G R I S E L D A
Setelah keluar dari area Griffith Park, Harry membawaku untuk makan malam di salah satu diner dekat rumahnya. Sebenarnya rumah Harry jauh dari tempat apapun, hanya saja diner itu yang paling dekat dibandingkan dengan yang lainnya.
Untungnya aku tidak temperamen seperti Harry. Sebuah kalimat dari Harry yang terus terulang di pikiranku tidak akan mempengaruhi perbuatan dan kata-kataku kepada orang lain. Tapi disamping itu, kami juga tidak banyak bicara lagi. Maksudku, apa sebenarnya tujuan ia membawaku ke Hollywood sign? Bahkan tidak ada yang kami gali dari percakapan semalam dan aku juga tidak melakukan apapun selain membuatnya menyewa kuda.
"Ngomong-ngomong apa kau mendapat kabar dari Mrs. Thomson?" Tanyaku setelah pelayan selesai mencatat pesanan kami. Aku tidak ingin ini menjadi terlalu kaku. "Ia tidak datang dua hari."
"Tidak, dia tidak memberi tau apapun," jawabnya sederhana.
"Bukankah seharusnya kau mengeceknya?"
"It's okay. Dia tidak pernah absen, bahkan saat natal. Mungkin ia lelah. Aku tidak akan mencarinya seolah-olah aku mewajibkannya untuk selalu datang."
"Tapi—"
"Aku akan meneleponnya besok, oke?" Harry menenangkanku tepat saat pelayan mengantar minuman kami.
***
Keesokannya, matahari masih bersinar. Cukup untuk menerangi langit pagi di Los Angeles namun tidak cukup untuk menerangi jalan masalahku. Apa yang salah denganku? Tiap perkataan yang keluar dari mulut Harry hanya membuka masalah baru. Bukan bagi kami, tapi bagiku seorang. Ada beberapa pertanyaan yang kurasa tidak pantas untuk kutanyakan. Tapi apa yang bisa kukatakan, aku penasaran. Terlalu penasaran bahkan untuk kata peduli. Maksudku, siapa yang bisa membantuku?
"Selamat pagi!" Aku berjalan keluar memandangi lantai dan mendongak hanya untuk melihat Mrs. Thomson sedang mengelap perabotan porselen yang ada di dapur.
"Mrs. Thomson!" Seruku lalu segera mendekat untuk memeluknya.
Ia agak terkejut dan mundur beberapa langkah ke belakang, "yea, aku disini sayang. Hati-hati kita sudah memecahkan banyak perabotan belakangan ini," candanya.
"Maaf," kataku menahan kegembiraan lalu melepaskan pelukanku. Ya, dia baru pergi dua hari dan ya, aku gembira sebab siapa yang bisa kuajak bicara jika Tuhan-yang-tau-kapan Harry bisa kembali menjadi dingin?
"It's okay," ia masih terkekeh, beberapa garis kerutan nampak jelas di ujung kedua matanya.
"Jadi, dari mana saja kau?" Tanyaku sambil menahan kedua badan di counter dapur.
"Ini baru dua hari, Gris. Aku tidak kemana-mana," jawabnya dengan tenang.
"Yea, tapi dua hari merupakan masalah yang besar. Aku tidak tau apakah Harry menyukai masakanku," aku mencari alasan. "Oh—apa dia meneleponmu?"
"Dia menyuruhmu memasak?"
"Tidak, hanya membuat diriku berguna," aku mengedikkan bahu. "Jadi—kemana saja kau dua hari ini?"
"Mrs. Thomson beristirahat, dan kuharap kau ambil itu sebagai latihan," celutuk Harry, tiba-tiba muncul dari ruang tamu. Bagaimana bisa ia selalu lebih pagi dariku? "Aku akan memindahkan beberapa peralatan. Makan sarapanmu dan bersiapkah, Griselda."
KAMU SEDANG MEMBACA
Escort [Harry Styles]
FanfictionWhen you got paid just to accompany a young, handsome, and rich businessman. ------- Completed // Written in Bahasa WARNINGS | Sexual Content | Strong Language | Use of Alcohol | Violence copyright © 2016-2018 livelifeloveluke. All rights reserved.