[17] I; Ini hanyalah debaran biasa.

1.7K 284 6
                                    

Irene sengaja tidak makan malam demi menunggu kepulangan Taehyung. Demi makan malam bersama suaminya untuk sekali saja seumur hidupnya.

Namun, Taehyung tetaplah Taehyung, yang memiliki 1001 alasan untuk menolak Irene.

Satu alasan utama yang selalu digunakan; lembur.

Makan malam yang Irene siapkan sudah dingin, dan Irene sendiri bahkan sudah tidak selera untuk makan masakannya. Ia memutuskan untuk berjalan menuju tukang kebab, makanan kesukaannya. Hari ini Taehyung lembur dan tidak akan pulang, sepertinya malam-malam sebelumnya. Irene tersenyum, menikmati hembusan angin malam yang menghampirinya.

"Ah, harusnya tadi aku memakai jaket."

Irene bermonolog, melihat dirinya yang hanya mengenakan piyama berwarna pink cerah. Mau bagaimana lagi, Irene terlalu ingin melepas penat. Ia kembali berjalan sambil memeluk tubuhnya sendiri untuk melawan hawa dinginnya malam ini.

"Mas, kebab super pedasnya satu."

Irene duduk setelah memesan karena cukup banyak pelanggan lain yang sudah terlebih dulu datang dibanding dirinya. Irene menoleh saat seseorang menyentuh pelan pundaknya.

Dia lagi...

"Hai, kita bertemu kembali..."

Irene tersenyum membalas sapaan Suho lalu menyuruhnya untuk duduk disebelahnya, "Kamu membeli kebab untuk istrimu lagi?"

"Tidak." Suho menggeleng, "Istriku sedang menginap dirumah ibunya."

Irene mengangguk-angguk, "Berarti kamu juga lapar seperti aku ya?" tanyanya terkekeh

Suho tersenyum lalu mengangguk, "Apa kebab cukup membuatmu kenyang?"

"Kamu mau jawaban jujur atau bohong?" tanya Irene terkekeh kecil

"Aku suka kamu" ia memberi jeda, "Maksudku, perempuan jujur."

Irene tertawa kecil lalu menoleh ke kiri kanan, "Jangan bilang siapapun ya." Irene terdiam sesaat lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Suho dan berbisik, "Perutku ini perut karet, jadi kebab saja sebenarnya tidak akan cukup."

Saat Irene menjauhkan wajahnya, kini Suho yang mendekati wajah Irene, "Apa kamu manusia karet di anime One Piece?"

Irene terkekeh malu, "Sepertinya begitu."

Suho menjauhkan wajahnya kemudian tetsenyum, "Jadi, Apa kamu mau makan lagi setelah ini bersamaku?"

Irene sedikit memundurkan wajahnya yang memerah malu, "Kamu yang traktir. Aku lupa bawa uang banyak."

Suho tersenyum, "Baiklah." ia memberi, "Lain kali kamu yang membayarnya."

Tak lama, kebab pesanan Irene sudah jadi. Irene berdiri menghampiri tukang kebab itu, mengambil pesanannya dan membayarnya. Lalu kembali duduk dihadapan Suho.

Irene memakan kebab itu seperti orang kelaparan. Suho terkekeh memperhatikan Irene makan belepotan. Suho menyebut nama Irene membuat Irene mendongak menatapnya,

"Apa kebab yang kamu makan itu sangat enak? Kamu sampai belepotan seperti itu."

Irene tersenyum manis, bahkan dengan noda saus disudut bibirnya ia tetap terlihat cantik, "Sangat sangat lezat," Ia menyodorkan kebabnya ke Suho, "Kamu mau?"

Suho terkekeh lalu mengangguk, membuat Irene makin menyodorkan kebabnya. Suho menggigit kebab yang disodorkan oleh Irene, mengunyahnya perlahan kemudian menelannya.

Potongan yang tersisa dihabiskan oleh Irene. Irene mengunyah sambil tersenyum begitupun dengan Suho. Suho makin tersenyum saat ia sadar, mereka berbagi makanan.

"Lezat, kan?" tanya Irene yang masih mengunyah

Suho mengangguk lalu mengambil tisu, ia mengelap pelan bibir Irene yang belepotan. Membuat Irene terdiam kaku karena mendapat perilaku seperti ini. Suho tersenyum canggung, namun matanya tak mau lepas menatap Irene.

Sepertinya ia akan menyukai makanan bernama 'kebab' ini.

Atau mungkin, ia juga akan menyukai orang yang membuatnya menyukai kebab.

Irene ikut tersenyum meski canggung, entah kenapa secara tiba-tiba hatinya sedikit berdebar.

Takdir [surene] #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang