02. Identity

3.8K 478 128
                                    

G R I S E L D A

May menemaniku turun ke lobby setelah aku beralasan bahwa aku tidak tau dimana letak ballroom. Aku sangat gugup untuk mengalami apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Siapa Harry?" Tanyaku pada May di lift.

"Dia yang menyewamu--maksudku gadis yang seharusnya--malam ini."

"Mungkin saja gadis yang seharusnya itu datang kesini dan menendang bokongku."

May tertawa lalu menggeleng-gelengkan kepalanya, "tidak mungkin. Marissa tidak menyebutkan nama dan tempat. Hanya menuliskan pekerjaan Harry; pengusaha, tanggal escort dibutuhkan; hari ini, acara; ulang tahun pernikahan, dan bayaran; $500."

"$500?!" Jeritku tidak percaya. "Hanya dengan menemani aku dapat $500? Pasti ada hal yang lain yang harus kulakukan," kataku berdoa agar itu tidak berarti seks.

"Aku serius--siapa namamu?"

"Griselda."

"Aku serius, Griselda. Hanya menemani," May menegaskan. "Harry sangat kaya $500 tak akan berarti baginya."

Itu gila. $500 dapat aku gunakan untuk makan beberapa bulan dan baginya itu tidak berarti. Sesorang harus mengajarkannya sesuatu.

"Sebenarnya ia menawarkan $1000 tetapi Marissa hanya menulis $500 di agennya. Dengan tawaran seperti itu, banyak escort yang menawarkan diri walaupun mereka sebenarnya tidak tau Harry yang menyewa mereka. Yang memilihnya adalah Marissa. Harry tidak mau orang-orang tau bahwa gadis yang dibawanya ke acara-acara hanyalah sewaan," jelas May panjang dan tepat ia menyelesaikannya, pintu lift terbuka. Kami berjalan berdampingan menuju ballroom.

"Siapa Marissa?"

"Oh, dia asisten Harry."

"Aku pikir kau asistennya."

"Bukan, aku hanya mengurusi penampilan Harry; busana, rambut, dan perawatannya. Harry punya banyak asisten," May berkedip ke arahku dan itu hanya membuat image laki-laki ini tambah buruk di pikiranku.

"Oh."

"That's Harry," May menunjuk seorang laki-laki paling tinggi diantara ketiga lainnya sedang berbincang dari jarak lima meter dari kami. Salah satunya jambul. Aku tidak dapat melihat wajah Harry mengingat ia berada di arah yang sama denganku. Yang dapat kulihat hanyalah punggung dan rambut keritingnya. Hatiku berdoa agar ia tidak lebih tua dari 40 tahun, atau jika memang ia lebih, aku berharap ia tidak menjijkan.

Jambul melihatku datang bersama May dan ia menunjukku. Otomatis, kedua temannya langsung mendaratkan pandangannya ke arahku. Kecemasan, ketakutan, dan kekhawatiran langsung bercampur menjadi satu. Kegugupan melompat ke dalam adonan malam-mengerikan-Griselda-Breston saat Harry memutar badannya dan berbalik menghadapku.

God. He cannot be real.

Wajahnya bewarna cokelat keemasan diterangi lampu. Rambut kertingnya menggantung sampai tulang selangka. Rahangnya tampak seperti dipahat dengan ketelitian tinggi. Matanya bewarna hijau yang sangat indah. Bibirnya tipis, bewarna sedikit merah muda, tidak membentuk senyuman sedikitpun, yang membuat hatiku sedikit menyusut.

"He's hot isn't he?" May berbisik di telingaku.

Aku tidak dapat berkonsentrasi pada sepasang mata yang memandangiku dengan seksama itu. Kakiku lemas saat ia mulai mengambil langkah mendekat. Aku tidak tau apakah penyebabnya adalah penampilan fisik Harry atau ketidakpastian nasibku dua jam berikutnya.

"Jessica," panggilnya.

Siapa Jessica?

May dengan cepat mendekat ke telingaku, "nama gadis yang disewa dari agen adalah Jessica."

Escort [Harry Styles]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang