G R I S E L D A
Kamar suite yang Harry pesan di Ritz-Carlton tidak jauh berbeda dengan suite yang pernah kuinap dulu di Beverly Wilshire—bahkan sebenarnya rumah Harry juga tidak jauh berbeda. Yang paling menonjol disini adalah ruang makan dengan meja panjang kayu dan delapan kursi di sekelilingnya. Tiap keempat dinding ruang itu digantungi lukisan besar yang senada, yang bagiku terlihat seperti perpaduan antara Van Gogh dan Chagall.
Aku mengucapkan terima kasih pada porter yang sudah membawakan koper miliku dan Harry dan memberinya tips sebelum melihat kedua kamar yang letaknya bersebrangan. Keduanya tampak sama, hanya perbedaan warna kertas dindingnya saja, jadi aku memilih kamar dengan warna ungu tua dan menyeret koperku kesana.
Setelah bosan menatap langit-langit dan meluruskan punggungku di ranjang aku mengambil salah satu buku cetak yang kubawa tentang teori automata. Dan mengejutkannya, aku kembali dibuat bosan. Kulihat waktu pada ponselku yang baru menunjukkan pukul 15.45 dan dengan itu, aku memutuskan untuk mengirim pesan pada Harry.
Griselda Breston: Boleh aku pinjam laptop-mu?
Ia tidak langsung membalas dan aku dipaksa kembali untuk membaca buku sampai ponselku akhirnya berdering.
Harry Styles: Tentu, ada di tas kantorku
Harry Styles: Passwordnya: aCrT060113
Griselda Breston: Terima kasih *mencoba untuk mengetahui apa maknanya*
Harry Styles: Maknanya kau harus berhenti mengirimku pesan, aku sedang rapat.
Griselda Breston: Aku tidak mewajibkanmu membalasnya...
Harry Styles: Tapi ponselku terus bergetar di putingku!
Aku tertawa dan berhenti mengirimnya pesan. Keluar, aku mengambil tas kulit bewarna cokelat itu, mengeluarkan dan membawanya ke dalam kamar. Pada awalnya aku ingin mencari bahan yang nantinya dapat kugunakan untuk menyempurnakan disertasiku, dan ya aku benar-benar fokus untuk itu sampai aku hendak menulis catatan kecil pada email yang nantinya ingin kukirim ke alamatku sendiri.
Email Harry terbuka secara otomatis dan aku dengan tidak sengaja membacanya. Awalnya aku tidak ingin melanjutkan tetapi ketika mataku menyorot nama Declan, aku menyelesaikan seluruhnya. Email itu dikirim oleh Liam Payne dan ia memberi tahu Harry bahwa perusahaan Mr. Carlson sebenarnya baru ditujukkan untuk Declan dan belum diserahkan sepenuhnya dan meyakinkan Harry bahwa ia masih memiliki kesempatan.
Cukup merasa berdosa, aku menyelesaikan urusanku dengan email dan memulai 'pencarian'ku sendiri tentang Mr. Carlson. Akhirnya aku tahu bahwa berita yang disampaikan oleh Liam tadi benar dan aku mengenal lebih lanjut tentang Declan Ravens di Internet. Lalu, tiba-tiba bagaikan ada sebuah konektor di dalam otakku yang menghubungkan saraf yang selama ini terputus. Yang kuperlukan hanyalah nama belakang Declan. Ravens! Marry! Marry pernah bekerja di salah satu perusahaan Declan dan ia mengundurkan diri!
Dengan cepat aku meraih ponsel dan memanggil kontak Marry. Selagi nadanya belum tersambung, aku menghitung sedikit matematika tentang perbedaan waktu Montreal dan LA, lalu aku terhubung, "halo?"
"Selamat siang Marry, apa aku mengganggumu?"
"Baru saja mencuci piring setelah makan malam dengan suamiku. Tidak masalah, Gris. Ada apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Escort [Harry Styles]
FanfictionWhen you got paid just to accompany a young, handsome, and rich businessman. ------- Completed // Written in Bahasa WARNINGS | Sexual Content | Strong Language | Use of Alcohol | Violence copyright © 2016-2018 livelifeloveluke. All rights reserved.