G R I S E L D A
"Ya, aku oke. Terima kasih banyak—Shawn," aku tersenyum kecil lalu berbalik memandangi sebuah mobil kebakaran yang mulai datang. Tanpa kusadari apinya telah merambat ke bangunan disebelah.
Kepalaku stress, aku tidak dapat berpikir jernih. Yang dapat kupikirkan hanyala ibuku dan bagaimana aku dapat membuatnya senang. Semua hal itu ada di dalam. Semua hal itu sekarang telah hangus terbakar menjadi abu. Dengan sekali kedipan, air mataku mengalir ke wajahku yang kotor akibat asap.
Aku harus menyelamatkannya. Aku harus menyelamatkannya, suara itu bergema di batinku.
"GRISELDA!" Shawn berteriak kencang lalu menarik tanganku saat aku melangkahkan kaki mendekat ke apartment. "Apa kau gila?"
"Aku harus menyelamatkan barang-barangku! Laptop-ku, laporanku, buku-bukuku!"
"Apa itu semua benar-benar penting? Mereka sudah hilang, Gris! Lihat dirimu! Tidakkah kau bersyukur kau sudah selamat?" Shawn mengguncang kedua bahuku dan membawaku kembali menginjak tanah.
Aku memeluknya dengan erat dan menangis di bahunya. Kali ini lebih kencang dan rasanya aku ingin berteriak. Bodohnya aku, menginginkan badanku untuk selamat saat aku berada di dalam, dan menginginkan barang-barangku selamat saat aku berada disini. Bahkan aku tidak tau apa lagi yang benar.
"Ayo, aku akan mencarikan kita tumpangan," Shawn menuntunku ke mobilnya yang terparkir di seberang jalan.
***
Aku terbangun di salah satu kamar di rumah neneknya Shawn. Semalam, kami berkendara sekitar tiga jam setengah untuk mencapai Fresno. Tapi itu lebih baik, daripada tidak memiliki tempat sama sekali untuk beristirahat. Sebenarnya, aku sempat terpikir untuk menumpang di apartemen Nina yang lebih dekat. Namun ia pasti sedang tertidur dan aku tidak mau mengganggunya. Lagipula, ia selalu mempunyai 'acara kecil' dengan Luke setiap akhir pekan.
Jika kau tau maksudku.
"Selamat pagi," aku menyapa Shawn dan neneknya di dapur.
"Koreksiannya, selamat siang," Shawn dan neneknya terkekeh sementara mataku membesar lalu menengok jam yang ada di dekat meja makan. Sekarang adalah pukul 12.10. Shawn dan neneknya pasti menganggapku seekor baboon.
"Uh, maaf. A—aku—"
"Tidak apa, ini hari minggu," nenek Shawn tersenyum ramah. "Ayo duduk, Gris. Aku baru saja menyiapkan makan siang."
"Oh, ya," dengan kaku aku menarik kursi dan duduk di samping Shawn.
"Tidurmu nyenyak?" Tanyanya.
"Sangat," balasku. "Terima kasih banyak sudah mengajakku kesini. Tidak tau jadinya jika tidak ada kau."
"Kapan pun, Gris."
"Nah, silahkan dinikmati," nenek Shawn meletakkan piring besar berisi beberapa bungkusan burrito kacang hitam dihadapan kami. Hidangan itu kelihatan sangat lezat, membuat perutku lebih lapar dari sebelumnya.
"Makan yang banyak, Gris. Masakan nenekku sangat enak," kata Shawn lalu mengambilkan burrito untukku dan untuknya.
"Tentu—oh, dan cookies buatan rumahmu waktu itu juga sangat enak," pujiku mengingat cookies yang pernah Shawn bagikan ke para tetangganya di apartemen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Escort [Harry Styles]
FanficWhen you got paid just to accompany a young, handsome, and rich businessman. ------- Completed // Written in Bahasa WARNINGS | Sexual Content | Strong Language | Use of Alcohol | Violence copyright © 2016-2018 livelifeloveluke. All rights reserved.