Irene membuka matanya perlahan, ruangan dengan dominan warana putih adalah yang pertama kali ia lihat. Irene sangat yakin ini adalah rumah sakit. Bau obat tercium jelas olehnya. Merasa tangannya pegal membuat ia menoleh.
Ada seorang pria asing yang tertidur disampingnya sambil memegang tangannya. Irene terdiam kebingungan, tentang siapa pria asing ini. Irene sangat tahu betul, ini bukanlah suaminya.
Dan juga tidak mungkin suaminya.
Lantas siapa pria ini?
Irene menyentuh pelan bahu pria itu lalu mengguncangnya perlahan, "Hei... Bangunlah..."
Pria itu mulai membuka matanya secaa perlahan. Irene terdiam sejenak, pria asing didepannya cukup tampan. Pria tampan itu lalu tersenyum ketika nyawanya sudah terkumpul, "Kau sudah sadar? Ingin minum sesuatu?" tanya pria itu
"Tidak perlu." Irene menggeleng pelan, "Hanya saja, tanganku sedikit pegal."
"Ah, maafkan aku." ucap pria itu meminta maaf
Irene tersenyum, "Tidak apa apa, dan terima kasih telah menjagaku."
Pria itu tersenyum lalu mengulurkan tangan, membuat kening Irene berkerut, "Ah ya, namaku-"
"Ah, Aku ingin ke kamar mandi." Irene berusaha untuk berdiri, ia tidak kuat menahan buang air kecil.
"Perlu bantuan?" tawar pria itu
Irene menggeleng pelan. Tentu saja ia menolak pria asing itu. "Tidak perlu. Aku bisa sendiri." tolaknya halus
Pria itu mengangguk lalu membiarkan Irene berjalan sendiri. Namun pria itu tetap mengawasi pergerakan Irene. Seperti Irene yang hampir jatuh terpeleset, dengan sigap pria itu menangkup lengan Irene.
"Hati-hati."
Irene tersenyum lega, "Ah, sekali lagi terimakasih." ucapnya lalu membiarkan pria itu menuntunnya sampai depan pintu kamar mandi. Irene masuk ke kamar mandi, dan menguncinya.
Suara deringan ponsel membuat pria itu melihat ponselnya lalu segera keluar ruangan untuk mengangkatnya. Tak lama setelahnya Irene keluar dari kamar mandi, mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan pria tersebut. Nihil. Pria itu sudah tidak ada.
Seorang suster masuk kedalam ruangan lalu tersenyum kepada Irene, "Selamat pagi!! Apa kau sudah merasa lebih baik?"
Irene tersenyum, "Sudah lebih baik. Em maaf, apa suster tahu kemana pria yang tadi berada disini?"
"Ah, suami anda? Sepertinya dia tadi pergi terburu buru. Mungkin lelah menjaga anda semalaman."
"Suami?" cicit Irene pelan. Jelas-jelas itu bukan suaminya.
Suster itu tertawa kecil, "Iya. Bahkan saya dan para suster lainnya kesal melihat suami anda yang sangat panik tadi malam. Suami anda benar-benar terlihat khawatir."
Irene terdiam bahkan sampai tidak menyadari bahwa suster tadi sudah keluar dari ruangan ini. Kini ia sendirian duduk ditepi ranjang, menatap kursi yang digunakan pria asing tadi.
Irene merasa sedikit kecewa, ia belum mengucapkan terima kasih padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir [surene] #Wattys2019
FanficSuho tetap mencintai istrinya bagaimanapun kelakuan istrinya itu. Sedangkan Irene tetap mencintai suaminya bagaimanapun perilaku suaminya terhadap dirinya. Takdir memiliki cara tersendiri dalam mempersatukan ataupun memisahkan. Lantas apakah kedua i...