The Murder : Begin Of Us Pt.4

314 33 11
                                    

Doni POV

"EMAAAAKKK!!!"

Dasar Dani, dikeadaan darurat seperti inipun dia masih bertingkah kekanak - kanakan.

"Berisik oy! Itu cuma laba - laba!"
"Oh iya ya. Hehehe"
Dani hanya menyengir seperti orang yang tidak mempunyai dosa.

Doni POV End

Fikri POV

"Sudah kuduga, orang - orang seperti kalian pasti akan datang. Untungnya, aku sudah  bersiap  - siap untuk momen seperti ini, hahaha"

Aku tertawa meremehkan. Tapi sebenarnya aku takut. Aku melihat mereka memegang pisau lipat dan tadi aku mendengar suara tembakan. Mungkin, sebentar lagi akan ada bunyi Bom.

"Apa sandi brankasmu?"
Seseorang dari mereka bertanya kepadaku
"Kau tidak perlu tau! Ini bukan milikmu! Ini mil -"
"Milik negara dan rakyatnya! Bukan milikmu juga kan?"

Skakmat!

Fikri POV End

Dhea POV

"Milik negara dan rakyatnya! Bukan milikmu juga kan? "

Aku membalas perkataannya. Dasar dungu! Kau kira kami bodoh untuk tau?
"Sudahlah, tidak usah ber basa - basi. Cepat katakan sandinya atau...."
"Atau apa?"
"Kau pasti sudah tau."
Dhea mendekat kearah Tuan Fikri sambil menggenggam erat pisau lipat ditangan kirinya.

"B-berhenti disana! J - jangan mendekat kearahku!"
"Eung? Dhea tidak mendekat kearahmu. Dhea mendekat kearah brankas uang dibelakangmu!" Dani menjawab ke-ge er an Tuan Fikri.

Tuan Fikri berlari menyeret brankasnya ke lantai paling atas yaitu lantai kelima. Kami berlima segera berlari menyusulnya.

"Kau ingin berlari kemana lagi, Tuan Fikri? Sudah tidak ada jalan lagi untukmu. Lihat dibelakangmu! Kau ingin melompat?" Tanya Anacha.

Ya, memang benar. Tuan Fikri telah terkepung disudut atap. Jika berjalan beberapa langkah lagi, ia akan terjatuh.

"Skycode, kau belum menghabisi nyawa satu orang pun hari ini. Kali ini kuserahkan padamu." Ujarku kepada Skycode.
"Dimengerti!"

Dhea POV End

Skycode POV

"Dimengerti!"

Aku menerima perintah Dhea. Aku memang belum membunuh satu orang pun hari ini karena aku menyimpan tenagaku untuk misi malam ini. Dan inilah saatnya untuk beraksi.

"Apa sandi brankasmu?" Tanyaku kepada Tuan Fikri dengan nada dingin
"K-kau tidak perlu tau!" Jawab Tuan Fikri
"Hmm, kau keras kepala ternyata."
Aku segera mengeluarkan gunting dari saku besar celana panjang ku.

" Apa yang akan kau lakukan? "
Tanya Tuan Fikri dengan nada ketakutan. Wajahnya mulai pucat dan keringat berjatuhan dari pelipisnya.

"Hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan " Jawab ku enteng.
"B-baiklah! Aku akan memberitau sandi brankasku ini. Tapi aku mohon jangan bunuh aku! Hiks...." Tuan Fikri memohon sambil menangis. Tangis dusta! Aku tak akan pernah bersimpati pada sampah ini. Air mata rakyat akibat ulahnya tidak sebanding dengan ini.

"Ada apa? Minta tolonglah pada uang - uang hasil korupsimu itu."

Terdengar suara cekikikan dari arah belakangku. Itu adalah suara Dani dan Doni. Mereka berdua memang suka tertawa ketika melihat korbannya menangis.

" S-sandinya adalah "FNF" "
"Hmm, sandi yang unik. Sekarang, cepat berikan brankasmu!" Paksa Anacha

Tuan Fikri menyerahkan brankasnya kepada Dani dan Doni. Mereka memasukan kata sandi yang telah diberikan oleh Tuan Fikri. Dan ternyata sandinya benar. Brankas bisa terbuka dan menampakkan pecahan uang 100 ribuan dalam mata uang Indonesia.

"Skycode, kami kebawah dulu. Laksanakan tugasmu dengan baik! Semoga berhasil!" Ujar Dhea menyemangatiku
Tinggalah aku dan Tuan Fikri si koruptop. Dhea dan yang lainnya telah pergi kebawah.

"Hmm, jadi Tuan Fikri. Taukah kau kenapa aku dan teman - temanku mengambil uang hasil korupsimu itu?"
Kulihat Tuan Fikri menggeleng sambil ketakutan.

"Karena kami lebih berhak memilikinya daripada kau! Dan, kau tau apa yang akan terjadi kepadamu?"
Kulihat Tuan Fikri menggeleng sekali lagi
"Kau akan mati!"

Duakkk

Aku menendang wajah Tuan Fikri menggunakan kaki kanan ku yang terbalut sepatu Boots.

Arrrrgggghhhh

Kudengar teriakan Tuan Fikri diiringi darah segar yang mengalir dari mulutnya
Kuhampiri dia dan kujambak rambutnya.

"Heuum. Bau rambutmu harum, kau pasti membeli minyak rambut yang mahal. Tapi, sayang uang yang kau pakai untuk membelinya itu adalah uang hasil korupsi. Kau memang pantas untuk dibasmi "

Duakkk

Aku membanting kepala Tuan Fikri. Dapat kulihat luka di pelipisnya

Sreeetttt

"Dibumi hanguskan!"

Arrrgggghh

Bagian hampir puncaknya. Aku menusuk lehernya dan menggoresnya sampai kebahu.

"Bagaimana rasanya? Sakit bukan? Begitu sakitnya hati orang - orang yang kau ambil uangnya." Ujarku pada Tuan Fikri yang sedang sekarat dan tidak bisa menjawab. Sepertinya, tusukanku mengenai pita suaranya.

"Tidak bisa bicara ya? Hmm, baiklah. Kita akhiri saja."

Dooorrr

Satu tembakan kulepaskan kearah Tuan Fikri dan mengenai matanya.
"Uups, maaf. Aku salah sasaran." Sesalku dibuat - buat.

Kulihat mulutnya yang terbuka tanda ingin bicara. Namun sia - sia karena suaranya tidak keluar.

Dooorrr

Kali ini tembakan ku tepat sasaran yaitu mengenai jantungnya. Tuan Fikri si koruptor pun tewas seketika.

"Permainan selesai, Misi selesai"

Aku segera kebawah menyusul teman - temanku dibawah meninggalkan mayat Tuan Fikri yang terbujur kaku berlumuran darah.

The MurderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang