Irene memutuskan untuk pergi dari rumah tepat pada hari ulang tahunnya, hanya sekedar untuk menenangkan diri selama beberapa jam. Hasil kerja kerasnya di taman belakang sama sekali tidak ia bersihkan.
Irene berniat untuk membiarkan dekorasi itu tetap ada sampai suaminya pulang dan sadar bahwa ia tidak baik-baik saja, meskipun ia amat yakin suaminya akan selalu tetap tidak peduli.
Irene keluar dengan dress panjang berwarna putih dengan lengan pendek. Dress yang juga ia kenakan ketika pertama kali bertemu dengan suaminya.
Mungkin akan banyak pria yang menganggapnya cantik, yang jelas pria itu bukanlah suaminya. Juga, jika banyak pria yang sekedar berhenti sejenak untuk memuji dirinya, mungkin suaminya akan tetap melewatinya seperti biasanya dengan tatapan tanpa minat.
Irene berjalan tanpa arah, hanya sekedar ingin menjauh dari rasa sakit yang selama ia derita. Ia mengedarkan pandangan, merasa cukup asing dengan lingkungan ini.
Irene mengaduh pelan, hampir jatuh karena kakinya menginjak sebuah batu. Seketika ia memperhatikan kakinya lalu tertawa hambar memikirkan kebodohan pada dirinya.
Irene lupa memakai alas kaki, pada malam yang dingin seperti ini.
Kilauan lampu dari sisi kanan membuat Irene sempat menoleh. Dengan cepat sebuah mobil melaju ke arahnya.
Irene diam ditempat, sedikit tersenyum sembari menatap kilauan lampu, berpikir bahwa inilah akhir dari rasa sakitnya yang juga sekaligus akhir dari hidupnya.
Mobil itu sempat memelan namun tetap menabrak Irene, dan membuatnya terjatuh kebelakang. Irene merasa pusing, terlebih karena ia belum makan dari pagi. Namun Irene hanya meringis kecil, menatap luka kecil dilututnya.
Serta luka yang tak terlihat di hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir [surene] #Wattys2019
FanfictionSuho tetap mencintai istrinya bagaimanapun kelakuan istrinya itu. Sedangkan Irene tetap mencintai suaminya bagaimanapun perilaku suaminya terhadap dirinya. Takdir memiliki cara tersendiri dalam mempersatukan ataupun memisahkan. Lantas apakah kedua i...