"Hai, kita bertemu lagi."
Irene terdiam sejenak melihat pria asing yang waktu itu menolongnya kini ada dihadapannya. Pria yang tidak mengenalkan namanya namun membuat pikiran Irene tidak tenang, karena belum sempat berterimakasih dengan benar.
Pria itu menjentikkan jarinya didepan wajah Irene, "Hei..."
Irene tersadar lalu tersenyum kikuk, "Ah, Hai juga..."
Pria itu mengajaknya duduk, Irene menerima ajakan karena ia juga lelah berlarian kesini demi kebab yang ternyata habis. Pria asing itu terus tersenyum kemudian mengulurkan tangannya.
"Kita belum berkenalan secara resmi." Pria itu memberi jeda, "Aku Kim Suho. Siapa namamu?"
Irene tersenyum lalu menyambut hangat uluran tangan pria yang sempat menolongnya, "Bae Irene." Ia melepaskan uluran tangannya membuat pria itu, Suho terkekeh pelan karena terus menggenggam tangannya.
"Aku belum berterimakasih kasih dengan benar padamu waktu itu." Irene memberi jeda, "Terima kasih banyak."
"Sama-sama, Irene." Suho terkekeh pelan, "Aku juga minta maaf karena pergi begitu saja meninggalkanmu di rumah sakit."
"Ya, tidak apa apa." Irene tersenyum, "Mungkin kamu sibuk. Aku mengerti."
Suho tersenyum memperhatikan Irene, membuat Irene tersenyum canggung. Ia melirik Suho yang masih menatapnya terus menerus.
"Apa ada yang salah denganku?"
Pertanyaan Irene membuat Suho terkekeh, "Tidak ada yang salah darimu." Suho memberi jeda, "Hanya saja, kamu terlihat terlalu cantik."
"Ah?" Irene menatap Suho dengan tatapan bingung.
"Maksudku, wajahmu tidak sepucat waktu itu." Suho memberi jeda, "Tapi, sedang apa kamu malam malam kesini?"
"Waktu itu aku memang kurang enak badan."
Suho terkekeh, "Sangat terlihat dari wajahmu saat itu."
Irene mengamati sekelilingnya yang ramai, "Tempat ini selalu saja ramai. Bahkan di malam senin sekalipun."
"Benarkah?" tanya Suho ragu, "Mungkin saja kebetulan setiap kau kesini, tempat ini sedang ramai."
Irene tertawa pelan, "Aku kemari setiap malam."
"Untuk apa?"
"Sekedar jalan-jalan malam dan membeli kebab." Irene menghela nafas "Lebih singkatnya, aku lapar."
Suho terdiam sejenak lalu memberikan bungkusan kebab pedas miliknya kepada Irene, "Ini untukmu saja."
"Eh, Tidak perlu." Irene menggeleng cepat
Suho tersenyum, "Aku memaksa."
"Tapi-"
"Aku ikhlas." potong Suho
Irene mengambil bungkusan itu dengan senyuman, "Ah, terima kasih lagi, Suho."
"Kamu dapat menggantinya dengan membelikanku makanan lain kali." ucapnya dengan nada bercanda
Suho mengatakan itu hanya karena dirinya ingin bertemu lagi dengan Irene. Suho bahkan tak menyangka Irene akan tersenyum, "Lain kali ya. Tapi jangan yang mahal, Oke?"
Suho mengangguk menyetujuinya, kemudian ikut tersenyum Irene membalas senyumannya.
"Tapi, tidak apa apa kan jika ini untukku?" Irene mengangkat sedikit bungkusan kebab yang tadi diberikan Suho untuknya.
Suho tersenyum lalu mengangguk pelan, "Tidak apa apa."
Toh, Yoona tidak suka pedas.
Irene tersenyum kecil, "Benarkah?"
"Lebih baik itu untukmu saja."
Daripada berakhir di tempat sampah pada pagi hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir [surene] #Wattys2019
FanfictionSuho tetap mencintai istrinya bagaimanapun kelakuan istrinya itu. Sedangkan Irene tetap mencintai suaminya bagaimanapun perilaku suaminya terhadap dirinya. Takdir memiliki cara tersendiri dalam mempersatukan ataupun memisahkan. Lantas apakah kedua i...