"The truth will set you free.
But first it will piss you off."
- Gloria SteinemG R I S E L D A
"Ya, ya! Tentu saja! Itu sempurna...Aku akan bersihkan jadwalku Jumat depan...Tentu...Terima kasih, terima kasih banyak," Aku menutup teleponnya masih sambil tersenyum. Aku menarik dan menghela napasku beberapa kali. Sungguh aku merasa sangat terberkati, banyak hal baik berturut-turut terjadi padaku.
"Kau kedengarannya senang. Siapa itu?" Tanya Harry dari belakangku.
Aku segera berbalik, "memang. Ini wawancara lainnya yang akan aku lakukan."
"Wawancara pekerjaan lainnya? Bukankah kau sudah wawancara...lima hari sebelum kita pergi ke Australia?" Harry menyipitkan matanya, mencoba mengingat.
"Yeaa...Aku punya tiga perusahaan agar punya pilihan," kataku lalu segera mengambil tas tangan dan bersiap pergi.
"Kenapa kau tidak mau bertanya saja padaku? Aku bisa memberimu penerangan."
"Aku tidak mau memberi tahumu, Harry. Aku tidak mau kau ikut campur dengan karirku dan ngomong-ngomong aku tidak membutuhkan peneranganmu. Aku bisa mencari tahu sendiri," ujarku lalu membuka pintu, mengisyaratkannya untuk keluar.
"Ouch," serunya, "itu tadi sangat tajam, nona Breston--soon to be Styles," Harry berkedip padaku dan keluar. Aku memutar mata untuk menutupi pipiku memerah, jelas itu malah membuat Harry semakin terhibur.
"Tambahannya, Griselda, kau brilian. Kau pasti diterima dimana pun. Kau tidak perlu melamar sampai tiga perusahaan."
"Berjaga-jaga itukan tidak salah, Harry. Akan lebih baik jika aku punya pilihan dan bisa membanding-bandingkan kan?" Aku mengunci pintunya.
"Pada titik tertentu itu juga akan membuatmu pusing karena tiap perusahaan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing," jawab Harry. "Seperti saat aku melamar kuliah. Jeez...untung saja aku tidak bunuh diri," Harry meringis geli mengingat masa kritikal di hidupnya itu.
Aku tertawa, "bunuh diri? Jeez...kau remaja perempuan yang sangat berlebihan."
"Tapi itu benar karena kau inginkan yang terbaik untuk dirimu. Dan disanalah pilihan-pilihanmu hanya membuatmu semakin bimbang. Kau pilih yang satu, tapi yang lainnya terlalu baik untuk ditinggalkan."
"Pada akhirnya aku akan memilih, kan?"
"Ya. Tapi itu akan membuatmu stress pada prosesnya," ucapnya dan itu mengakhiri debat kami. Harus kuakui semua yang Harry katakan itu benar. Namun, entahlah. Aku hanya melakukan halku, kau tahu?
Kami berjalan berdampingan sampai ke tempat parkir. Harry sebenarnya menjemputku untuk menemaninya melihat keadaan Kyle di rumah sakit, tetapi ia turun dan datang ke kamarku ingin menumpang pipis. Ia sudah berada di sana sejak kami di Australia dan itu cukup mengkhawatirkan.
Karena alasan itu jugalah Carter tidak mengantar kami hari ini. Harry mengemudi dan rumah sakitnya tidak terlalu jauh dari apartemenku. Sangat bagus fakta bahwa Harry mempunyai teman seorang dokter ternama. Ia bisa langsung meminta perawatan Kyle diutamakan.
"Apa temanmu tahu bahwa Kyle...," aku memulai tetapi aku tidak berani menyelesaikannya. "Maaf. Aku tahu jawabannya tidak, aku hanya..."
"Dia tahu," jawab Harry singkat.
"Apa?" aku terkejut. Bukannya aku ingin agar seluruh tentang Kyle ini dirahasiakan. Entahlah, ini merupakan hal yang sangat personal baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Escort [Harry Styles]
FanfictionWhen you got paid just to accompany a young, handsome, and rich businessman. ------- Completed // Written in Bahasa WARNINGS | Sexual Content | Strong Language | Use of Alcohol | Violence copyright © 2016-2018 livelifeloveluke. All rights reserved.