"Love is giving someone the ability to destroy you, but trusting them not to."
- UnknownG R I S E L D A
"Aku tidak percaya kau mengusirku begitu saja dihadapannya," Nina akhirnya memecahkan keheningan yangs sedari tadi ada dalam mobil.
"Aku khawatir kau akan mengucapkan kata-kata yang salah," kataku. Jika Nina marah padaku, itu akan jadi sangat buruk. Dan sejujurnya, aku tidak bisa membayangkannya.
"Aku tidak akan jika kau memberi tahuku yang sebenarnya sejak awal."
"Aku minta maaf, oke? Itu cerita pribadi."
"Kau sudah membocorkannya, kenapa tanggung-tanggung," tambah Nina dan aku merasa kesal karena sekarang ia bertindak kekanak-kanakan. Aku mengerti ia marah, tapi ia seharusnya mendukungku.
"Karena kau memaksaku, waktu itu, Nina."
"Oh, jadi kau menyalahkanku sekarang?" Akhirnya ia menoleh ke arahku.
"Aku tidak menyalahkanmu, oke? Let's just forget everything," kataku ingin menyudahi perkelahian di antara kami.
Nina kembali memperhatikan jalan, "jadi bagaimana dengannya?"
"Siapa?"
"Courtney. Apa dia tahu siapa kita sebenarnya?"
"Seperti itulah," jawabku. "Dia tahu kalau kita hanya berpura-pura."
Nina mengangguk mengerti dan tetap memfokuskan pandangannya ke jalan raya. Aku bersyukur ia bukanlah salah satu tipe orang yang emosinya akan mempengaruhi caranya mengemudi. Ia tidak punya SIM, lebih baik ia berhati-hati.
"Nina?" Panggilku tapi ia tidak menoleh. "Kita baik-baik saja, kan?"
"Semoga."
***
Aku agak menarik diri dari Harry sejak pulang dari mansion keluarganya. Mungkin karena aku takut berpisah dengannya menjadi hal yang menyedihkan atau karena ciuman kami di kamar mandi waktu itu. Aku akan berbohong jika mengatakan aku tidak memikirkannya. Apa itu sebuah kesalahan? Aku bertanya-tanya.
Namun di sisi yang lain, Harry juga melakukan hal yang sama. Kami hanya menyapa satu sama lain saat sarapan atau makan malam. Kami bahkan tidak melakukannya bersama. Kami tidak lagi membicarakan tentang hari kami. Ini membuatku semakin sulit untuk mengatakan rencanaku ke Pennsylvania dan semua tentang Kyle.
Mungkin kami hanya bingung dengan perasaan kami, atau itu hanya aku. Tapi aku berdoa semuanya akan kembali lagi seperti semula.
Aku melirik ponsel yang baru kubeli sehari sehabis kunjungan ke rumah Courtney (aku tidak mengambil ponselku yang disita, aku mengikhlaskannya). Jam menunjukkan pukul 11.57 malam, dan aku tidak bisa tidur. Besok aku harus pergi ke Pennsylvania dan Harry belum tahu apapun soal itu. Kenapa aku pengecut sekali? Aku tidak mungkin membangungkannya sekarang dan aku juga tidak bisa pergi mendadak besok.
Walaupun hanya hati dan kepalaku yang bedebat, pertentangan itu membuatku haus. Aku menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhku dan berjalan keluar. Harry tidur lebih larut dariku dan ia telah mematikan semua lampu. Well, tidak semuanya, masih ada lampu malam bewarna kuning yang remang-remang untuk menghemat energi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Escort [Harry Styles]
FanfictionWhen you got paid just to accompany a young, handsome, and rich businessman. ------- Completed // Written in Bahasa WARNINGS | Sexual Content | Strong Language | Use of Alcohol | Violence copyright © 2016-2018 livelifeloveluke. All rights reserved.