Musim dingin sudah tiba. Begitupun dengan liburan musim dingin di tiap sekolah. Para murid memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menghilangkan penat selama di sekolah. Terkecuali untuk Kaede -atau Akari- yang masuk rumah sakit karena ulahnya beberapa hari lalu.
Pintu kamar inap Akari diketuk perlahan, mempersilahkan masuk, dan tak lama terlihat sosok Manami dan Yukiko. Senyum Akari mengembang saat melihat kedua sahabatnya datang menjenguk. Tidak seperti kedatangan sebelumnya, kali ini tak ada sosok Nagisa dan Tomohito.
Entah kenapa, Akari merasa senang mengetahui tidak adanya lelaki yang menjenguk hari ini -atau dia sedang tak ingin bertemu Nagisa?
"Apa sudah baikkan?" tanya Yukiko sambil mendudukkan diri di sofa panjang yang berada di samping tempat tidur Akari -begitupun dengan Manami yang ikut mendudukkan diri di samping Yukiko. Akari tersenyum manis dan mengangguk riang.
"Sudah sehat 'kok! Sepertinya, sebentar lagi aku akan diperbolehkan pulang," ucapnya dengan senyum manis. "Karena di sini hanya ada perempuan, bagaimana kalau kita bicarakan masalah perempuan saja," ajak Akari dengan senyum lebar.
Melihat Akari yang sudah bisa tersenyum pun membuat Manami dan Yukiko merasa lega. Setidaknya, sahabat mereka sudah merasa lebih baik dan sudah bisa kembali ceria.
Keduanya mengangguk menyetujui ajakkan Akari. Kali ini sebuah seringai tipis terbentuk di wajah Akari, kala sebersit ide melintas di pikiranya.
"Kalau begitu, kalian harus jawab jujur 'ya! Tak boleh ada yang berbohong!" katanya dengan senyum lebar -bagi Yukiko, senyum itu seperti menyimpan maksud tersembunyi, membuatnya merasa sedikit tak nyaman.
"Siapa yang kalian suka saat ini?"
Keheningan meliputi kamar rawat inap tersebut saat Akari melontarkan pertanyaannya. Senyum lebar masih terukir jelas di wajahnya. Wajah Yukiko terlihat agak kebingungan untuk menjawab. Sedangkan, Manami terlihat sedang berpikir keras saat ini.
"Bagaimana kalau Kayano-chan yang jawab duluan? Ah, maaf! Maksudku, Yu-Yukimura-chan!" saran Manami dengan sedikit rasa canggung saat mengucapkan nama gadis berambut hijau di hadapannya. Akari terkekeh pelan sesaat.
"Panggil Kayano juga tak apa 'kok. Panggil Akari juga boleh," ucapnya dengan senyum lebar. Baginya, panggilan teman-temannya saat ini tidaklah penting. Yang penting adalah, kini dirinya sudah tidak perlu bersandiwara lagi seperti sebelumnya.
"Aku tak keberatan 'sih untuk jawab duluan. Tapi, kalian bisa jaga rahasia 'kan?" tanya Akari memastikan. Yukiko dan Manami mengagguk tegas. Wajah Kayano memerah sesaat. "N-Nagisa," bisiknya pelan -namun cukup keras untuk didengar oleh Manami dan Yukiko yang kini tersenyum tipis mendengarnya.
"Aku sudah menduga kalau Kayano-san akan menyukai Nagisa-san," ucap Yukiko diikuti kekehan kecil -membuat wajah Akari semakin memerah. "Kalau begitu, siapa selanjutnya?" tanya Yukiko dengan matanya yang menatap Akari dan Manami bergantian.
"Kanzaki-san selanjutnya!" kata Akari dengan senyum lebar. Yukiko tersenyum tipis mendengarnya. Manami yang duduk di sebelahnya pun mulai menatapnya serius.
"Kalau sebagai teman, kurasa Sugino-kun," katanya dengan senyum manis miliknya. Akari menatapnya datar. Sedangkan Manami seperti memikirkan sesuatu.
"Hanya sebagai teman?" tanya Manami lugu. Membuat Akari dan Yukiko menatapnya tak mengerti. "Karma-kun bilang, Sugino-kun menyukai Kanzaki-san," lanjutnya dengan ekspresi polosnya.
Manik Akari melebar saat mendengar ucapan Manami. Sedangkan Yukiko terlihat terkejut karenanya.
"Karma-kun mengatakan itu padamu?" tanya Akari tak percaya. Manami mengangguk singkat. Yukiko hanya diam untuk beberapa saat untuk memikirkan ucapan Manami barusan.
"Umm... Mungkin aku harus mulai memikirkan hubunganku dengannya nanti?" katanya dengan senyum tipis -sepertinya tertarik untuk menjalin hubungan lebih dari teman dengan Si Penyuka Baseball.
"Terakhir, Okuda-san!" ucap Akari dengan seringai -sedikit berharap kalau nama Si Kepala Merah yang akan disebut. Siapa tahu dirinya dapat menjodohkan Manami dengan Karma.
"Uuh... Aku tidak terlalu dekat dengan lelaki... La-lagipula, aku tak tahu bagaimana rasanya menyukai seseorang..." ucapnya dengan senyum ragu. Yukiko dan Akari saling pandang untuk beberapa saat.
"Kalau merasa nyaman saat bersama lelaki, pernah? Selain dari keluargamu 'lho!" tanya Akari dengan tampang serius. Manami mengangguk kecil. "Dengan siapa?" tanya Yukiko denga tampang tak kalah serius dengan Akari.
"Kurasa... Karma-kun?"
Akari menyeringai. Yukiko tersenyum manis. Manami hanya bisa menatap keduanya heran. Apa jawabannya aneh?
"Okuda-san, sebaiknya kau cepat pacaran dengan Karma," saran Akari dengan senyum lebar. Manami terkejut sesaat dan sempat salah tingkah saat mendengarnya.
"P-pacaran? I-itu mustahil, Kayano-chan!" sanggah Manami cepat, membuat Kayano dan Yukiko menatapnya penuh tanya.
"Kenapa mustahil, Okuda-san?" tanya Yukiko dengan pandangan menyelidik. Manami menelan salivanya sesaat.
"Nakamura-san bilang, Karma-kun sudah menyukai seseorang!"
Yukiko dan Akari saling pandang sesaat. Lalu, Akari mulai buka suara, "Kautahu siapa yang dia suka?" Manami menggeleng tanda tak tahu.
Yukiko dan Akari bungkam. Mereka tak tahu harus balas apa. Sepertinya Manami terlalu polos dan lugu untuk mereka atasi. Sepertinya keduanya sama sekali tak bisa membantu Si Kepala Merah untuk mendapatkan Manami. Padahal, mereka sangat ingin melihat keduanya jadian.
Maaf, Karma. Kami tak bisa membantumu mendapatkan Okuda-san. Dia terlalu tidak peka untuk kami atasi. Semangat 'ya, Karma. Perjalananmu masih jauh untuk membuatnya peka.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Will Be Mine - KarManami [Complete]
FanfictionKisah Karma tentang bagaimana perjuangannya untuk mendekati sang Poison Glasses. KarManami (Drabble) Assassination Classroom © Yusei Matsui