10. Her Problem

3.9K 438 89
                                    

Ruangan kelas kini sunyi, menyisakan Karma yang tengah duduk sambil memulihkan diri dari efek gas pelumpuh. Pikirannya kembali melayang pada tujuan utamanya menyapa sang gadis.

Menyapa guna membangun sebuah relasi pertemanan, namun lemparan gas pelumpuh yang di dapat. Dalam hati ia tertawa sarkastik. Menertawakan dirinya yang terlihat menyedihkan saat ini.

Kini ia hanya bisa berharap efek dari gas pelumpuh tersebut segera hilang agar dirinya dapat mendekati Manami dengan leluasa. Setidaknya, biarkan dia menatap wajah Manami dari dekat -walau pandangannya masih buram.

Pintu kelas terbuka, menimbulkan suara gesek pada lantai yang menarik perhatian Karma. Manik mercury miliknya menyipit kala berusaha menatap sosok yang tengah berjalan menghampirinya. Sayangnya, pandangannya masih buram seperti sebelumnya.

"A-apa masih pusing?" sapa suara lembut tersebut, membuat Karma yang mendengarnya terdiam sesaat. Okuda Manami. Karma mengangguk singkat sebagai jawaban, mengundang rasa gugup dan sedikit panik dari gadis di hadapannya.

"Sebaiknya kau pulang lebih dulu, Okuda-san," saran Karma sambil berusaha menatap sang lawan bicara. Manami menggeleng pelan. Menarik kursi terdekat dan menempatkannya di samping kursi Karma.

Manami duduk di samping Karma, membuat Karma menatapnya penuh tanya -walau hatinya terasa melambung saat Manami duduk di sisinya.

"A-ano... A-apa aku boleh tanya sesuatu, Akabane-kun?" tanya Manami gugup, kedua tangannya meremas ujung roknya kuat. Karma mengangguk singkat sebagai jawaban, mengundang rasa lega dalam diri Manami.

"Tapi-" Karma memberi jeda dalam ucapannya, membuat Manami kembali memperhatikan dengan sedikit rasa gugup. "Bisakah kau memanggilku dengan nama kecilku saja?" lanjutnya dengan senyum canggung dan tatapan sedikit memohon.

Manami panik, pipinya sedikit memerah mendengar permintaan tersebut -walau seluruh kelas E dan para guru memanggil Karma dengan nama kecilnya, tapi ini sedikit memalukan untuk Manami. Karma yang bisa melihat bayang-bayang Manami yang bersikap gugup pun hanya bisa mengulum senyum tipis.

"Karena yang lain memanggilku dengan nama kecilku, akan lebih baik jika kau juga 'kan?" tambah Karma dengan senyum khasnya -dengan sedikit niat modus dalam ucapannya.

"B-baiklah... K-Karma-kun..."

Rasanya Karma ingin memeluk gadis di hadapannya sekarang. Intonasi dan nada suara Manami saat memanggil namanya terdengar manis di telinganya. Ia bisa bayangkan gadis itu tengah memerah sekarang.

"Lalu, apa yang ingin kau tanyakan?" tanya Karma kembali ke topik semula.

"B-bagaimana reaksi orangtuamu s-saat kau jatuh ke kelas E?" tanya Manami dengan sedikit terbata. Karma terdiam sesaat, menatap Manami lurus. Dalam hati Karma bersyukur karena pandangannya mulai kembali normal, karena kini ia bisa menatap wajah Manami dengan jelas.

"Biasa saja," jawab Karma santai dengan senyum manis. "Ibuku memarahiku karena berkelahi, tapi tidak membahas mengenai kelas E. Ayahku juga tak membahas apapun mengenai kelas E," lanjutnya dengan senyum lebar.

Manami tersenyum canggung mendengar jawaban Karma, sedikit iri dengan keluarga Karma yang santai dalam menanggapi kondisi sang anak.

Tak ada yang memulai pembicaraan setelah Karma menjawab pertanyaan Manami. Pandangan Karma sudah pulih -walau tubuhnya masih terasa lemas dan kepalanya sedikit pusing. Ia menatap Manami lurus, mendapati Manami yang tengah menundukkan kepalanya dalam dan terlihat sibuk memikirkan sesuatu.

"Memikirkan sesuatu, Okuda-san?" tanya Karma, menarik perhatian Manami yang kini menatapnya dengan pandangan terkejut.

Manami tersenyum tipis. Mungkin sedikit bercerita pada Karma tak ada salahnya. Karma juga tak semengerikan yang ia duga -mungkin.

"A-apa kau bisa jaga rahasia, Karma-kun?" tanya Manami pelan dengan senyum ragu. Karma harus kembali menahan dirinya agar tidak menerjang gadis di hadapannya. Ekspresi Manami saat ini terlihat sangat manis.

"Tentu. Kau bisa ceritakan apapun padaku, Okuda-san," balas Karma dengan senyum lebar. Dalam hati bersorak gembira karena berhasil mendapatkan topik untuk menahan Manami lebih lama di sisinya.

Manami tersenyum tipis mendengar balasan Karma. "Ayahku mengusirku dari rumah," ucap Manami kemudian. Karma terdiam di tempatnya, menatap Manami lekat.

"Kau tak harus menceritakannya kalau kau mau," kata Karma pelan. Manami menggeleng pelan, tanda bahwa dirinya tak keberatan menceritakan hal tersebut pada Karma.

"Ia mengusirku karena aku jatuh ke kelas E. Sekarang aku tinggal dengan nenek dari ayahku. Ah, aku juga masih sering berkirim email pada ibuku."

Manami menceritakan semuanya dengan senyum manis di wajahnya. Karma diam mendengarkan dengan seksama, matanya masih menatap lekat Manami.

"Setidaknya, aku sudah menemukan sosok yang sudah seperti ayah untukku."

Karma tertawa pelan mendengar kalimat itu, membuat Manami menatapnya heran. Karma paham dengan ucapan Manami. Ia juga bisa menebak sosok yang dimaksud oleh Manami.

"Koro-sensei 'kan?" tebak Karma dengan senyum lebarnya. Manami terlihat terkejut sesaat, lalu mengangguk setuju dengan senyum manis.

"Sebenarnya, aku juga baru pertama kali mendapatkan teman... Bisa dibilang, aku senang menjadi bagian kelas E."

Manami menyudahi ceritanya dengan senyum lebar. Karma membalas senyumnya singkat.

"Okuda-san, kosakatamu sangat sedikit 'ya? Ceritamu juga berantakan," ucap Karma terang-terangan dengan senyum khasnya. Manami langsung salah tingkah mendengar kritik yang dikatakan Karma. Dalam hati Karma menyeringai senang karena modus yang ia lancarkan untuk menggoda sang gadis berhasil.

Baginya, Manami yang salah tingkah itu terlihat manis.

"Tapi, kau juga sudah tidak terbata-bata lagi. Kau sudah terbiasa bicara denganku?" tanya Karma. Manami diam sesaat, mencerna ucapan Karma dan mengangguk singkat sebagai jawaban.

"Karena Karma-kun tidak semengerikan yang kubayangkan," balas Manami dengan senyum lebar. Karma hanya membalasnya dengan senyum miring.

Apa seburuk itu bayangan dirinya dalam benak Manami? Sepertinya Karma harus sering bicara dengan Manami untuk menghilangkan prasangka buruk tersebut. Ia tak ingin Manami mencapnya jelek hanya karena sifatnya dulu.

"Oh ya, apa kau masih pusing? Sudah bisa berjalan?" tanya Manami beruntun. Karma tersenyum sejenak. Merasa senang karena berhasil membuat Manami khawatir padanya.

"Pandanganku sudah tidak buram dan kepalaku sudah tidak pusing. Kurasa aku juga sudah bisa berjalan."

Karma bangun dari posisinya, berjalan menuju mejanya yang terletak di belakang kelas dan mengambil tasnya.

"Kuantar pulang 'ya, Okuda-san."

Sedikit modus lagi tak apa 'kan?

You Will Be Mine - KarManami [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang