Irene menunggu Suho di taman, kemudian melirik sekilas jam dipergelangan tangannya. Sebentar lagi jam makan siang, dan Suho akan kesini. Mereka berjanji untuk bertemu hari ini. Irene menyetujuinya.
Baginya, Suho adalah teman pertamanya sejak ia menikah. Baginya, Suho adalah tempat ternyaman dimana ia bisa menceritakan semuanya pada Suho. Ia merasa Suho benar benar cocok menjadi teman.
Suho membuatnya lupa tentang rasa sakit, meski hanya sejenak. Suho memberi warna baru pada hidupnya yang sempat pudar. Cukup dengan melihat Suho, Ia menjadi tenang. Rasa sakitnya tertutupi oleh kehadiran Suho.
Irene merasa, Suho adalah penawar dari rasa sakitnya.
Irene melambaikan tangannya, Suho datang, tersenyum lalu menghampiri Irene dan duduk disampingnya. Irene sedikit bergeser agar dapat berhadapan dengan Suho.
Irene membuka obrolan, "Kamu sudah makan siang?"
Suho menggeleng, "Aku langsung kesini tadi."
Irene mengangguk, "Oh... Mau makan dimana?"
"Ditempat yang mahal, boleh?" goda Suho
Irene merenggut lalu menggeleng, "Tidak boleh mahal-mahal."
Suho tertawa lalu tak sengaja melihat tukang es krim, "Beliin aku es krim aja."
Irene tersenyum senang, "Yang murah tidak apa-apa, kan?"
Suho mengangguk, "Asal dibeliin sama kamu, ya tidak apa-apa."
Irene berdiri, "Sebentar ya..." Kemudian ia sedikit berlari menuju tukang es krim itu.
Suho memperhatikan Irene yang tengah mengantri bersama anak kecil. Sangat terlihat bahwa Irene menyayangi anak kecil, membuat Suho semakin menyayanginya.
Eh apaan sih.
Tak lama Irene datang lalu duduk dan memberikan es krim itu pada Suho, "Ini, harganya dua ribu loh..."
Suho mengambil es krim itu lalu tertawa, "Makasih, Rene."
Mereka sama sama terdiam, sibuk memakan es krim mereka masing masing. Dan juga sibuk dengan pikiran mereka masing masing. Suho menoleh, menatap Irene dalam dalam sebelum memanggil namanya.
"Irene..."
Irene menoleh lalu tersenyum manis ralat- sangat manis.
"Aku mencintaimu."
Irene terdiam kaku. Apa-apaan ini!? Suho menyatakan perasaan padanya, dan tadi apa ia bilang, Suho mencintainya!?
Suho menatap Irene yang masih bingung, kaget, dan shock menjadi satu. Suho menghela nafasnya panjang.
"Aku mencintaimu, Bae Irene."
Irene yang semula menunduk menjadi mendongak lalu menggeleng pelan, "Tidak... Ini salah, Suho." kemudian Irene terisak kecil, "Aku perempuan bersuami, dan kamu laki laki beristri."
"Rene..." Suho menatap dengan tatapan memohon.
Irene menutup kedua telinganya lalu mencengkeram kuat telinganya sendiri, "Aku tetap mencintai suamiku bagaimanapun perlakuannya padaku. Ja-jangan buat aku mengkhianati suamiku, Suho."
Suho berusaha menahan saat Irene ingin pergi, tali diurungkan niatnya itu. Niat awal Suho hanya ingin menyampaikan perasaannya, tidak meminta lebih. Apalagi meminta Irene menjadi miliknya.
Suho tertawa hambar menatap kepergian Irene yang kian menjauh. Takdir memang kejam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir [surene] #Wattys2019
FanfictionSuho tetap mencintai istrinya bagaimanapun kelakuan istrinya itu. Sedangkan Irene tetap mencintai suaminya bagaimanapun perilaku suaminya terhadap dirinya. Takdir memiliki cara tersendiri dalam mempersatukan ataupun memisahkan. Lantas apakah kedua i...