Chapter 5 : Someone Who Help Us

190 22 8
                                    

Dhea POV

"Hey, hey! Tenang dulu! Kita bisa bicarkan ini baik - baik!"
Skycode menodongkan pistol ke kepala si tetangga. Sepertinya, Skycode tidak ingin kejadian tiga tahun lalu terulang kembali.

*Flashback On

"K-kumohon lepaskan aku. Aku berjanji tidak akan mengatakan kejadian ini kepada guru - guru dan teman - teman"
"Aku tau kau tidak akan mengatakan nya kepada guru - guru dan teman - teman. Untuk itu, kami tidak meragukan mu. Tapi, ayah mu?"
"Walaupun ayah ku adalah seorang polisi, aku tidak akan memberitahukan kepadanya"
"Baiklah, kau boleh pergi"
"Apa yang kau lakukan, Skycode?"

*Esoknya

"Panggilan kepada mahasiswi yang bernama Dhea Arini, N. A. Fatika Sari, dan A.Larasati harap datang ke depan gerbang sekolah sekarang. Ditunggu oleh pihak kepolisian"
"Sial! Anak itu!!!!"
"Cepat kabur melalui halaman belakang! Lompati pagarnya!"

*Flashback Off

Bahkan aku masih mengingat nya dengan baik. Sejak saat itu, Skycode akan membunuh siapa pun yang tau tentang siapa kami ini sebenarnya.

"Tenang, Skycode" Ujar Ayu
"Tidak akan pernah bisa! Aku tidak ingin kita berada dalam bahaya" Jawab Skycode dingin dengan tangan yang masih menodongkan pistol ke kepala si tetangga.

"Aku memang telah melihatnya. Tapi, aku tidak perduli. A-aku sudah tidak mempunyai k-keluarga lagi. Aku pun tinggal sendiri di rumah seberang itu. Mungkin, aku bisa bergabung dengan kalian" Ujar si tetangga dengan lirih.

Dhea POV End

The Neighbor POV

"Aku memang telah melihatnya. Tapi, aku tidak perduli. A-aku sudah tidak mempunyai k-keluarga lagi. Aku pun tinggal sendiri di rumah seberang itu. Mungkin, aku bisa bergabung dengan kalian" Ujarku dengan lirih agar mereka percaya akan kebohonganku.

Hey, yang benar saja! Aku masih mempunyai keluarga tau! Dan aku sangat menyayangi keluarga ku! Karena itu lah aku gugup saat mengucapkan kalimat kebohongan tentang keluarga itu.

"Benarkah?" - Ayu
"Kau serius tentang tinggal sendiri itu" - Anggi
"Apa kau berbohong?" - Dhiya
"Kenapa kau gugup" - Kurnia

Deg!

Kenapa Kurnia harus menanyakan pertanyaan itu?Tidak kasihankah dia akan nyawaku yang telah berada di ujung pistol Skycode? Eh, maksudku di ujung tanduk?

"Ya, Ayu. Itu benar! Aku memang sendiri, Anggi. Kau boleh mengecek rumah itu jika kau tidak percaya.cAku tidak berbohong, Dhiya. Dan, a-aku tidak merasa gugup kok! Mungkin perasaanmu saja, Kurnia!"

"Dari mana kau tau nama - nama kami?"

Deg!

Aduh, bagaimana ini?Sepertinya, sifat cerobohku tidak bisa hilang. Aku selalu melepaskan tersangka dengan kekonyolan ku, tapi ini lain ceritanya! Mereka pintar, tidak konyol sepertiku!

"Kau Benar - benar tidak bisa dipercaya!"

Ckleekk

Bruukkk

Skycode mendorong ku dengan kuat sehingga aku terjatuh. Dan yang gawat, Skycode mengisi pistol nya peluru! Ibu,,, tolong lah anakmu itu. Jika aku mati, makam kan lah aku disamping kuburan kelinci manis ku, Hanny.

Dan jangan lupa memberikan harta warisan milikku ke panti asuhan! Hehehe, seperti aku punya harta saja. Yang kutinggalkan mungkin hanya hutang nasi padang sih... Ah, pokoknya begitu! Juga jangan lupa katakan pada kapten Ridho kalau aku meninggal karena menjalankan tugas! Jadi, katakan pada nya untuk memberikan surat lulus tes ku. Jangan lupa mengecat sepeda ontel ku menjadi warna pink! Aku tidak suka merah muda.

Jangan menghapus poto - poto Kaneki dan Dazai dari ponsel ku!Kalaupun aku sudah mati nanti, hantuku pasti akan datang kembali untuk memeriksa poto - poto itu! Dan walaupun aku meng-unduhnya menggunakan kuota Kapten Ridho yg kucuri secara diam - diam, tapi kan itu termasuk usaha! Eh, kenapa aku malah curhat?

"Sudahlah, Skycode. Diakan telah menolong Anacha" Ujar Dhea

Ya, itu benar! Aku kan sudah menolong orang yang rakus itu!Untuk apa dia membawa barang - barang sebanyak itu?

"Baiklah. Atas kemurahan hati Dhea, kau kulepaskan! Datanglah ke rumah kami setelah ini!"

Doorrr

Wiuuu wiuuu wiuuu

Hey! Apa - apaan mereka itu?Menembakan pistol ke udara lalu berlari meninggalkanku sendirian. Sekarang polisi menuju ke sini karena suara tembakan itu dan aku masih dalam keadaan terduduk. Mereka itu niat tidak sih? Aku harus cepat - cepat berlari!

Ckraakkkk

Ibu!!!!! Kakiku terkilir! Aduh bagaimana ini?
Aku memaksakan berlari dengan terpincang - pincang. Tak apalah!Lagi pula rumahku tidak jauh dari sini.

The MurderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang