Mission Pt.3 : Who Are They?

141 22 1
                                    

Dhea POV

Team ku telah memasuki pintu depan apartemen. Disini sangatlah sepi, tidak ada penjagaan ketat seperti yang kami waspada kan. Sekedar informasi, Ramdhani, Rezki, dan Al - Bima ternyata tinggal di apartemen sebelah. Bukan di apartemen yang ini.

Ting

Sampailah kami pada lantai ke 5 apartemen
"Wah wah wah!Ternyata lokasi ini tidak menyulitkan kita untuk bergerak!" Ujar Skycode.
"Ya, kau benar! Aku kira kita akan bertempur menumpahkan darah disini." Sahut Anacha.
"Jika seperti ini, berarti Team Adam dan Team Kurnia sudah berhasil!" Seru Skycode.
"Itu pasti!" Sahut Anacha.

Aku hanya diam mendengar oercakapan singkat itu. Mengingat hubungan ku dan Skycode yang sedang tidak baik - baik saja. Kami pun berjalan menuju tangga darurat karena kami akan membunuh tanpa diketahui orang banyak.

Kami pun sampai di tangga darurat yang akan membawa kami ke lantai 6.

Braaakk

Skycode menendang pintunya lalu kami pun sampai lalu masuk ke lantai 6.
"Itu kamar nya, bersiap!"Perintah ku.
Anacha dan Skycode pun menyiapkan senjata masing - masing. Skycode tidak mengeluarkan pistol nya karena pistol hanyalah senjata darurat. Senjata utama The Murder adalah benda - benda tajam, bukan benda instan.

Brakkk

Skycode menendang pintu kamar Ajeng.

Kulihat Ajeng yang terkejut dengan kedatangan kami secara tiba - tiba.

"The M-Murder?"Ucap Ajeng dengan gugup.
"Hahaha,ya~Ini kami!"Ucap ku
"Jadi benar kau sudah tau siapa kami?" Tanya Anacha
"....." Ajeng hanya diam sambil menundukan kepala.

Praaangg

"Jika ada yang bertanya itu jawab!" Bentak Skycode setelah melemparkan sebuah vas bunga terdekat ke kepala Ajeng. Dapat dilihat darah segar mengalir dari pelipisnya.

"Hiks..."

Plakkk

"Aku tidak menyuruh mu menangis, bodoh!" Bentak Anacha.

"Hmm, kenapa kau takut? Sewaktu disekolah kau terlihat sangat - sangat - sangat - sangat berani." Tanyaku yang sendari tadi diam.
"A-aku.... Kalian biadab! Kenapa kalian semua para Psikopat bisa hidup bebas? hiks..."Jawab Ajeng dengan suara melengking.

"Astaga! Suara mu benar - benar! Untung ada peredam suara!" Komentar Anacha
"Benarkah? Kau tau dari mana??" Tanya Skycode tidak percaya.
"Ituuuuuu" Jawab Anacha sambil menunjuk peredam suara disudut ruangan.
"O" Jawab Skycode.

Pletakkk

Anacha menjitak kepala Skycode sambil memasang ekspresi -____-
"Sudah lah! Apa kalian tidak malu didepan target, Hmm?" Tegurku
Anacha dan Skycode menghentikan pertengkaran konyol mereka.

Dari hal ini aku dapat menyimpulkan bahwa Skycode tidak membenci ku. Jika Skycode membenciku, dia tidak akan mungkin menuruti perintah ku. Aku hanya harus menunggu keadaan membaik.

Kembali ke Ajeng, aku mencengkram rahangnya, lalu mengikat kedua tangan dan kakinya sehingga dia tidak bisa bergerak.

Sreeeetttt

Aku menggoreskan pisau lipat ku ke wajah Ajeng. Sayang sekali wajah secantik ini harus menjadi korban pertama pisau lipat.
"Hiks...hiks...Hentikan! Aku berjanji tidak akan memberi tau siapapun bahwa kalian adalah Team inti The Murder!" Mohon Ajeng.

"Terlambat! Kau sudah membahayakan keselamatan kami. Karena kami ingin selamat maka kau harus dikorbankan" Jawab Skycode yang sedang melihat - lihat koleksi parfum Ajeng. Ditangannya terdapat tas jinjing besar yang kuyakini milik Ajeng. Hmm, pasti dia akan mencuri dan membaginya dengan Kurnia! Dasar perempuan. Tapi, akukan juga perempuan???

"Ajeng! Boleh aku mengambil ini?
Kali ini Anacha. Dia menggendong sebuah boneka Kumamon besar. Bahkan hampir menutupi tubuhnya
"Anacha, kenapa kau meminta izin padanya? Kau kan bisa langsung mengambil nya?" Tanyaku.

"Oooh iya ya? Yasudah, Ajeng, omongan ku tadi tidak jadi!Kumamon ini kubawa pulang ya!Boleh?"

Gubrakkk

Apa bedanya? Sama saja dia meminta izin. Sekarang, aku dan Skycode yang memasang wajah
-_____- .
"Sudahlah Anacha, kau membuatku pusing. Ambil saja dan bawa pulang!" Perintah Skycode

Karena kupikir kami telah mengulur waktu cukup lama, jadi

Sreeekkkk

Arrrrgg

Itu adalah teriakan terakhir Ajeng di dunia ini.
"Ayo pulang!" Ucap ku santai
Kami bertiga pun segera keluar dari kamar Ajeng

"Bagaimana?"

Betapa terkejutnya kami. Ternyata di depan pintu Team Adam dan Team Kurnia telah menunggu.
"Berhasil" Jawabku singkat
"Apakah itu harta rampasan perang?" Tanya Doni menunjuk boneka Kumamon yang dipegang Anacha.

"Mungkin" Jawab Skycode singkat
"Baiklah, misi selesai! Mari kita pu-"

Wiu wiu wiu

Deg!

"Apakah itu sirine mobil polisi?Tanya Dani panik
"Ya! Cepat keluar melalui pintu belakang!" Perintah ku

Brukk brukk bruukk

Gesekan antara sepatu boots kami dengan tangga darurat membuat bunyi bising. Seperti biasa, aku yang berjalan paling depan. Karena akulah "Leader Of The Murder"

Brakkk

Aku menendang pintu keluar lalu segera berlari diikuti yang lainnya dibelakang ku. Kami bersembunyi dibalik semak - semak.
"Hei hei, lihat itu! Itu nona Eka!" Ucap Anggi
"Dan yang disampingnya, itu Sabita!"Ucap Ayu

"N-nona Eka? Siapa itu?" Tanya Nisa
"Itu adalah orang yang menyerang kami saat misi berlangsung!" Jawab Hafwan
"Siapa Sabita?" Tanya Skycode
"Dia yang menyerang kami saat misi berlangsung!" Jawab Nisa
"Ya, dia melukai punggung ku!" Seru Ayu memperlihatkan luka di punggung nya yang telah dibalut dengan perban

"Tapi, Adam telah menusuk nya dan membuatnya terkapar di lantai!" Seru Dani
"Dan Kurnia telah melemparkan nya dari lantai 5 apartemen!" Seru Nisa
"Bagaimana bisa mereka belum mati?" Tanya Doni entah pada siapa

"Sudah kuduga, mereka bukanlah orang biasa!" Ucap Adam dan Kurnia
"Dasar bodoh, kenapa bisa seperti itu?"Bentakku
Kurnia dan Adam hanya menundukan kepala.

"Sudahlah, bagaimana sekarang?" Tanya Skycode
"Lemparkan semua granat yang kalian bawa!" Perintah ku
Semua anggota The Murder mengeluarkan granat masing - masing. Lalu....

Boom Boom Boom Boom Boom Boom Boom Boom Boom Boom Boom Boom(?)

12 granat telah dilemparkan.Kami pun segera pergi dari semak dekat apartemen yang mulai runtuh tersebut.

"Siapa pun mereka kita harus tau!Mereka bukan orang biasa! Kita sedang diawasi sekarang!"

The MurderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang