13. Fairytale

2.8K 341 53
                                    

G R I S E L D A

Harry dan aku mengucapkan selamat yang terakhir kalinya kepada pasangan yang berbahagia itu. Mereka melihati satu sama lain dengan tatapan penuh cinta. Senyuman bagaikan menempel di wajah mereka. Keduanya terlihat ramah, lebih ramah dari pada orang-orang 'penting' Harry lainnya yang pernah kutemui. Atau jika kulihat, mereka lebih sederhana.

Kami meninggalkan area pernikahan dan menuju ke parkiran. Harry memegang kunci mobil dan duduk di kursi pengemudi. Dimana Carter? Bukankah ia seharusnya juga mengantar kami pulang? Ini membuatku bingung apakah aku harus duduk di kursi depan atau belakang. Tapi saat ini aku sedang tidak dalam mood untuk bertanya.

"Kau agak diam," kata Harry, sepertinya ia terhibur. Ia keluar dari mobil itu lagi bahkan sebelum ia benar-benar masuk.

"Aku selalu diam," belaku.

"Tidak tadi pagi. Tadi pagi kau adalah Griselda yang kepo."

"Apa maksudmu?" Tanyaku balik. Jika saja aku tau dimana bagusnya aku duduk, aku sudah masuk ke dalam mobil sialan itu.

"Maksudku, aku tau apa yang kau pikirkan sekarang. Mengapa bukan Carter yang mengemudi, kan?"

"Mungkin," kataku tak mau membenarkannya sepenuhnya.

"Well, duduk di depan," Harry menyerah. Tanpa balasan aku langsung membuka dan masuk ke dalam, disusul Harry tak lama kemudian.

Kami berkendara kembali dengan sunyi ke Island Express. Perjalannya terasa lebih lama dari sebelumnya. Kurasa itu hanya perasaanku dan akhirnya kami sampai. Harry memarkirkan mobilnya dan kami berdua turun. Aku tidak punya arah dan Harry tampaknya dengan iseng sengaja tidak memberikannya. Lantas, apa ia meninggalkan mobilnya di sini sampai hanya Tuhan yang tau kapan ia akan kembali lagi ke Catalina?

"Aku tau apa yang kau pikirkan," katanya.

"Hmm?"

"Dimana aku akan meninggalkan mobil ini?"

"Bagaimana kau melakukannya?" Tanyaku dengan kesal. Jika memang ia bisa membaca pikiran, aku harus pergi jauh-jauh darinya. Aku tidak suka ide bahwa orang mengetahui jalan pikirku. Pikiranku tidak aneh, hanya saja terlalu rumit.

"Kau tipe orang yang berusaha membuat percakapan. Menanyakan hal-hal yang terlalu biasa."

"Jadi itu artinya kau tidak bisa membaca pikiranku?"

"Jika kau bertanya dimana adikmu sekolah, aku tidak akan bisa menjawabnya. Aku hanya menebak, Griselda."

Aku hanya diam dan Harry seperti sedang membaca wajahku. Tak lama, ia mengajakku untuk memasuki lapangan luas yang sementara menampung tiga helikopter, salah satunya adalah AgustaWestland AW109 hitam dengan dua lis abu-abu milik Harry. Ada banyak pertanyaan yang ingin kulontarkan, tapi seperti kata Harry, aku memang merasa berbeda dengan pagi tadi.

Dua orang petugas yang menjaga pagar menyapa Harry, dibalas dengan anggukannya. Salah satu dari mereka kemudian mengikuti kami menuju helikopter. Ketika kami sampai, Harry memeriksa kursi depan yang ternyata kosong. Ia berbicara dengan petugas tadi agak jauh dariku.

"Naiklah Griselda. Aku harus mencari Carter. Seharusnya ia berada disini sekarang," katanya lalu meninggalkanku sendirian. Ia berjalan ke sebuah kantor kecil di salah satu sudut lapangan dengan petugas tadi. Tidak ingin mencari masalah, aku merangkak masuk ke barisan belakang yang menampung empat kursi saling berhadapan. Kuhela napasku sambil melihat pesisir pantai yang nampak tidak jauh dari lapangan.

Escort [Harry Styles]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang