Memories (Sarah POV)

157 6 2
                                    

   Meskipun sekolah jam masuknya adalah jam 7.30, namun bagiku aku harus dapat secepatnya masuk sekolah. Ya, kira-kira jam 6.25. O ya, perkenalkan namaku adalah Sarah. Sarah Eunice Margrethe Wilson. Ya, inilah aku. Hidupku memang sepertinya sengsara. Bangun tidur, aku harus membantu ibuku, Luciana memasak agar makanan yang ia masak bisa aku jual di sekolah. Namun hal ini tiada bandingannya saat kau membantu ibumu. Satu-satunya orang yang kucintai dalam hidupku. Ayahku, Raphael Wilson telah meninggal saat aku berusia 12 tahun. Kata ibuku, awalnya ayahku adalah miliarder. Namun, hutang perusahaan ayahku lah yang menjeratnya. Membuatnya sakit-sakitan hingga akhirnya dia meninggal. Seorang gadis kecil telah kehilangan ayahnya...

~~~

   Hidupku bagai roda yang diputar. Aku bangun jam 5 pagi setiap harinya, membantu ibuku membuat hamburger, setelah itu mandi, pergi ke sekolah, ibuku berjualan di kantin sekolahku. Aslinya, memang ibuku tak akan sanggup membayar uang sekolahku. Untunglah, karena aku rumayan bisa mengikuti pelajaran, aku diberikan beasiswa sampai aku lulus kelas 12. Ya, sebentar lagi. Setelah sekolah, aku buru-buru membantu ibuku lagi, malamnya kami membuka rumah makan di rumahku. Kami menjual ayam kentucky, hamburger, minuman es soda, jus dan lainnya. Rumayan dapat membantu kehidupan perekonomianku dan ibuku.

~~~

   Belum ada jam 7 ketika aku sampai di sekolahku pada pagi ini. Kelas 12.3. Isinya adalah orang yang kaya raya semua, dengan kecerdasan mereka yang medium. Kecuali satu orang...
Reynold...
Reynold adalah cinta pertamaku. Ayahku dan ayahnya pernah berkerjasama dalam bisnis keluarganya. Ayahku lah yang memberikan investasi agar Kerajaan Bisnis ayahnya dapat berkembang dengan baik. Namun, begitulah. Orang hanya akan datang padamu saat dia membutuhkanmu. Tak lebih. Jones Company adalah perusahaan yang menjatuhkan kekaisaran bisnis ayahku hingga akhirnya ayahku terlilit hutang dalam jumlah yang sangat besar. Memang aku membenci ayahnya. Dalam pemakaman ayahku pun, ayahnya enggan datang. Hanya ibunya, orang jepang itu yang dengan rendah hati meminta maaf pada ibuku. Aku berteman dengan Reyn saat kami masih sangat kecil kira-kira saat aku dan dia masih berusia 4 tahun. Rumah kami yang bertetangga membuat Reyn sering sekali ke rumahku. Kawasan rumah elit di Amerika. Hingga ayahku terlilit hutang dan rumah itu harus disita oleh Bank.

~~~

   "Ini, telimalah bunga daliku..." kata Reyn padaku saat itu. Aku hanya tersenyum. Bunga Chrysantemum. "Telima kacih Reyn..." Reyn tersenyum sangat tulus padaku. Dia menuntunku ke taman dan menuntunku ke ayunan. "Kamu cantik, baik. Aku cuka. Ayo aku dolong kamu main ayunan.." gadis 4 tahun itu hanya menurut saja. Selesai diayun, Reyn menghilang.
"Reyn? Kamu kemanaaa???" Teriakku. Dengan baju yang sudah mulai dekil, dan kotor, Reyn menuju ke arahku saat itu dengan tangan yang ia sembunyikan di belakang. 'Itu apa?"tanyaku, polos. "Ini, aku kacih kamu bunga yang kedua..." bunga mawar pink. Harum sekali. "Acihhh..." kataku saat itu. Aku sangaaaat senang. Setelah itu ia mengantarku ke rumahku dan setelah itu, ia menuju ke rumahnya yang kebetulan di sebelahku. "Dadahhh.."katanya yang dibalas dengan kiss bye dariku.

   Sebenarnya masih banyak kenangan yang tak akan kulupakan bersama Reyn. Dia sudah terlalu membekas di ingatanku. Aku tak akan bisa melupakannya. Tak akan. Hingga akhirnya aku tahu bertemu dengannya lagi. Di sekolah yang sama. Di saat aku SMA. Yah, kami bersekolah di tempat yang sama sekarang. Reyn seperti tidak mengenalku. Setiap harinya. Dia memandangku yang tersenyum dengannya dengan dingin. Seperti orang yang tidak mengenalku lagi. Akhirnya kelas 12 kita sekelas.

~~~

Reyn sangat digemari satu sekolah. Kaum hawa memujanya. Sebagai perempuan, aku juga. Ingin meneriakinya bahwa dulunya dia adalah milikku. Dulunya...
Namun, apa daya dia tidak menganggapku lagi. Baiklah. Memang dia harusnya jangan menatapku. Jangan.

~~~

   Sekolah bel jam setengah 8 pagi tepat. Kelas 12.3 isinya yah, orang berkuasa dan medium pintarnya. Iri? Tidak. Malu? kenapa harus malu? Aku cerdas sehingga bisa masuk sekolah bergengsi ini. Aku bangga menjadi kebanggaan ibuku. Aku membuatnya bangga. Akulah  satu-satunya kebanggaan ibuku. Hanya aku tak habis pikir. Mengapa Reyn melihatku seperti tak pernah mengenalku. Katanya, dia sekarang pacaran dengan Miranda Marcy. Cewek paling populer di sekolah ini. Dia anggota voli di sekolahku. Ya, di sekolahku yang masuk voli ini golongan orang-orang kaya dan bergengsi. Dan, aku tak bergaul dengannya. Berbicara dengannya saja aku tak pernah. Memang sih aku akui dia cantik. Dibandingkan aku? Berkaca mata hitam, berkuncir rambut kuda, memakai rok yang kepanjangan, dan kadang aku akui diriku terlihat memalukan. Dibandingkan dia, yang cantik, rambut ombre hitam merah yang  selalu tergerai, softlens ungu yang memikat, dan cantik. Itu baru satu. Bukan hanya dia tapi juga seluruh girls squadnya dan SELURUH ANAK PEREMPUAN DI SEKOLAH INI. Mereka semua rata-rata pintar dan cantik. Aku hanya memiliki 2 teman yang sangat baik padaku. Ada Gabrielle alias Gaby dan Esmeralda alias Esme. Meskipun mereka juga termasuk kaya dan cantik tapi mereka masih sangat baik. Sahabatku dari kelas 10. Dari aku masuk sekolah ini.

~~~

   "Iya mama, aku udah sampe di sekolah ini. Bagus juga sih ma dari gedungnya. Gede lohhhh..." kataku saat pertama kali masuk ke sekolah ini. Kami semua diantar pakai mobil jemputan. Mama bertanya apakah aku sudah sampai di sekolahku dengan telepon. Jarak rumah dengan sekolahku rumayan jauh jadinaku WAJIB pakai mobil jemputan sekolah. "Ya mama....aduh itu kan kemarin mama sudah ngomong. Ya aku tahu. Kita gak boleh jajan gara-gara kantin disini mahal. Ya aku tahu. Mama kan kemarin sudah ngomong. Ya sudah ma, bye aku mau bersosialisasi..." aku lalu menutup teleponku. Mama banyak menasehatiku. Misalnya aku ga boleh jajan, soalnya kantin disini katanya kemahalan. Ya banyak lagi lah.
Dan, hmmm...saat aku gak tahu cara membuka lokerku di sekolahku,
"Loker disini emang sering bermasalah. Lu harus pukul dulu baru bisa dibuka." Saat aku melihat ke belakangku, ada kembar identik. Aku saat itu masih kelas 10 dan aku anak baru disini. Jadi aku gak tahu apa-apa. Saat aku pukul, eh beneran bisa kebuka lokernya. ''Makasih.." kataku. "Sama-sama. Hei, nama lu siapa?" Tanya kembar satunya. "Sarah Eunice Margrethe Wilson." kataku.
"Kenalin. Kita kembaran. Nama gua Gabrielle Aluna Reid dan ini kembaran gua, Esmeralda Chatrine Reid. Kita kembar. Kalo mau tahu perbedaan kita, gua pake gelang putih dan Gaby pake gelang merah." Kata Esme. Dan dimulailah persahabatan kita bertiga✌✌✌

------------------------------------------------------
Maapkan aku yang kata-katanya masih berantakkan✌
Emang Long Coma agak rada hiatus sebentar gara-gara aku cari referensi orang koma begimana. Akhirnya aku nonton If I Stay deh...(filmnya Chloe Moretz)
Jadi kalo tersendat gapapa ya....
Maapkan aku yang novel SLD nya tersendat. Itu bener-bener long hiatus gara-gara aku harus lanjutin cerita ini.

Just Enjoyyy my story😉😉😉

Long Coma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang