beruntung.
Ia mengambil napas dalam-dalam, membuangnya perlahan guna menenangkan dirinya dan mempersiapkan mental. Mengabaikan sejenak debaran yang mulai ia rasakan. Manik matanya menatap punggung Manami yang tengah tertidur di mejanya.
Ini kesempatannya.
Ia berdiri dari kursinya, berjalan menuju meja Manami dengan perlahan -berusaha tidak membangunkan siswa lain yang sudah tertidur. Ia mengguncangkan perlahan bahu Manami, membuat Si Poison Glasses mengerang kecil akibat tidurnya yang terganggu.
Senyum tipis terukir perlahan di wajah Karma saat kedua kelopak mata Manami terbuka -menunjukkan kedua iris violet miliknya yang langsung menatap Karma dengan kernyitan heran di dahi.
Jantung Karma semakin terpacu. Ia juga bisa rasakan sensasi aneh pada perutnya. Astaga, apa ia segugup itu?
"Ada apa, Karma-kun?" tanyanya dengan suara serak. Tangannya mengambil kacamata miliknya yang ia letakkan di atas buku kelulusan yang ada di atas meja.
"Bisa bicara sebentar, Okuda-san? Di luar," pintanya dengan senyum canggung. Manami menyadarinya. Senyum yang selama ini tak pernah ia lihat ditampilkan oleh Karma. Mungkin efek dari kematian Koro-sensei, batinnya acak. Sayangnya, ia sama sekali tidak menyadari kegugupan yang dialami oleh Prankster kelas mereka itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Will Be Mine - KarManami [Complete]
FanfictionKisah Karma tentang bagaimana perjuangannya untuk mendekati sang Poison Glasses. KarManami (Drabble) Assassination Classroom © Yusei Matsui