Memandang jendela dalam hujan membuatku lebih tenang. Aku menyukai hujan. Wanginya yang bercampur dengan tanah, dan suasana dimana setiap orang yang berusaha menikmatinya, namun yang tadi siang kulakukan itu beda.
Harusnya dalam perjalanan pulang, aku bisa menyapa hujan, namun berbeda dengan persepsiku sebelumnya.
Kucoba pejamkan mata. Hari ini aku begitu sial. Bertemu dengan Ed, lalu satu kelas dengannya. Hingga memoriku sampai pada peristiwa tadi siang, dimana aku menolaknya mentah-mentah. Yang kedua kalinya. Kucoba menghapus memori itu, dan kucoba membuka mata, hingga akhirnya memori itu hilang dari ingatan. Setidaknya sementara ini saja.
Aku tidak mengerti mengapa hatiku begitu keras dan dingin. Tetap kokoh dalam mempertahankan pilihanku. Padahal aku tahu dia bukan satu-satunya cowok. Tapi bagaimana jika hatiku sudah tersugesti hanya untuk Reyn?
"Lu gak salah, Sar. Ed itu tuh yang emang beneran mau ngejar lu. That's not your fault, allright?" Esme ke kamar, membawakanku teh manis. Hari ini, Gabby dan Esme menginap di rumahku. Lucu harusnya mereka sebagai tamu, dan akulah yang harus membawakannya minuman.
"Ngapain sih mikir cowok kayak gitu. Dia tuh ngecela Reyn, tau ga. Kita tahu Reyn itu pilihan lu dari lama. Lu jangan mau deh, amit-amit sama dia. Dia tuh kayak ngejatuhin gitu orangnya, pinter juga lu nolak dia dulu." Gabby malah minum teh duluan. Untungnya, Esme membuat 3 teh.
"Eh, kok si Reyn bisa ke rumah lu? Dia tau jalan emangnya?" Gabby menanyakan sambil menyeruput teh. Tehnya masih panas, muka Gabby sampai merah.
"Gak tahu. Gua liet dia udah di depan rumah gua. Kebetulan yang aneh, ya."
"Iya. Eh, katanya yah, si Sean selingkuh sama Christ. Bayangin aja, Sean jahat gila. Sahabatan katanya sama Reyn udah 10 tahun, dan dikhianatin begitu aja." Gabby bercerita dengan ekspresi khasnya saat bilang gila.Pantas mengapa Reyn duduk di belakangku. Mungkin dia merasa terkhianati dengan Sean. Sean yang biasanya duduk di sampingnya.
"Untuk menghargai 1 tahun persahabatan kita, dan merayakan move on nnya Sarah, kita wefie bareng yuk. CHEERS!" Ada kali yah 20 foto. Hehehe...namanya juga cewek.
~~~
Di sekolah aku tetap berusaha tetap sepertinya biasa. Namun, Gabby memang sudah maklum dan tahu bahwa aku memang hanya bisa diam.
Aku melihat Reyn dan Ed tetap tidak dekat. Maksudnya, hanya sebatas chairmate saja. Reyn kini sudah nasuk genk Jonatan, si ketua OSIS. Ed sepertinya mulai bersosialisasi di kelas. Buktinya dia kini sudah bergabung di salah satu genk di kelas.
Yang aku tidak tahan adalah tatapan Ed kepadaku. Tatapan yang jelas-jelas sinis. Maksudku senyuman menyeringai yang ia tujukkan padaku entah apa maksudnya.
Aku dengan Reyn sudah melupakan segalanya yang terjadi dulu. Setidaknya kami sekelompok terus selama ini. Aku berharap dia menyukaiku. Atau setidaknya karena malam itu, dia mulai tertarik. Namun sikap cuek Reyn kadang mematahkan anggapanku itu.
Setidaknya beri dia kesempatan untuk merasakan cinta dariku...
____________________________________
HAY!!!Ketemu lagi sama author ini✌
Gimana rasanya nih? Aku terbitin 6 chapter secara beruntun sebagai permintaan maafku karena aku sempet sedikit hiatus. 🙊Aku munculin Ed lagi, lho...
Gimana rasanya? Buat aku sih Ed itu tetep ngotot pengen sama Sarah lagi. Kalau menurut seperti yang kalian bayangkan, senyuman nyeringai dia gimana? Artinya apa? 😴 penasaran nih komen kalian gimana...O iya aku sempat hiatus sebentar gara-gara sibuk belajar. Tar lagi mau lulus gitu loh (nyibak rambut😋)
Baidewei, vote dan komen kalian akan selalu membantu di dalam cerita ini. Ditunggu ya! 😉
Keep in touch with me!!!
Instagram= @sstephanierozes
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Coma
Teen FictionBagaimana jika sepasang hati yang harusnya saling mencintai malah menuju ke arah yang berlainan satu dengan yang lain? Yang satunya mencintai, yang satunya membenci. Bukankah perasaan itu tumbuh karena rasa cinta? Tapi bagaimana jika dia adalah yang...