A/N: idk if anyone still read this story, but if u do, you're da real mvp. Thank you.
By the way, this chapter's kinda weird and literally the worst I have ever made. The talk is so mature (meanwhile I'm still a teenager), so please forgive me if it sounds odd ):
~•~
G R I S E L D A
"Permisi, boleh aku tambah champagne?" Seorang wanita mendongak dan menyerahkan gelas kosongnya ke arahku. Aku tersenyum kecil, mengangguk lalu mengambil gelas itu dari tangannya.
"Champagne lagi?" Tanya Nina heran.
"Jadi kenapa? Mereka sedang berpesta," ujarku dan mengisi setengah gelas tadi dengan champagne. Hari ini merupakan hari pertamaku dengan Nina bekerja sebagai pelayan di Peninsula. Pertama kami keluar untuk menghidangkan makanan, aku gugup setengah mati karena takut salah gerak. Orang-orang lainnya tampak sangat terlatih dan terfokus, bahkan Nina.
"Yeah, yang seharusnya mabuk-mabukan saat ini adalah aku. Aku tidak bisa menahan hidup ini lagi," Nina memutar mata selagi menyebutkan kalimat berlebihannya itu.
Aku hanya tertawa dan membawakan gelas yang baru diisi itu kembali ke wanita di meja. Ia mengucapkan terima kasih padaku dan aku berdiri tidak jauh dari mejanya. Siapa tahu ia akan menambah yang kelima kalinya dan aku sudah berdiri siap disini untuk mengisinya.
Entah sejak kapan aku terkena virus membuka handphone walau tidak ada tanda masuk apapun, tapi aku mengeceknya. Aku tidak mendapat notifikasi apapun, yang kulihat hanyala jam dan tanggal hari ini. Tiap hari berjalan begitu cepat. Akhir pekan nanti aku akan berangkat ke Penn untuk menemui Ezzie dan Ibu. Aku sangat tidak sabar untuk itu. Tapi di sisi lain, aku harus mengucapkan selamat tinggal—mungkin untuk waktu yang lama, namun lebih singkat dari pada 'selamanya'.
Hal ini membuatku teringat bahwa aku bahkan belum memberi tahu Harry bahwa aku akan menghabiskan sisa kontraknya di Pennsylvania. Apa ia akan keberatan? Kurasa tidak? Kurasa aku haru meneleponnya sekarang sebelum ini hilang dari pikiranku. Ketika aku mulai mencari kontaknya di ponselku, Mrs. Cureton tiba-tiba datang entah dari mana dan menariknya dariku.
"Tidak ada ponsel di jam kerja, Nona Breston. Aku kira peraturannya sudah jelas," ia berkacak pinggang dihadapanku.
"Oh, ya, soal itu—aku minta maaf," aku menunduk, berharap ia segera mengembalikan ponsel itu padaku. Tapi layaknya guru SMA, ia akan menyitanya sementara.
"Kau dimaafkan, tapi ini akan kupegang untuk saat ini," ia memasukan ponselku ke kantongnya, lalu pergi. Jika kupikir-pikir, aku tidak menyangka mata tuanya itu bisa memperhatikan setiap pekerjanya di lahan luas dan ramai ini. Atau mungkin dia sedang lewat dan aku sedang tidak beruntung?
***
"Apa? Bagaimana bisa?!" Seruku tidak percaya saat Nina bercerita bahwa ia mendapat tips dari Mrs. Cureton.
"Jealous much?" Goda Nina selagi memarkirkan mobilnya dua blok dari rumah Courtney. Hari ini, Nina memutuskan untuk mengadakan sesi dadakan di rumahnya. Dan berhubung mobil yang kami pakai tidak sesuai dengan status sosial kami yang Courtney tahu, kami harus rela berjalan agak jauh untuk mencapai rumahnya.
"Maksudku, ia bahkan hanya manager acara disana, bukannya tamu yang hadir. Dan tambahannya dia menyita ponselku—Goddamn it! Aku lupa mengambilnya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Escort [Harry Styles]
FanfictionWhen you got paid just to accompany a young, handsome, and rich businessman. ------- Completed // Written in Bahasa WARNINGS | Sexual Content | Strong Language | Use of Alcohol | Violence copyright © 2016-2018 livelifeloveluke. All rights reserved.