A/N: Double updates! Tolong jawab kuesioner di bagian akhir cerita ya! Anyway, enjoy this short chapter (i suck i know)
~•~
"Maybe it's not always about trying to fix something broken. Maybe it's about starting over and creating something better."
- UnknownG R I S E L D A
"Tidak?" Ulangku tidak percaya.
"Aku tahu. Aku minta maaf, Griselda sayang," ibuku meminta maaf untuk yang kesekian kalinya pada panggilan telepon ini. Aku hanya menghela napas kecewa. Aku sudah menyelesaikan disertasi dan semua kerja keras lainnya dan yang kuinginkan adalah ia duduk di bangku acara kelulusanku. Mom sudah melewatkan wisuda sarjana dan magisterku, jika ia melewatkannya lagi kali ini tidak akan ada lagi gelar keempat.
"Mom, jika ini tentang uang aku bisa mengirimnya padamu," bujukku dan aku tahu ia tidak akan menyukai ini.
"Oh, Tuhan. Jangan, nak. Aku akan datang jika bisa. Kau tahu aku tidak bisa meninggalkan Esmeralda."
"Baiklah," aku menyerah.
"Termia kasih, Griselda."
"Buat apa?"
"Belajar dengan keras. Aku sangat bangga padamu," jawabnya. Walau aku tahu ucapan itu tulus, aku tetap saja merasa kecewa dan sedikit marah.
"Aku akan lebih senang mendengarnya saat wisuda nanti."
"Aku benar-benar minta maaf," katanya lagi dan aku memaksakan senyuman meski ia tidak dapat melihatku.
"Bye mom," kataku lalu menutup teleponnya, menghela napas untuk yang sekian kalinya.
Aku beranjak keluar dari kamar dan menemukan Harry masih di posisi yang sama seperti terakhir kali aku meninggalkannya; duduk bersila di bawah sofa sambil mengetik sesuatu di laptopnya. Sebenarnya ini adalah pertemuan pertama kami sejak ia membawaku kepada May untuk mengukur gaun waktu itu. Aku sangat sibuk dengan tugas akhir kuliah dan kurasa bukanlah ide yang bagus untuk kembali ke 'rutinitas' kami yang dulu. Ia mengirimku pesan setiap hari menanyakan kabarku. Dan setelah aku menyelesaikan tugasku, sekarang kami bertemu. Ia datang ke apartemenku pagi ini sejak aku belum bersedia untuk kembali ke rumahnya. Itu terlalu banyak dan terlalu dini untuk diserap. Tapi sekarang semuanya nampak normal. Bukan 'normal kami' tapi, kami baik-baik saja.
"Jadi bagaimana?" Tanya Harry menghentikan pekerjaan yang ia lakukan di laptopnya.
"Dia baik-baik saja," aku tersenyum dan duduk di sofa.
"Yeah? Jadi ia bisa datang?"
"Tidak, tapi itu oke," aku berbohong.
Harry memutar badannnya, memeluk lututku dan mendongak, "kenapa?"
"Tidak perlu kau khawatirkan."
"Kau bisa selalu membawaku," ucapnya dan aku tertawa.
"Kau bercanda? Bagaimana jika kau menemui salah satu kerabat kerjamu disana? Aku lulus dengan nama Griselda dan bukan Jessica, ngomong-ngomong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Escort [Harry Styles]
FanfictionWhen you got paid just to accompany a young, handsome, and rich businessman. ------- Completed // Written in Bahasa WARNINGS | Sexual Content | Strong Language | Use of Alcohol | Violence copyright © 2016-2018 livelifeloveluke. All rights reserved.