The Murder : Begin Of Us

675 49 6
                                    

The Murder POV

"Craaasshhhh"

"Arrrgggghhhhh"

Aku menutup kedua telingaku menggunakan kedua tanganku. Teriakan manusia yang satu ini benar - benar cempreng dan mengganggu. Sebenarnya, aku tidak ingin membuatnya menjadi seperti ini. Namun, mendengar perkataannya tentang sahabatku membuat darahku mendidih.

*Flashback on

"Hey! Kenapa kau sendirian? Dimana kedua sahabatmu?"
"Mereka sepertinya akan datang terlambat ke sekolah hari ini."
"Terlambat? Oh, iya! Aku lupa. Mereka kan anak yang tidak jelas asal usulnya dan mungkin sudah tidak punya orang tua. Mana mungkin mereka datang tepat waktu dan ter-urus. Atau mungkin mereka itu dibuang oleh orang tuanya, benar begitu bukan?"
"Tutup mulut sampahmu itu, Fariz!"

*Flashback off

Aku menatap genangan merah dilantai gudang ini.

"Hmm, seandainya kau bisa menjaga omonganmu itu, pastilah kepalamu masih menyatu dengan tubuhmu."

"Dhea! Apa yang terjadi?"

Aku mengenal suara ini. Aku hampir mendengarnya setiap hari. Ini adalah suara salah satu sahabatku.

"Hanya membasmi seekor hama, Skycode."

Skycode? Ya, kedua sahabatku memakai nama samaran. Skycode bernama asli N. A. Fatika Sari. Ia memilih nama nama samaran Skycode karena menurutnya langit itu menyimpan banyak sekali kode. Walaupun begitu aku tidak menggunakan nama samaran seperti mereka.Namaku Dhea Arini dan sampai kapanpun akan tetap Dhea Arini.

"Euwww, sepatu mahalku menginjak genangan darah kotor!!!!! Benar - benar menjijikan!"

Itu adalah suara sahabatku juga. Dia Anacha. Nama aslinya adalah A . Larasati. Nama samarannya diambil dari nama aslinya. Tapi hanya orang telitilah yang bisa menemukan dari huruf mana saja nama samaran itu dibuat.

"Kau kan bisa membersihkannya atau membeli yang baru."

Ujarku membalas perkataan perkataan Anacha.

"Hmm, benar juga!Baiklah tidak masalah. Sekarang, lebih baik kita membawa mayat Fariz ke Restoran DamGi Steak! Mereka mulai kehabisan stok daging!" Saran Anacha.

"Iya, benar! Lagipula aku lapar. Aku perlu makan untuk misi malam nanti. Aku butuh energi!"
Timpal Skycode.

"Hmm, baiklah. Kita berikan kepada Restoran DamGi Steak. Aku tidak mau temanku bangkrut. Anacha, kau bawa kepalanya. Biar aku dan Skycode yang menyeret tubuhnya."

Perintahku kepada mereka berdua. Kami mulai berjalan pergi menuju Restoran DamGi Steak, namun tiba - tiba,,,

Pranggggg

Terdengar suara vas pecah dari arah luar gudang. Kami bertiga berhenti berjalan kemudian menatap was - was kearah pintu gudang yang memunculkan seseorang yang kami kenal. Seseorang yang merupakan sahabat dari korban kami dan merupakan teman sekelas kami.

"Dasar Iblis! Apa yang kalian lakukan kepada Fariz? Hiks..."
"Hanya melakukan apa yang harus dilakukan. Sekaligus latihan untuk misi nanti malam"

Jawab Skycode dengan santainya tanpa perduli lawan bicaranya yang mulai meneteskan air mata.

"Latihan apa yang kau maksud? Hiks... Kalian benar - benar tidak punya hati! Pura - pura pendiam di kelas tapi ternyata ini yang kelakuan kalian diluara sekolah. Hiks... Inikah alasan kalian menjadi pendiam? Untuk menutupi sifat Iblis kalian, hah?! Hiks..."

"Tutup mulutmu dan pergilah selagi kami melepaskanmu!"
Perintahku dengan dinginnya.

"Kau yang tutup mulut! Hiks... Aku akan menyebarkan kejadian ini! Ayahku sedang menuju kesini dan akan menangkap kalian semua! Kalian akan dihukum mati!"

Benar juga! Kami terlalu sibuk menjawab kata - kata tidak berguna yang terlontar dari mulutnya sehingga tidak menyadari bahwa sendari tadi ia menggenggam sebuah ponsel.

"Diamlah, Favian! Jaga omonganmu atau kau akan berakhir seperti Fariz sahabatmu itu!"
Skycode menjawab Favian dengan nada mengancamnya.

Sahabat Fariz yang satu ini sepertinya juga tidak bisa menjaga omongan. Namanya adalah Favian. Ayahnya adalah seorang polisi. Dasar sombong! Lihat saja siapa yang akan menyusul Fariz terlebih dahulu.

"Kalian berdua bawalah Mayat Fariz ke DamGi. Bocah ini serahkan kepadaku." Perintah Anacha dengan dinginnya.

"Hmm, baiklah. Lakukan dengan benar! Polisi sedang menuju kesini dan itu artinya kau harus cepat dan berhati -hati." Saranku
"Ya ya ya, cepatlah atau DamGi akan bangkrut. Tangkap ini, Skycode!"

Anacha melemparkan kepala Fariz yang dipegangnya kepada Skycode. Aku dan Skycode bergegas keluar dari gudang melalui jendela gudang sambil menyeret mayat Fariz.

Tinggalah Anacha dan Favian. Sepertinya, besok akan ada berita pembunuhan besar di sekolah.

The MurderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang